Kehidupan yang semakin sulit dimana kebutuhan kian bertambah dan harga kian melonjak sedangkan pendapatan tetap di satu pihak memiliki sisi positif yaitu melahirkan individu-individu kreatif. Tak sedikit orang ketika mendapati posisinya dalam kondisi sulit lalu keinginan untuk survive-nya meningkat secara drastis dimana bakat yang sebelumnya terpendam kemudian muncul ke permukaan, yang tadinya fokus kepada suatu bidang kini menjadi mengggeluti banyak bidang.
"Hidup semakin susah hanya memiliki 2 opsi yaitu memilih hidup berhemat atau usahanya yang ditambah"
Di era teknologi yang semakin canggih dimana informasi begitu mudah didapat dan cepat diakses serta sarana media yang kian banyak semakin memberanikan diri untuk seseorang menjadi entrepreneur atau wirausahawan maupun memiliki usaha sampingan sebagai tambahan penghasilan. Akan tetapi ketika seseorang berkeinginan menjadi wirausahawan bukan saja dituntut memiliki keinginan yang kuat, skill, pemikiran jangka panjang, dan mental pantang menyerah melainkan secara umum terlebih dahulu harus menghadapi hambatan yaitu modal.
"Janji adalah hutang dan hutang harus dibayar karena hutang dibawa sampai mati"
Berbicara modal tentu bagi mereka yang secara finansial kuat maka hal ini tidak menjadi soal, lain halnya dengan mereka yang secara penghasilan pas-pasan tentunya perlu berpikir keras darimana mendatangkan modal guna memulai sebuah usaha. Beberapa kalangan ada yang memilih meminjam modal dari Bank, ada yang meminjam modal dari kerabat, maupun sumber lainnya.
"Janganlah kamu berhutang sekalipun kamu membutuhkannya"
Ketika mengajukan pinjaman modal ke Bank, secara umum banyak pihak yang menyatakan tidaklah mudah. Selain si peminjam harus memenuhi syarat, prosedural peminjaman terbilang rumit dan memakan waktu. Opsi yang paling mudah yaitu meminjam kepada kerabat terdekat, keeratan yang ditopang rasa percaya dari lamanya hubungan seringkali membuat pemikiran seseorang ketika meminjam modal akan lebih mudah dan cepat ketimbang melalui Bank.
"Rasa percaya dibangun bertahun-tahun lamanya, sedangkan rasa kecewa dapat datang sekejap mata"
Ketika modal sudah didapat maka niat usaha pun terlaksana, namun konseptual dalam menjalankan usaha tidaklah selalu berakhir dengan keberhasilan. Setiap tahapan memiliki resiko dimana untung dapat berakhir buntung dipengaruhi oleh banyak faktor. Singkat kata usaha yang selama dimimpi-mimpikan ambruk layaknya gubuk reyot, persoalan hidup pun kembali menyeruak dengan tambahan permasalahan hutang yang belum terbayarkan.
Inilah hal yang Penulis soroti dimana seseorang dalam keadaan berhutang, ketidakmampuan seringkali menjadikan seseorang terpuruk jatuh ke dalam jurang. Banyak pihak yang nampaknya salah kaprah dalam mengartikan usaha dimana sebenarnya usaha selain dibarengi oleh niat akan tetapi juga didasari oleh kapasitas kemampuan.
Ketika seseorang berhutang untuk usaha maka sebenarnya ia telah memaksakan diri dari batasan kemampuannya, secara tidak disadari ia telah mempertaruhkan segalanya. Dalam hal ini Penulis bukan memandang pesimisme akan suatu bentuk usaha melainkan menyatakan bahwa ketika seseorang berhutang maka ia harus siap bertanggungjawab.