Suasana kolam Permandian Umum Cibulan, Kuningan, Cirebon Jawa Barat  yang saya kunjungi sepi. Dengan membayar karcis masuk cukup murah yakni Rp. 10.000, saya beruntung pada hari itu karena tidak banyak wisatawan yang datang sehingga saya bisa leluasa menikmati keindahan kolam pemandian tertua di kota Kuningan ini.
Begitu masuk lokasi pemandian, mata saya langsung tertumbuk pada tiga kolam besar yang berada di dalam. Pepohonan besar dan rindang di tepi kolam mengesankan kesejukan dan keindahan lanskapnya mirip tempat pemandian para bidadari yang selendangnya dicuri Jaka Tarub dalam imajinasi saya.
Kolam-kolam berukuran 45 m x 15 m yang berbentuk persegi empat ini ternyata bukan hanya digunakan untuk permandian umum melainkan juga dihuni puluhan ikan-ikan Koncra Bodas (Labeobarbus Dournesis). Ikan-ikan sebesar betis orang dewasa ini bersisik seperti ikan mas dan berwarna bau-abu kehitaman. Penduduk menyebut ikan yang menghuni kolam ini Ikan Dewa atau Ikan Keramat. Â
Dari ceritera-ceritera yang beredar konon ikan-ikan ini adalah titisan para prajurit yang membangkang pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang berkuasa di Kerajaan Sunda tahun 1482-1521. Para prajurit ini dikutuk menjadi ikan oleh sang Prabu yang dikenal amat sakti mandraguna. Sampai sekarang tak satupun penduduk tahu berapa jumlah ikan itu sebenarnya. Setiap tahun jumlah ikan tidak berkurang atau bertambah. Bahkan konon jika kolam ikan ini dikuras maka ikan-ikan ini menghilang entah kemana, lalu setelah kolam diisi air kembali maka ikan-ikan ini muncul kembali.
Terlepas dari benar tidaknya ceritera itu sampai saat ini tak ada yang berani menganggu keberadaan ikan-ikan tersebut karena dipercaya siapa mengambil ikan dewa maka akan mendapat musibah.
Â
Terapi kaki di Kolam Ikan Dewa Cibulan
Â
Selain dapat menikmati keindahan kolam yang berada dibawah bukit ini, pengunjung juga dapat berenang di kolam berisi ikan-ikan jinak ini. Di tepian kolam tersedia bangku-bangku kecil untuk para pengunjung yang hendak menikmati terapi kaki. Dengan membayar ongkos bangku Rp 2000 rupiah, maka saya yang pegal kaki sehabis ziarah Gua Maria Fatimah Sawer Rahmat ( ada di ceritera berikut) mencoba menikmati sensasi dipijit ikan dewa.
Begitu kaki dicelupkan ke dalam kolam, maka anak-anak ikan dewa yang kecil segera berkerumun di kaki saya. Warna mereka hitam keabuan, ukuran ikan kecil ini sebesar dua jari orang dewasa dan mempunyai mulut seperti ikan sapu-sapu. Mereka segera menyesapi seluruh telapak kaki saya mulai dari sela-sela jari hingga tumit kaki.
Konon terapi ikan ini berguna untuk melancarkan pembuluh darah, memulihkan kaki yang pegal-pegal dan membersihkan sel-sel kulit yang mati. Semakin saya benamkan kaki hingga ke betis semakin banyak ikan yang datang. Waduh…benar-benar seperti sedang dikeroyok ratusan semut di kaki. Sesekali beberapa ikan dewa yang besar bersliweran dan berenang kearah kaki saya. Hati saya sudah menciut dan siap menarik kaki tetapi rupanya ikan ikan besar ini amat jinak. Ia hanya mendekat, lalu menggesek-gesekkan badannya di kaki saya. Selama kurang lebih sepuluh menit saya membiarkan kaki saya dijalari sensasi terapi ikan dewa yang unik ini. Saya jadi tahu mengapa di dinding kolam terdapat tulisan pengunjung diharapkan istirahat setelah duapuluh menit merendam kaki. Bagi yang tak tahan maka terapi ini benar-benar menyiksa. Mulut ikan dewa ini lumayan lebar dan terasa melekat di pori-pori kulit kaki, mencecapi tiap inci kulit dan menimbulkan rasa  gatal bercampur geli dan sakit.