Kembali pada pembahasan mengenai teknologi, dalam ruang yang terbuat dari bulir-bilir bambu yang sama-sama kita kenal dengan sebutan balai pertemuan ketua adat kampung Naga menyampaikan sebuah pengantar “Kampung Naga merupakan kampung adat yang bertahan di tengah-tengah kemajuan, dengan akses jalan dan kendaraan yang sebetulnya mudah untuk dijangkau”.
Hingga sampailaH pada pemahaman bahwa Kampung Naga merupakan salah satu kampung adat yang masih bertahan dengan kebudayaan tradisionalnya. Ditengah gempuran arus modernisasi yang sangat kuat, kampung ini masih berpegang teguh dengan adat dan budaya yang mereka miliki.
Masyarakat kampung Naga memilih untuk memilah setiap pengaruh yang datang dari luar. Pengaruh positif mereka terima, pengaruh negatif mereka buang atau tolak. Hal ini diperkuat dengan kepatuhan mereka terhadap nilai-nilai nenek moyang yang sudah lebih dulu ada di kehidupannya.
Lalu bagaimana dengan kehadiran teknologi modern yang begitu dekat? Amat sangat kelitu jika mengatakan bahwa masyarakat kampung Naga menolak kehadiran teknologi, karena sejatinya masyarakat cenderung terbuka pada perubahan tersebut, hanya saja kemudian ada beberapa batasan yang harus dibuat dan dilaksanakan untuk menjaga kelestarian dan kemurnian.
Contoh pembatasan yang informasinya kami dapatkan langsung dari salah satu pemandu yang bernama Kang Heri adalah pembatasan penggunaan handphone dan laptop yang saat ini menjadi penunjang dalam kegiatan keseharian masyarakat, khususnya anak-anak yang membetuhkan alat itu untuk belajar. Namun, untuk menunjang pemakaiannya, seperti charger dan stop kontak lainnya disediakan diluar kampung Naga.
Dalam observasi yang kami laksanakan bersama, Kang Heri menyampaikan bahwa bagi masyarakat Kampung Naga makna teknologi adalah segala sesuatu yang membawa atau memperlihatkan dua sisi, hal itu bisa berdampak positif bila kita gunakan dengan baik dan bijak, namun juga bisa berdampak negatif jika kita terlalu terlena.
Bagi masyarakat kampung Naga, teknologi tidak selalu beraryi alat-alat digital melainkan juga alat tradisional yg sudah ada sejak dulu dan mereka gunakan untuk menunjang kegiatan masyarakat sehari-hari.
Dalam aspek pertanian alat-alat seperti cangkul, kirwi (cangkir dari awi), ani-ani/etem (tempat untuk mengambil padi yang tingginya sekitar 1M lebih), leuwit (lumbung padi), aseutan (alat untuk memasak nasi) merupakan teknologi terbaik yang mereka miliki.
Dalam perniagaan yakni enjualan souvenir/barang-barang dilakukan secara barter, ini merupakan istilah lain dari proses transaksi online yang marak kit gunakan saat ini, ada pengepul yang kebetulan orang kampung Naga juga membantu menjual secara online agar bisa sampai keluar daerah.
Barang-barang dari luar daerah yg masuk pun dijual kembali di kampung Naga. Kehidupan masyarakat menajdi amat sangat terbantu dengan kehadiran alat dan sistem-sistem tersebut.