Aku…ingin engkau ada disini
Menemaniku saat sepi
Menemaniku saat gundah
Berat hidup ini tanpa dirimu
Kuhanya mencintai kamu
Kuhanya memiliki kamu
Aku rindu setengah mati kepadamu
Sungguh ingin kau tau
Aku rindu setengah mati
Aku rindu….
Ku mainkan gitar sambil ku nyanyikan lagu yang sudah hafal diluar kepalaku. Lagu yang selalu ku nyanyikan tiap kali aku merindukan Alya. Kekasihku yang telah lama pergi. Orang-orang bilang ia sudah meninggal. Tapi, aku selalu merasakan keberadaannya dalam hatiku. Tiap kepejamkan mataku, wajah dan senyum Alya selalu terlihat.
Kejadiannya bermula dari 5 bulan yang lalu. Aku dan Alya sedang berjalan pulang dari sekolah. Saat aku menyebrang untuk membeli minum, ada sebuah mobil yang hendak menabrakku. Tapi, tiba-tiba Alya mendorongku. Aku jatuh tersungkur. Sementara saat aku melihat Alya..
“Alyaaaa….!!!!!”
Aku melihat Alya terbaring bermandikan darah. Ku hampiri Alya dan ku panggil-panggil namanya. Tapi sudah tak ada jawaban. Alya membisu. Tapi, satu hal yang aneh. Alya meninggal dalam keadaan tersenyum. Seolah-olah ia senang mati demi aku.
Sampai saat ini, masih tak bisa ke percaya jika Alya sudah pergi. Aku tidak mau berbicara kepada siapapun, aku tidak mau pergi ke sekolah, aku mengurung diri dirumah. Aku hanya bisa diam, ku tatap sesuatu dengan kosong. Orang tua ku sudah membawaku ke psikiater, katanya aku mengalami depresi berat.
***
“Virgo…”
Ada suara yang memanggil namaku. Suara yang kurasa tidak asing ditelingaku. Suara Alya.
“Alya, kau kah itu ?” tanyaku mencari-cari sumber suara itu. Aku mendapati Alya berada dihadapanku.
“Aku rindu padamu” bisik Alya. Aku tersenyum dan memeluk Alya. Tapi tidak bisa, Alya menghilang.
Sungguh kurasakan Alya benar-benar telah mengisi hatiku. Rasa cintaku tertanam sampai ke sumsum tulangku. Mengalir deras dalam darahku.
***
Suatu siang, aku berdiri di balkon depan rumahku. Ku lihat banyak anak SMA seumuran ku pulang sekolah. Itu membuatku sedih, karena membangkitkan kembali kenanganku dengan Alya. Yang tersimpan rapih dimemoriku. Yang menusuk ulu hatiku kala aku mengingatnya.
“Virgo..” panggil mamahku. Aku hanya diam. Kemudian, mamah menghampiriku. Aku diajaknya masuk ke dalam rumah dan duduk.
“Virgo, sampai kapan kamu mau terus seperti ini?” tanya mamah dengan wajah sedih. Aku tidak menjawab dan tak sedikitpun kupalingkan pandangan dari foto Alya. Tak terasa air mataku jatuh terurai. Tak kuasa ku tahan kepedihanku. Mamah ikut sedih, lalu ia memelukku.
Ku rasakan dadaku sesak. Cinta pedihku menyeruak. Harumya kepedihan semerbak. Hati dan jiwaku menyatu untuk mempertahankan cinta semu yang kurasakan. Dan tak akan pernah ada akhirnya untuk Alya.
Ku pejamkan mataku, dan kulihat Alya berdiri dan tersenyum padaku. Namun, yang ku sayangkan. Aku tak dapat menyentuhnya.
“Virgo, kenapa kau sedih?” tanya Alya.
“Aku merindukanmu.” Jawabku.
“Bukankah aku selalu ada dalam hatimu?” tanya Alya lagi.
“Tentu saja” aku tersenyum.
“Kalau begitu untuk apa kau sedih? Aku yang selalu mengisi kekosongan jiwamu, aku yang berdiam dihatimu, yang bernaung difikiranmu.” Alya berkata dengan senyumnya.
“Tapi, aku ingin setiap saat didekatmu. Aku hanya bisa melihatmu bila ku pejamkan mataku. Bukankah tidak adil?” tanyaku.
“Kau tidak mengerti !” ujar Alya.
“Aku ingin memejamkan mataku untuk selamanya. Agar aku bisa selalu didekatmu. Agar aku tidak sedih lagi.” Kataku.
“Kau harus tetap hidup” ujar Alya lirih.
“Aku hidup tak berarti, aku hidup sia-sia karna tak ada kau.” Ujarku pada Alya.
“Ku katakan sekali lagi, kau tak mengerti !” Alya terlihat sedih.
“Mengapa ?” tanyaku. Tapi perlahan Alya menjauh.
“Aku mencintai mu Virgo.” Lalu Alya menghilang entah kemana.
Aku lalu membuka mataku. Wajah pertama yang kulihat adalah mamah.
“Virgo, kamu sudah sadar ?” mamah mengusap air matanya.
“Mamah…” aku mengahambur ke pelukan mamah. Ku dekap ia erat-erat. Tak akan ku biarkan seorangpun lagi yang pergi dari hidupku dengan sia-sia. Tak kan ku ulangi lagi kesalahan fatal ku.
***
Kini ku mengerti, kenapa Alya tidak memperkenankan aku ikut dengannya. Karena sebenarnya itu dapat melukaiku ataupun orang yang menyayangiku. Biarlah kulihat Alya kala mataku terpejam. Daripada aku menyia-nyia kan hidupku.
Aku sadar, Alya akan selalu ada dalam hatiku, mengisi kekosongan jiwaku, berdiam dihatiku, bernaung dipikiranku, sekalipun tak dapat aku memeluknya.
Cinta itu adalah apa yang dapat kurasakan, bukan yang ingin ku sentuh, bukan yang ku ungkapkan. Berharganya cinta harus ku jaga sepenuh hati.
-TAMAT-
SaniyaFitriaNurgidaSandi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H