Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Suka Duka Menjadi Seorang Sales Outlet

8 Februari 2015   02:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:37 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda terbayangkan menjadi seorang sales outlet sebuah produk? Mungkin untuk sebagian kalangan menjadi sales outlet sesuatu hal yang tampak begitu hina, dipandang sebelah mata, dan mengenaskan. Mau tidak mau itu semua yang memang Penulis harus jalani menjalani profesi sebagai sales outlet, berawal setelah lulus kuliah dengan gelar yang sudah diraih ternyata segala sesuatunya tidak semulus apa yang direncanakan. Mencari sebuah pekerjaan tidak semudah apa yang diperkirakan, bahkan Penulis mendapati diri kebingungan untuk mencari sebuah profesi yang layak. Sebagai seorang pemuda yang kiranya masih mengedepankan ego pada saat itu tentunya lebih mengutamakan sebuah profesi yang memiliki jenjang karier pasti, beragam macam tunjangan, dan lokasi tempat kerja bergengsi. Akan tetapi seiring waktu mencari dan beberapa interview, tak terasa hal tersebut sudah berjalan selama 1,5 tahun lamanya dan pekerjaan idaman pun belum didapat.

Hingga suatu hari, Penulis yang saat itu masih sering membeli surat kabar Kompas yang terbit hari Sabtu dan Minggu dimana kolom lowongan pekerjaan menjadi salah satu daya tarik untuk mencari-cari pekerjaan. Perhatian Penulis tertuju kepada sebuah lowongan dengan menampilkan sebuah logo apel dan bidang ritel gadget dan komputer, tampaknya seperti menjadi sebuah petanda dan dipekan berikutnya ajuan lamaran sudah Penulis kirimkan. Dua minggu berselang panggilan interview pun datang, singkat kata Penulis bekerja menjadi sales outlet dan ditempatkan di sebuah mall di daerah Jakarta Timur.

Kesan pertama ketika menjadi sales outlet terlebih masih baru tampak masih bingung dengan apa yang harus dilakukan, beruntungnya Penulis ditempatkan dengan orang-orang yang sangat perhatian sehingga mereka mengusulkan agar lebih baiknya Penulis fokus memperlajari setiap produk-produk yang dijual. Karena lingkupnya dunia komputer dan gadget yang sangat Penulis gemari maka Penulis memulai mencoba mencari tahu. Namun 2 minggu berselang, dikarenakan ekpansi ritel maka Penulis dipindahkan di sebuah mall di daerah Jakarta Selatan. Tak jauh berbeda dengan di mall sebelumnya lingkup kekeluargaan pun tercipta, banyak pengetahuan dan pengalaman yang Penulis dapatkan selama 2 tahun menjadi sales outlet.

Suka dan duka menjadi seorang sales outlet? Menjadi sales outlet itu bagi Penulis menjadi sebuah pengalaman yang tak ternilai, salah satu yang Penulis sangat senangi yaitu bertemu beragam tipe karakter manusia dengan bermacam latar belakang, dari pelajar, kalangan profesional, orang asing, selebritis, bahkan hingga pejabat, dan masih banyak lainnya. Tiap karakter punya ciri khas dan cara yang berbeda merespon dalam segi memberikan pelayanan agar mereka puas dengan infomasi serta kualitas produk. Hanya saja terkadang hal terduga yang tak diinginkan terjadi, mendapati calon konsumen yang datang hanya untuk marah tanpa sebab atau calon konsumen yang rewel memang mempengaruhi mood pribadi serta mengganggu kinerja namun itulah beberapa dari sekian konsekuensi yang harus diterima menjadi sales outlet. Bersyukur Penulis merasa jauh lebih banyak kenangan menyenangkan ketika menjadi sales outlet, seperti seolah tidak ada gap antara seorang sales dengan beragam kalangan tersebut, selayaknya budaya di negeri ini masih sangat mengapresiasi bentuk bantuan yang diberikan walau itu hanya bentuknya sekedar informasi. Terkadang dikala waktu luang dimana minim kesibukan ada calon konsumen yang sekedar datang untuk bertemu dan mengobrol sejenak, membawakan makanan, membutuhkan bantuan tertuju kepada sales tertentu, dan itu semua terbentuk oleh terjalinnya hubungan komunikasi yang baik antara sales dan konsumen. Namun hal tersebut jangan dimanfaatkan mencari keuntungan, sebagaimana hubungan terjalin adalah bentuk rasa percaya yang konsumen berikan kepada sales. Hal itulah yang selalu memotivasi menambah pengetahuan dan informasi agar dapat memberikan kualitas pelayanan yang memuaskan bagi para konsumen. Kadang kala memang faktor mood dan minimnya informasi yang sales alami serta miliki seperti memberikan pelayanan yang kurang memuaskan, akan tetapi inti poinnya bahwa konsumen selalu melihat usaha yang sales berikan kepadanya dan mereka lebih mengapresiasikan hal tersebut.

Mungkin itu sekilas dari suka dan duka ketika Penulis rasakan ketika menjadi seorang sales outlet, tentu lain orang maka lain pula pengalamannya. Jika ada dari kalian yang menjalani profesi sebagai sales outlet khususnya ritel gadget dan komputer, Penulis sarankan gali terus beragam informasi dalam bentuknya apapun karena tanpa disadari dari beragam informasi didapat itu berguna bagi para konsumen, kemudian selayaknya seorang sales tak lepas dari kinerja tim maka upayakan selalu hubungan kekeluargaan antar sesama sales dengan bertukar informasi dan saling membantu agar tercipta saling perngertian dan solid dalam bekerja. Kemudian pentingnya pula menjaga komunikasi dengan manajemen ritel agar tercipta sinergi bagaimana mengupayakan memberikan produk yang diinginkan para konsumen agar kepuasan pelanggan dapat terwujud, serta jangan lupa menjaga jalinan komunikasi dengan para tetangga (macam outlet lainnya). Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun