PPG (Program Profesi Guru) dalam jabatan (daljab) adalah salah satu kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menuntaskan sertifikasi Guru dalam jabatan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Udang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pada tahun 2020 seiring dengan pandemi COVID-19 merebak di Indonesia, pelaksanaan PPG Daljab dilaksanakan sepenuhnya secara daring baik sinkronus dan asinkronus. Pembelajaran menggunakan SIM PKB menuju  LMS (Learning Management System) Masing-masing. Pada LMS ini mahasiswa bisa mengunduh dan mengunggah tugas-tugas, juga bisa melakukan video conference melalui google meet dengan link yang sudah disediakan di dalamnya. Seperti yang terlihat pada gambar. Centang biru disamping kanan adalah tanda bahwa tugas-tugas telah dikerjakan dan diunggah. Sementara yang diberi tanda kotak merah dengan simbol kamera disampingnya adalah tautan untuk melakukan video conference (Sinkronus) dengan dosen.
Kelebihan Pembelajaran daring ini yaitu tidak terikat oleh ruang dan waktu. Mahasiswa bisa mengikuti kelas dimanapun mereka berada asalkan sesuai jadwal kegiatan. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengerjakan tugas lain selama tidak mengganggu tugas-tugas PPG. Karena tidak terbatas tempat tentunya mahasiswa PPG tidak harus nge-kos jika berada jauh dari LPTK yang ditentukan. Biaya hidup pun bisa di tekan, digantikan dengan penyediaan kuota atau menumpang jaringan wifi di sekolah atau tempat lain. Tentunya biaya pengeluaran pun lebih murah dibanding dengan biaya nge-kos.
Berbicara mengenai internet, menjadi hal yang mutlak harus ada pada kegiatan PPG saat ini. Namun, tidak ada yang dapat mengendalikan internet, bisa saja gangguan karena cuaca atau bahkan tempat mahasiswa berada tidak memiliki akses internet yang baik. Para pejuang centang biru harus memutar otak bagaimana mendapatkan akses internet yang stabil. Terlebih dalam pelaksanaan praktik pelaksanaan pembelajaran atau PPL. Dosen dan Guru Pamong harus menyaksikan proses kegiatan belajar mengajar berlangsung baik pada pembelajaran daring dan luring. Oleh karena itu, setiap mahasiswa melakukan video conference melalui google meet atau zoom sebagai sarana bagi Dosen dan Guru pamong untuk mengobservasi proses pembelajaran. Â Tentunya tidak lupa juga harus direkam, karena nantinya video rekaman tersebut diunggah ke LMS dan Youtube masing-masing sebagai salah satu tagihan tugas mahasiswa selama praktik mengajar.
Selama praktik mengajar ini berbagai macam hal dihadapi oleh mahasiswa. Beberapa diantara mahasiswa belum terbiasa melakukan pembelajaran melalui google meet begitu pun dengan siswanya. Hal itu bisa diatasi dengan melakukan latihan sebelum praktik dilaskanakan. Masalah lainnya yaitu kendala jaringan internet. Tidak semua siswa dan sekolah memiliki akses internet dan perangkat yang mumpuni untuk melakukan pembelajaran secara daring. Ada beberapa mahasiswa yang mengatasinya dengan melakukan pembelajaran di ruang komputer sekolah. Hal itu menyebabkan kualitas audio yang kurang bagus karena menimbulkan gema. namun hal itu bisa diatasi pada saat editing video tersebut.
Sebagai pejuang centang biru, mahasiswa melakukan segala cara untuk dapat melaksanakan praktik pembelajaran. Memaksa melatih dirinya untuk dapat menguasai teknologi dan berbagai macam karya inovasi untuk dipraktikan. Adapun RPP yang digunakan untuk kegiatan PPL yaitu 2 set RPP moda luring dan satu set RPP moda daring. Namun pada praktiknya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat mahasiswa mengajar. Hal ini terkait pandemi COVID-19 dan kebijakan pemerintah mengenai PPKM. Tak jarang mahasiswa melakukan praktik dengan moda daring semuanya atau luring semuanya.
Selain internet, kendala yang dihadapi para pejuang centang biru dalam kegiatan PPL ini yaitu mencari siswa, karena dilaksanakan bertepatan dengan libur sekolah (Angkatan 2 tahun 2021). Para praktikan harus "blusukan" mencari siswa, membujuk dan meminta izin kepada orang tua dan pihak lain yang terkait agar dpat mengikuti kegiatan ini. Tak jarang praktikan mendapatkan siswa kurang dari ketentuan yang sudah ditentukan yaitu minimal 10 orang siswa dan maksimal 15 orang. PPL dilaksanakan sebanyak tiga siklus dan diakhir kegiatan PPL mahasiswa harus membuat laporan berupa deskripsi singkat kegiatan PPL ke 1 sampai ke 3 dengan menyertakan fakta dan data juga simpulan dan saran untuk bahan perbaikan guru di kemudian hari.
Manfaat besar dari kegiatan ini yaitu memaksa guru untuk melek teknologi dan menerapkan unsur TPACK (Technological Pedagogical Conten Knowledge) pada  pembelajaran, menjadi lebih kreatif dan inovatif juga bermental petarung karena mampu menghadapi dan mengatasi berbagai macam kendala pada seluruh rangkaian kegiatan ini. Maka mahasiswa PPG sangat tepat sekali disebut sebagai para pejuang. Centang biru adalah capaian tugas. Prestasi mahasiswa pada saat PPG adalah bukan mampu mencapai nilai tertinggi melainkan dinyatakan LULUS PPG dan menjadi guru yang profesional yang mampu mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan. Selamat dan semangat kepada seluruh pejuang centang biru yang sedang berjuang. One step closer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H