Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Akses Internet: Besar Promosi, Kualitas Nihil.

13 Februari 2015   17:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:16 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis mengingat internet pertama kali itu saat booming chatting (kalau tidak salah sekitar tahun 1999), masa-masa MIRC maupun medsos Friendster. Saat itu internet tampak begitu ekslusifnya dimana jaringan internet untuk umum hanya ada di warung internet (warnet) saja. Dari situ internet seolah merambah dan kian marak, warnet menjamur dimana-mana menjadi alternatif ladang penghasilan yang begitu menjanjikan selain usaha warung telepon (wartel), apalagi minat para penggunanya begitu banyak sampai-sampai mereka rela antri untuk dapat menggunakannya. Tak ayal terjadi perang harga diantara warnet untuk terus menarik minat para pengguna, beragam paket ekonomis harga minimalis ditawarkan dengan syarat waktu berlaku. Penggunaan internet seiring waktu pun berkembang, dari sekedar browsing. chatting, dan medsos, kemudian game online. Disinilah tuntutan bahwa bukan saja dibutuhkan koneksi yang stabil namun transfer data yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang semakin banyak dan jumlahnya yang meningkat drastis.

Ketika era ponsel masih belum menawarkan akses internet masih mengunggulkan fitur telepon dan Short Message Service (SMS), kiranya di tahun 2008 mencuat istilah mobile modem sebagai prasarana untuk menghadirkan akses internet dimanapun dan kapanpun sebagai alternatif pilihan selain internet berlangganan di rumah maupun instant akses di warnet. Penulis mengingat barulah disitu awal mula era dimana ponsel dengan kapabilitas akses intenet menjadi primadona, secara perlahan menggusur kedigdayaan wartel dan warnet yang lambat laun jatuh berguguran satu demi satu seiring bertambahnya pengguna dan perkembangan aplikasi di ponsel (handphone) yang kini ber-evolusi menjadi smartphone dan merambah dengan lahirnya bermacam-macam gadget berikut istilahnya masing-masing (Tab, Pad, Smartwatch, dll).

Kini internet bukanlah lagi barang baru, internet diberbagai tempat ada. Hampir setiap sudut memiliki akses internet dengan istilah hotspot, dengan akses private dimana hanya si empunya saja yang dapat menggunakannya maupun jikalau bisa pun itu memang akses publik tetapi terbatas. Sangat disayangkan boomingnya akses internet sampai saat ini seperti dikomersilkan seolah besar promosi kualitas nihil. Mendapatkan koneksi yang baik hanya bagi pengguna yang berlangganan bulanan lingkup rumah maupun perusahaan, sedangkan bagi pengguna mobile lagi-lagi harus menerima keadaan dimana untuk mendapatkan koneksi yang baik jalan terakhir hanya dengan berlangganan paket (kuota) data bulanan yang besar. Akan tetapi selepas kuota paket data habis, apa daya pengguna pun kembali gigit jari menyantap akses internet yang serba pas-pasan. Banyak pengguna beranggapan bahwa buruknya koneksi lebih dikarenakan lokasi namun tidaklah demikian, sampai ada candaan yang mengatakan "kalau mau koneksi bagus nangkring di BTS-nya (Base Tranciever Stasion)". Perlu diketahui bahwa sebenarnya memang cakupan akses internet belum meliputi semua wilayah (lokasi tertentu) dan terkadang minimnya informasi pengguna tidak mengetahui bahwa ada faktor lain mempengaruhi yaitu cuaca serta kebijakan penyedia layanan pun berperan disana. Untuk menghasilkan jaringan internet yang memadai (stabil dan cepat) di mobile membutuhkan kualitas optimal di teknologi transfer data yang digunakan (EDGE s/d 4GLTE), jangan hanya berfokus dengan satu teknologi marak yang lain justru seolah dianaktirikan.

Dampak apa seandainya saja internet di negeri ini secara performa dan kualitasnya meningkat? Memang sampai saat ini Penulis amati penggunaan internet lebih dominan kepada kebutuhan entertainment (hiburan) semata, masih belum banyaknya pengguna yang memanfaatkan internet secara keseluruhan. Entah kapan namun seiring proses berjalan lambat laun pun kiranya akan terjadi transisi (dampak sosial) seiring peran internet mengubah istilah smart yang hanya terbatas pada gadget menjadi smart people dan berkembang menjadi smart city hingga smart goverment. Kembali ini bukanlah pekerjaan yang mudah, walaupun berkembang pesatnya era teknologi informasi dan koneksi internet yang super cepat haruslah didukung dengan infrastruktur yang memadai, mengingat saat ini polemik terus terjadi di pemerintahan dimana iklim politik berrubah-rubah, ekonomi cenderung yang tidak stabil, serta berganti kekuasaan berganti pula tujuan dan kepentingan maka tidaklah mengherankan cita-cita tersebut hanyalah sebatas impian. Jikalau sudah demikian maka sekedar berharap dengan adanya internet murah dimana menawarkan koneksi stabil dan transfer data yang besar kiranya terasa cukup. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun