Keberadaan komentator perempuan di siaran langsung Piala Dunia mungkin merupakan perbincangan yang tak akan ada habis-habisnya untuk dikupas, di sela-sela keasyikan para penonton menonton pertandingan sepakbola Piala Dunia 2010 di depan layar kaca.Demikian juga yang terjadi di kediaman keluarga besar kami yang semuanya sangat gemar sepakbola. (Catatan, saya tinggal bersama kedua orang tua, satu adik bujangan, suami dan dua anak saya).
Kehadiran perempuan -perempuan cantik yang berstatus selebriti mungkin dimaksudkan pemegang kebijakan stasiun televisi sebagai suatu daya tarik agar menonton sepakbola tidak hanya sekedar menikmati kelihaian mengocek si kulit bundar semata-mata.
Tapi saya rasa hanya sebatas itu saja. Tidak pernah bisa lebih.
Selebritis-selebritis cantik itu hanya sekedar pemanis dan tempelan saja, sekalipun mereka selalu punya tim yang dijagokan dan bahkan ada yang menjerit-jerit histeris saat tim kesayangannya menang.
Pertanyaan yang diajukan sang pembawa acara juga sudah sangat standar dan bisa saya tebak  karena hampir setiap malam pertanyaan-pertanyaannya hanya seputar : Tim mana yang Anda jagokan malam ini ? Siapa pemain favorit Anda ? Mengapa Anda menyukai Tim tersebut ?
Ketika ditanya mengapa Anda menyukai Tim negara Anu ? Jawaban selebritis itu : karena semua teman-teman saya mendukung mereka. ( Menurut saya : Sekalian aja teman-temannya itu dibawa shooting ke studio, Mbak !)
Ketika ditanya mengapa Anda suka Tim Anu ? Jawaban selebritis itu : Karena mereka ganteng-ganteng ! (Menurut saya : Kalau mau lihat yang ganteng-ganteng, baca aja majalah franchise luar negeri, Mbak !)
Di Piala Dunia 2010 ini terus terang, Â sosok perempuan yang saya kangeni adalah Tamara Geraldine, Donna Agnesia dan Leony. Selain ketiga selebritis itu, rasa-rasanya semua komentator perempuan di Piala Dunia 2010 masih berstatus tak lebih dari sekedar pemanis dan pelengkap saja.
Meskipun demikian, saya tetap menghargai usaha para selebritis perempuan itu untuk terlihat berminat dan suka akan sepakbola. Meskipun saya yakin sebagian besar dari mereka hanya sekedar memenuhi udangan dan meramaikan demam Piala Dunia 2010 ini.
Tetapi di sisi lain, memang benar bahwa ajang Piala Dunia , kini sudah bukan cuma tontonan kaum Adam saja. Dulu ketika saya pertamakali tahu apa itu Piala Dunia, saat Italia menjadi juara pada tahun 1982, betapa sulitnya berbagi cerita dengan teman atau saudara perempuan tentang sepakbola.
Tapi di ajang Piala Dunia 2010 ini, saya punya lebih banyak teman perempuan yang ternyata sangat menyukai sepakbola. Teman kuliah, teman di kantor, teman di facebook, teman di Kompasiana. Wah ...ternyata sudah relatif banyak juga perempuan yang tertarik dan ikut menikmati ajang Piala Dunia.