Mengawali artikel singkat ini, apa yang Penulis tuliskan hanyalah sekedar pengamatan orang awam semata akan permainan Timnas U-19 lalu saat melawan Timnas U-19 Australia dalam ajang Turnamen AFC U-19 2014 di Myanmar. Kekalahan 3-1 atas Uzbekistan tampaknya menjadi pembelajaran berharga Timnas U-19 saat menghadapi Australia hari Minggu lalu. Memulai pertandingan Timnas U-19 Indonesia bermain kolektif dengan memainkan ciri khasnya yaitu passing bola pendek antar pemain untuk mendapatkan ritme dalam mengatur sebuah serangan. Australia pun tampak tidak terlalu terburu-buru untuk berinisiatif menyerang diawal, walau agresifitas pemain mereka konsisten mengawal setiap pemain Timnas U-19 saat mendapatkan bola. Apabila diperhatikan direct passing Timnas U-19 cukup rentan yang memungkinkan penguasaan bola direbut, namun dari segi tehnik individual dapat diakui beberapa pemain Timnas U-19 sangat baik dalam hal tsb. Mereka cukup tenang dan taktis mengantisipasi agresifitas lawan yang berusaha merebut bola.
Dari segi permainan kemarin memang bisa dibilang baik, alur bola dari belakang sampai tengah dapat terjaga. Dari Penulis perhatikan Paulo Sitanggang dan Evan Dimas menjadi peran sentral dalam pertandingan hari itu. Mereka berdua sering kali berinisiatif menjemput bola dari lini belakang maupun membantu dalam bertahan dan juga ikut berperan dalam membuat skema menyerang. Selain membangun penyerangan melalui titik tengah, terlihat sekali bahwa Timnas U-19 berupaya mengoptimalkan pergerakan cepat lini sayapnya, sesekali skema penyerangan melalui lini sayap berhasil namun permasalahan hadir dimana kurangnya kreasi memasuki lini bertahan lawan. Entah apa yang terjadi, Timnas U-19 seakan kebingungan mencari celah maupun peluang untuk mencetak gol. Tidak adanya pergerakan inisiatif dari pemain untuk berusaha membuyarkan konsentrasi lini bertahan lawan dan jika dibilang minim support dimana hanya berfokus pada beberapa permain yang ikut menyerang saja.
Untuk mempersingkat artikel ini, hasil sudah didapat bahwa Timnas U-19 Indonesia harus takluk dari Australia. Kurangnya konsentrasi bisa dikatakan menjadi penyebab dimana koordinasi lini belakang tidak dapat mengantisipasi umpan dan pergerakan lini depan lawan, dengan kekalahan ini pula maka berakhirlah perjuangan Timnas U-19 dalam ajang tsb walau masih menyisakan satu laga melawan Timnas U-19 UEA yang dijadwalkan akan bertanding hari ini. Satu catatan penting dari Penulis amati, bahwa lini bertahan Timnas U-19 perlu dibenahi dalam mengatur agresifitas menghalau pergerakan lawan, membuat perangkap offside, dan mensupport lini tengah maupun overlap membantu lini depan dalam skema penyerangan jika memungkinkan.
Apapun hasilnya, Penulis tetap mensupport perjuangan Timnas U-19. Walau masih memiliki kekurangan dan perlunya lagi perbaikan, tak disangkal bahwa permainan mereka kemarin sangatlah membuat kagum. Tentunya pula kita tidak bisa asal langsung menginginkan hasil instant, mereka (Timnas U-19) cikal bakal akan majunya kualitas persepakbolaan Indonesia kedepan, tetaplah semangat, dan berusaha terbaik untuk mengharumkan nama bangsa di event-event sepakbola yang akan datang serta terima kasih kepada Pelatih Indra Sjafri atas usahanya dalam membina Timnas U-19 sampai saat ini dan dalam meraih prestasi yang akan datang. Demikian artikel berisikan opini dari penulis. Apabila ada tanggapan, tidak diharapkan provokasi dalam bentuk apapun. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik pribadi penulis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H