Malam pergantian tahun kembali menghadirkan duka bagi masyarakat. disaat malam kemeriahan pergantian tahun 2013 berakhir, beberapa hari kemudian Ibukota tertimpa banjir besar dimana sentra bisnis Ibukota dan pusat Pemerintahan terkena imbasnya akibat jebolnya tanggul Latuharhary. Pemerintah Pusat dan Kota pun serta beberapa pihak lainnya segera berembuk untuk menangani permasalahan banjir tsb agar dapat terselesaikan.
Kini mengawali tahun 2014 setelah malam pergantian tahun yang begitu meriah di berbagai daerah Ibukota dan Nusantara, masyarakat yang hanyut akan keglamoran malam pergantian tahun kini dihadapkan oleh realita dengan naiknya elpiji 12kg. Kenaikan elpiji 12kg dilansir dari informasi yang Penulis ketahui mengalami kenaikan beragam, namun dari apa yang Penulis ingat terakhir membeli elpiji 12kg masih dengan harga Rp.88.000,-. Dengan asumsi rata-rata kenaikan Rp.3.959,-/kg-nya maka menghasilkan jumlah Rp.47.508, dan kemudian ditotalkan dengan harga sebelumnya maka menjadi Rp.135.508,-.
Terkait apa yang menjadi dasar alasan kenaikan tentunya menjadi pertanyaan mengapa begitu frontalnya kenaikan harga ini. Kembali turunnya nilai mata uang Rupiah terhadap Dollar menjadikan alasan klasik yang seringkali masyarakat negeri ini dengar. Dengan naiknya harga elpiji 12kg ini masyarakat dihadapkan oleh masalah baru khususnya masyarakat dengan usaha kecil menengah, belum lagi prihal ketersediaan tabung gas 3kg di pasaran, serta dengan selisih yang relatif besar maka memungkinkan akan kembali maraknya praktik pengoplosan. Lain yang terjadi di masyarakat lain pula yang terjadi dalam ranah politik, sebagaimana kenaikan ini maka akan menjadi konsumsi elit-elit politik untuk berusaha memberikan pencitraan kepada masyarakat serta berusaha menjatuhkan para pesaingnya di mata publik mengingat Pemilu diadakan pada tahun ini.
Menyambut tahun 2014 ini, masyarakat tak luput juga dengan asumsi bahwa tahun 2014 merupakan tahun kuda dengan elemen kayu. Penulis tidak mengetahui persis prihal ini, namun dilihat dari binatang kuda maka tampaknya sebelum pergantian zodiak ini bertransisi diakhir bulan Januari 2014 maka selayaknya menggambarkan sebuah sambutan awal menuju tahun kuda dimana masyarakat seolah sedang dipecut oleh kenaikan harga elpiji 12kg. Membaca sebuah artikel Kompasianer lain mengenai shio kuda dijabarkan sebagai simbol kebangsawanan, kecepatan, ketangkasan dan ketekunan, lalu apakah kenaikan elpiji ini masuk dalam kriteria tsb. Tak ayal "kebangsawanan" hanyalah gambaran dari sosok Pemerintah (bangsawan)Â yang semena-mena kepada rakyatnya (kuda). Menjadi sebuah kekhawatiran nanti disaat Pemilu berlangsung dan terpilihnya sosok Pemimpin baru negeri ini apakah mampu mengontrol rakyatnya, sebagaimana tak pandai sang majikan mengontrol kudanya maka ia dapat terjungkal jatuh dari pelananya. Menjadikan pekerjaan rumah bagi negeri ini kedepannya menanggapi apakah arti kecepatan, ketangkasan, dan ketekunan akan apa yang terjadi seiring tahun ini berlangsung. Semoga saja memberikan sinyal positif agar negeri ini segera bangkit dari keterpurukannya. Demikian artikel berisikan opini Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik pribadi Penulis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H