Mohon tunggu...
Sanny Lubis
Sanny Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa jurusan ekonomi yang sangat mencintai ilmu ekonomi dan terapannya. saya suka membaca buku dan membahas masalah uang. saya senang menyimak dan juga mempelajari masalah perekonomian suatu negara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gender Selamatkan Perkawinan bukan Mengundang Perceraian

18 Juni 2024   21:00 Diperbarui: 18 Juni 2024   21:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menyelesaikan isu-isu kesetaraan gender dalam pernikahan memerlukan komitmen dari kedua pasangan untuk memahami, menghargai, dan mendukung peran dan hak satu sama lain. Ini juga memerlukan perubahan sikap, nilai, dan perilaku dalam masyarakat secara lebih luas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan. Pentingnya kesetaraan gender dalam perkawinan dan dalam masyarakat secara keseluruhan. Kesetaraan gender mencakup hak-hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, sehingga menekankan pentingnya menghormati, mendukung, dan menghargai peran dan kontribusi masing-masing pasangan dalam hubungan perkawinan.

Pendekatan ini mendorong keterlibatan aktif dari kedua pasangan dalam membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan. Ini termasuk komunikasi yang terbuka, penghargaan atas perbedaan individu, penyelesaian konflik dengan damai, dan dukungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan masing-masing pasangan.

Upaya dilakukan untuk mendorong pemahaman yang lebih baik tentang peran gender dan dinamika kekuasaan dalam perkawinan. Ini dapat melibatkan pendidikan tentang kesetaraan gender, penghapusan stereotip gender yang merugikan, dan promosi pola pikir yang inklusif dan saling mendukung di dalam rumah tangga. Salah satu aspek penting dari konsep ini adalah upaya untuk mencegah dan mengatasi kekerasan dalam rumah tangga. Kesetaraan gender dan penghargaan terhadap martabat setiap individu adalah langkah kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anggota keluarga.

Isu kesetaraan gender dalam pernikahan adalah topik yang penting dan kompleks yang mencakup berbagai aspek, termasuk hak-hak, peran, harapan, dan dinamika kekuasaan antara pasangan dalam sebuah hubungan perkawinan. Beberapa isu utama yang seringkali muncul dalam konteks kesetaraan gender dalam pernikahan adalah (1) Pembagian Peran: kesetaraan gender mencakup pembagian peran domestik dan pekerjaan antara pasangan. Ini berarti mengakui bahwa baik suami maupun istri memiliki tanggung jawab yang setara dalam melakukan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, dan berpartisipasi dalam penghasilan keluarga.

(2) Kontrol Finansial: isu ini seringkali muncul terutama dalam hubungan yang lebih tradisional, di mana suami mungkin memiliki kendali yang lebih besar atas keuangan keluarga. Kesetaraan gender dalam pernikahan berarti memastikan bahwa kedua pasangan memiliki akses yang sama terhadap sumber daya keuangan dan memiliki peran yang setara dalam pengelolaan keuangan keluarga. (3) Keseimbangan (4) Karier dan Keluarga: isu kesetaraan gender juga berkaitan dengan keseimbangan antara karier dan peran sebagai orangtua dalam pernikahan. Ini melibatkan dukungan dan fleksibilitas dari pasangan untuk memungkinkan kedua belah pihak untuk mengejar aspirasi karier dan tanggung jawab keluarga tanpa diskriminasi atau hambatan yang tidak adil. (5) Kesehatan Reproduksi dan Hak Reproduksi: kesetaraan gender dalam pernikahan mencakup hak reproduksi dan kesehatan reproduksi yang setara bagi kedua pasangan. Ini berarti memastikan bahwa kedua pasangan memiliki hak yang sama untuk membuat keputusan tentang reproduksi, mengakses layanan kesehatan reproduksi, dan mendapatkan dukungan dalam menjalani proses kehamilan dan persalinan.

(6) Pengambilan Keputusan: kesetaraan gender dalam pernikahan juga mencakup proses pengambilan keputusan yang demokratis dan partisipatif antara pasangan. Ini berarti menghargai pendapat dan kebutuhan masing-masing pasangan serta mencari solusi bersama untuk masalah dan keputusan penting dalam kehidupan pernikahan.

Menyelesaikan isu-isu kesetaraan gender dalam pernikahan memerlukan komitmen dari kedua pasangan untuk memahami, menghargai, dan mendukung peran dan hak satu sama lain. Ini juga memerlukan perubahan sikap, nilai, dan perilaku dalam masyarakat secara lebih luas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan. Sehingga mencegah timbulnya konflik yang berujung pada perceraian.

Kasus perceraian dapat bervariasi, tergantung pada berbagai faktor seperti budaya, nilai-nilai sosial, ekonomi, dan individu yang terlibat. Beberapa kasus perceraian yang sering terjadi antara lain: (1) Komunikasi yang buruk: Ketika komunikasi antara pasangan suami istri terganggu, masalah-masalah kecil bisa berkembang menjadi konflik yang lebih besar. (2) Ketidaksetiaan: Perselingkuhan seringkali menjadi faktor utama dalam perceraian. Hal ini dapat mencakup perselingkuhan emosional atau fisik.

(3) Perbedaan nilai dan tujuan hidup: Jika pasangan memiliki nilai-nilai atau tujuan hidup yang berbeda secara signifikan, hal ini dapat menyebabkan ketidakcocokan dalam hubungan mereka. (4) Masalah keuangan: Masalah keuangan seperti utang, ketidakmampuan untuk mengelola keuangan dengan baik, atau perbedaan pendapat dalam hal keuangan dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan.

(5) Ketidak cocokan seksual: Perbedaan dalam kebutuhan dan keinginan seksual juga dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam hubungan. (6) Masalah keluarga: Konflik dengan anggota keluarga, terutama mertua, dapat memberikan tekanan tambahan pada hubungan suami istri. (7) Ketidakseimbangan dalam tanggung jawab: Jika satu pasangan merasa bahwa dia lebih bertanggung jawab atas tugas-tugas rumah tangga atau keuangan, hal ini dapat menyebabkan kecemburuan atau ketidakpuasan. (8) Masalah emosional atau mental: Masalah seperti depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya dapat mempengaruhi hubungan dan menyebabkan perceraian.

(9) Perbedaan dalam gaya hidup: Jika pasangan memiliki gaya hidup yang sangat berbeda, seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, atau kebiasaan lainnya yang tidak cocok, hal ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan. (10) Kurangnya dukungan atau perhatian: Jika salah satu pasangan merasa tidak didukung atau diabaikan dalam hubungan, hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dan akhirnya perceraian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun