Suatu ketika Penulis masih duduk di bangku sekolah begitu gemar sekali mengobrol dan mendengarkan pengalaman kerabat yang umurnya dua kali lebih tua, terkadang pembicaraan kami membahas seputar apa yang terjadi di belahan dunia. Salah satu bahasan yang Penulis ingat yaitu mengapa negara-negara Barat dan Eropa begitu gemar berperang?
Kalian tentu penasaran bukan, perperangan ibarat sudah mendarah daging bagi bangsa Barat dan Eropa tetapi pertanyaannya mengapa dan apa yang mendasari mereka berperang? Dalam perjalanannya perperangan telah mengiringi perkembangan umat manusia sampai sekarang, latar belakang perperangan di zaman dahulu dan saat ini layaknya kalimat serupa tetapi tidaklah sama. Jika dahulu perang didasari oleh tagline Gold, Glory, Gospel yang kemudian berangsur berubah menjadi perebutan wilayah dan ideologi, di era modern latar belakang perperangan bertransformasi menjadi ekonomi dan sumber daya.
Tak lekang oleh waktu di era modern bentuk perperangan secara fisik masih terjadi seperti peperangan yang terjadi di Suriah sana, tetapi secara kasat mata negara-negara di muka bumi ini pun sebenarnya sedang berperang dan berupaya bertahan dari gempuran negara lain akan dampak ekonomi global. Menguasai ekonomi suatu negara adalah sebuah strategi yang relevan, hinggap dalam wujud berupa investasi selain menguntungkan dimana hanya keluar uang besar, tanpa jatuh korban, meraup complement hasil investasi jangka panjang, tetapi juga mampu mempengaruhi tatanan internal sebuah negara.
Kasar katanya jika sudah demikian terjadi maka orang-orang yang ada sangkut paut dengan investasi secara tidak langsung merupakan antek-antek negara lain dimana akan berusaha dan membela mati-matian agar usahanya tetap berjalan. Anda pun bisa membayangkan bagaimana dampak apabila si empunya menarik kucuran dana investasi, ancaman pemberhentian pekerja secara massal sudah dapat diperkirakan dan imbasnya ekonomi suatu negara tidak dapat maksimal disebabkan lonjakan besaran pengangguran.
Oleh karena itu menyingkapi keadaan globalisasi yang terjadi sekarang, banyak sekali negara khususnya negara yang tidak hobi dalam berperang melakukan swasembada guna berupaya mandiri agar tidak bergantung dengan pihak asing. Salah satunya dengan cara pembangunan secara berkesinambungan, mengapa hal ini dilakukan?
Pembangunan selain dapat menyerap sumber daya yang dimiliki pihak asing untuk menambah pundi-pundi keuangan negara juga mampu menggairahkan perekonomian sebuah negara dengan keikutsertaan segala tingkatan bentuk usaha. Beberapa negara yang Penulis nilai berhasil melakukan hal ini antara lain Singapura, Hongkong, Dubai, dan lain sebagainya. Namun pembangunan tak selamanya berakhir baik apabila berlebihan bilamana tingkat pembangunan tidak diimbangi besaran daya serap yang masuk, negara Amerika dan Cina merasakan hal ini dimana bisnis property-nya gagal total hingga mampu menggoyahkan perekonomiannya.
Sadar tidak disadari oleh anda-anda sekalian bahwa Indonesia sedang melakukan manuver ini, pembangunan berkesinambungan memang tidak dikumandangkan namun dengan banyaknya project jangka panjang yang direncanakan menjadi peringatan dini bagi pemerintah untuk mewanti-wanti setiap keputusan yang diambil. Jangan sampai pembangunan yang diniatkan untuk kemaslahatan orang banyak justru menjadi senjata makan tuan sehingga Indonesia sudah kalah berperang duluan.Â
Pembangunan berkesinambungan sektor makro perlu diimbangi dengan sektor mikro dimana selain memprioritaskan agar kebutuhan dasar terpenuhi juga mampu meningkatkan taraf ekonomi warganya. Jangan layaknya berkeinginan membangun sebuah gedung pencakar langit namun pondasinya lemah, alhasil bangunan roboh hingga memakan korban. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H