Sumedang (5/3) - Awal Maret ini kita dikejutkan dengan pernyataan menteri warisan Israel, Amichai Eliyahu, yang menyerukan untuk menghapus bulan Ramadhan, serta mengabaikan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadan nanti. Pernyataan tersebut disampaikan menteri Israel tersebut kepada Radio Angkatan Darat.
“Apa yang disebutsebagai bulan Ramadan harus dihapuskan dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihapuskan,” kata Eliyahu, dikutip dari News Arab melalui kompas.com (Selasa, 05/03).
Pernyataan Eliyahu di atas terlontar semata-mata karena ketakutan adanya kabar kebocoran keamanan Israel, sehingga dikhawtirkan akan meningkatkan situasi yang menghambat agresi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama Ramadan nanti. Selain itu, situasi tersebut membuat pemerintah Israel pun khawatir dengan potensi eskalasi perang selama Ramadan. Tentunya, seruan Eliyahu itu merupakan bagian dari rencana pemerintah Israel dalam membatasi segala aktivitas di sekitar mesjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan. Hal itu tentu telah memicu reaksi kegeraman dan antisimpatik dari warga dunia. Tidak hanya umat muslim, tetapi masyarakat seluruh dunia. Lini masa media sosial penuh dengan penolakan dan ketidaksetujuan pemberitaan penyeruan hapus bulan Ramadan oleh Eliyahu tersebut, baik media massa maupun masyarakat secara individu.
Bagaimana jika seruan Eliyahu itu dikabulkan dan bulan Ramadhan dihapuskan? Apa respon kalian atau bahkan dunia muslim?
Yang benar aja! Rugi, dong! Kemungkinan ungkapan itulah sebagai gambaran jawaban umat muslim jika bulan Ramadan dihapuskan. Jelas sekali, bagi umat muslim, Ramadhan adalah salah satu bulan yang teristimewa. Kehadiran bulan Ramadan ini sangat dinanti oleh seluruh umat muslim di dunia, tanpa terkecuali warga Palestina yang sekarang dirundung agresi oleh Israel.
Mengapa Ramadan begitu teristimewa? Ada beberapa keutamaan pada bulan Ramadan ini. Dilansir pada laman Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), setidaknya ada empat keutamaan pada bulan Ramadhan ini.
Pertama, waktu diturunkannya kita suci umat muslim, yaitu Al-Qur’an. Al-Qu’ran diturunkan bertepatan pada malam 17 Ramadan atau yang dikenal dengan Nuzulul Qur’an. Kitab suci umat muslim ini merupakan petunjuk yang diturunkan Allah SWT. kepada umat muslim melalui Nabi Muhammad Saw. Jikakita membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan, pahala yang didapatkan akan dilipatkan ganda dari bulan-bulan lainnya.
Kedua, bulan Ramadan diyakini bahwa pintu surga terbuka dan pintu neraka ditutup. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A bahwa Rasullah bersabda di bulan Ramadan ini pintu surga akan dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu. Artinya, seluruh umat muslim diberikan kesempatan yang besar untuk melakukan hal-hal baik atau positif selama momentum Ramadan ini. Apalagi janji Allah akan melipatgandakan pahala semua amalan kebaikan yang kita lakukan selama Ramadhan ini.
Ketiga, adanya malam lailatul qadar pada bulan Ramadan ini. Malam lailatul qadar sangat dinanti juga kehadiran oleh umat muslim yang sedang menjalankan ibadah pada Ramadan. Malam ini memiliki keistimewaan sendiri dari malam-malam hari pada umumnya. Pada malam ini, Allah SWT. memberikan ampunan seluas-luasnya dan mengabulkan segala doa yang dipanjatkan umat muslim. Oleh karena itu, malam lailatul qadar ini diibaratkan memiliki keistimewaan lebih dari seribu bulan. Malam lailtul qadar turun pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Umat muslim berbondong-bondong memperbanyak ibadah dan amal baik pada malam lailatul qadar tersebut.
Keempat, keutamaan lain dari bulan Ramadan adalah salah satu waktu mustajabnya untuk berdoa. Sebagaimana bunyi hadist berikut.