Menurut informasi yang telah banyak beredar di portal online, diberitakan setelah Idul Fitri otoritas Dishubtrans DKI Jakarta merencanakan akan melakukan uji coba selama sebulan sistem ganjil genap kendaraan bermotor di ruas jalan eks three in one. Sistem ini memang dipilih guna mensiasati kondisi kemacetan sehari-hari Ibukota oleh hilir mudik aneka kendaraan bermotor. Nantinya sistem ganjil genap ini akan berlaku kepada semua jenis kendaraan bermotor berdasarkan penanggalan serta berlangsung pada jam 07:00 sampai jam 10:00 dan jam 16:00 sampai jam 20:00, apabila tanggal yang tertera ganjil maka hanya kendaraan bermotor berplat ganjil yang dapat melintas begitupun dengan yang genap.
Akan tetapi banyak kalangan lebih dahulu meragukan akan keberhasilan sistem ini, hal ini dapat dimaklumi dilatarbelakangi berbagai macam faktor diantaranya Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis yang menyebabkan luas jalan di Ibukota sudah tidak mengakomodir besaran populasi hiruk pikuk kendaraan yang masuk, over populasi penduduk, pembangunan yang tidak terkontrol (Jakarta sudah padat, tetap saja gedung perkantoran dan apartemen dibangun) dan tata ruang yang tidak baik, minimnya kuantitas dan kualitas transportasi umum, sikap tidak disiplin pengendara, dan lain sebagainya. Alhasil dari faktor-faktor tersebut menimbulkan rasa pesimistis khususnya bagi penduduk DKI Jakarta, macet layaknya sudah menjadi bagian tak bisa dipisahkan dalam kehidupan mereka maka sangatlah mengherankan bilamana Jakarta tidak macet terkecuali momentum libur panjang panjang Hari Raya Idul Fitri.
Memang terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa sistem ganjil genap takkan berpengaruh banyak, walaupun demikian apabila rencana ini jadi terealisasi maka gambaran harapan awal adalah terjadinya pengurangan jumlah kendaraan (pada jam tertentu) secara signifikan. Hanya saja mengacu pada sistem yang berlaku sebelumnya (three in one), sistem ganjil genap nampaknya hanya akan menyisakan cerita tak jauh berbeda. Ketika sistem ganjil genap diberlakukan maka ruas-ruas jalan alternatif menjadi opsi yang menyebabkan kemacetan, bahkan  kondisinya bisa jauh lebih parah dari keadaan sebelumnya.Â
Kemudian permasalahan pengawasan dimana sistem ini baru akan terlaksana dengan baik apabila ada petugas yang mengawasi, lalu pertanyaannya apakah sistem ini akan efektif dan apakah jumlah petugasnya akan memadai. Lalu mengenai ujicoba sebagaimana semustinya pihak Dishubtrans harus lebih dahulu melakukan sosialisasi sistem ganjil genap secara berkelanjutan kepada masyarakat, prihal pelaksanaannya, wilayah, maupun sanksi yang akan diberikan jika ada yang melanggar. Kiranya masih banyak hal yang perlu lebih dahulu dibahas sebelum ujicoba sistem ganjil genap ini berlangsung selain pentingnya partisipasi masyarakat agar sadar terhadap peraturan.
Menyingkapi kemacetan Ibukota layaknya lingkaran setan, yang berarti bahwasanya untuk mengatasi permasalan kemacetan ini solusinya adalah pembenahan secara menyeluruh faktor-faktor penyebab kemacetan tadi. Namun bilamana hal tersebut tak terjadi maka keinginan agar Jakarta tidak macet hanya sekedar mimpi belaka dan kalau sudah begitu maka (kemacetan) tinggal masyarakat nikmati bersama-sama. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H