Mohon tunggu...
Santa Ayu Jelita
Santa Ayu Jelita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Mahasiswa Program Studi S1 Geografi/Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Universitas Lambung Mangkurat

Hobi Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Framing Text Permasalahan Kondisi Lingkungan di Yogyakarta 2023-2024

23 Agustus 2024   06:03 Diperbarui: 23 Agustus 2024   06:05 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi lingkungan di Yogyakarta mengalami tekanan yang signifikan terkait dengan permasalahan sampah, air, dan udara. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan meningkatnya aktivitas perkotaan telah menyebabkan volume sampah meningkat drastis, sementara sistem pengelolaan sampah masih kurang memadai. Sampah yang tidak dikelola dengan baik berpotensi mencemari air tanah dan saluran air, memperburuk kualitas air bersih yang semakin terbatas. Selain itu, polusi udara dari pembakaran sampah dan aktivitas berkendara turut menyumbang pada penurunan kualitas udara di kota ini, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. Kompleksitas permasalahan ini menuntut perhatian serius dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan demi menjaga kualitas lingkungan hidup di Yogyakarta.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Berbagai isu lingkungan di Yogyakarta pada tahun 2023-2024 menggambarkan tantangan serius yang dihadapi kota ini terkait pengelolaan sampah, kualitas air, dan polusi udara. Meski berbagai upaya telah dilakukan, seperti pengujian kualitas air sungai secara berkala oleh DLH Yogyakarta, hingga kini belum ada peningkatan signifikan dalam indeks kualitas air, yang masih tercemar oleh limbah rumah tangga dan industri kecil. Selain itu, penutupan TPA Piyungan mengakibatkan krisis pengelolaan sampah, dengan beberapa lokasi di Yogyakarta mengalami penumpukan sampah. Solusi yang direncanakan, seperti pengembangan TPS3R, berusaha mengatasi kendala lahan dan meningkatkan kapasitas pengolahan sampah.

Namun, penutupan TPA Piyungan tidak hanya memperburuk krisis sampah, tetapi juga menyebabkan peningkatan praktik pembakaran sampah oleh warga, yang berdampak negatif pada kualitas udara di Yogyakarta. Meskipun kualitas udara pada Juli-Agustus 2023 masih masuk kategori baik, peningkatan polusi udara akibat pembakaran sampah menimbulkan kekhawatiran baru. Krisis air bersih juga melanda Yogyakarta, terutama selama musim kemarau, memaksa masyarakat untuk mencari alternatif seperti panen air hujan. Ini menunjukkan pentingnya edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Meski begitu, tantangan lingkungan di Yogyakarta memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mencapai solusi jangka panjang yang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun