Sejak di tinggal pak longor pulang kampung, serasa mati pula ide Si Udin untuk menulis. Padahal sewaktu ada pak longor menemaninya beberapa malam di rumah, satu malam saja Si Udin bisa menghasilkan 2 tulisan dan tulisan itu selesai dari awal cerita sampai akhirnya. Tapi setelah satu minggu ditinggalin pak longor, jangankan satu tulisan setiap malamnya. Sampai sekarang satu tulisan saja tak selesai-selesai.
Pak longor-pak longor, tega sekali kau tinggalkan anak didik mu ini. Ucap si udin sambil menghembuskan napasnya.
Setiap malamnya, Si Udin Selalu mencoba menulis, berharap bisa membuat satu tulisan yang baik dan menarik. Tetapi setelah dibuat satu atau dua paragraph, Si Udin kayaknya kebingungan harus melanjutkannya lagi. Bingung harus mencari kata-kata untuk paragraph berikutnya dan apakah satu atau dua paragraph yang udah di buat itu sudah cukup baik.
Oohh pak longor, kalau kau ada di sini sekarang, aku kan bisa bertanya gimana harus melanjutkan ini. Keluh si Udin dalam hati.
Sebagai penulis pemula yang memang baru belajar menulis, memang keberadaan pak longor sangat berarti buat si Udin dalam hal belajar tulis menulis. Karna pak longor yang mengajarkan, yang mengenalkan Si Udin dunia tulis menulis. bukan mengajarkan menulis abjad, tetapi menyusun kata-kata menjadi tulisan yang punya cerita dan menarik untuk dibaca. Maka dari itu, wajar sekali keberadaan pak longor menjadi motivasi buat Si Udin Untuk menulis.
Sebelum pak longor pulang kampung, pak longor sangat menanamkan semangat menulis kepada Si Udin. Yang penting kau tulis saja apa yang sedangkan kau pikirkan dan tambahkan bumbu-bumbu sebagai penyedap agar tulisan kelihatan punya jiwa dan menarik untuk di baca. Yang penting bagaimana cara kau menulis, dan orang yang membaca tulisan kau itu bisa merasakan apa yang sedangkan kau rasakan dalam tulisan iti. Begitu pak longor kata-kata pak longor member semagat sama Si Udin. Banyak lah petuah-petuah atau kata-kata yang di ucapkan oleh pak longor untuk memotivasi Si Udin untuk giat menulis. karena terlalu panjangnya percakapan itu dan Si Udin tidak merekamnya, jadi banyak kata-kata yang tidak bisa Si Udin sebutkkan lagi.
Pak longor-pak longor..jadi kangen aku sama pak longor nih..si Udin mengeluh dalam hati.
Karena semangat yang udah ditanamkan pak longor, si udin pun berjanji akan akan produktif membuat tulisan. Setiap malamnya Si Udin selalu berusaha membuat tulisan. Tapi kacaunya, setiap tulisan yang coba dibuat tak pernah bisa diselesaikan. Ada yang Cuma satu paragraph, ada yang bahkan sampai dua halaman. Andai saja setiap tulisan itu bisa di selesaikan, tenang hati si udin karena pak longor tak akan marah-marah sama si udin. Biasa lah kalau pak longor marah, mulailah kata-katanya, pantat kau lah, anak setan lah, entah apa lah itu. Tapi itu hanya bercanda saja. Karena pak longor dikenal memang suka bercanda juga. Jadi kalau pak longor bilang anak setan, pantat kau, dan lain-lainnya, itu malahan jadi humor dan membuat yang mendengarkan bukannya marah, tetapi ketawa.
Hahahahaha..memang mantap lah pak longor ini.. Ternyata aku salah menilaimu pak longor, kata Si udin.
Pertama si Udin bertemu pak longor, sama sekali tek terpikirkan bisa akhirnya dekat dan menjadi anak didik pak longor. Soalnya waktu pertama ketemu, itu biasa-biasa saja. Tak ada komunikasi yang terjalin. Hanya sekedar kenalan saja terus pak longor menyuruh si udin memindahkan atau mengeprint susuatu diflasdishnya, habis itu selesai sudah tanpa ada perbincangan lagi. Si udin dan Pak Longor melanjutkan urusan masing-masing. Si udin belum tahu kalau ternyata pak longor itu orang yang hebat dalam hal tulis menulis dan telah membuat buku hasil dari tulisannya.
Ternyata si udin ketipu dari gaya penampilan pak longor yang berdandan ala apa adanya. Tak nampak saat itu kalau ternyata pak longor itu orang super hebat. Kata hebat bagi pak longor bukan cuma penilaian Si Udin, tetapi penilaian orang-orang yang mengenal pak longor menganggap kalau dia itu hebat.
Kedekatan Si Udin dengan Pak Longor di awali pada pertemuan kedua kalinya. Pada pertemuan kedua kalinya itu, Si Udin dan Pak Longor sangat banyak berkomunikasi. Karena pak Longor menginap di secretariat dan kebetulan Si Udin tinggal di secretariat. Naaaahh dari itu lah komunikasi mulai sangat intens terjalin. Siangnya sibuk dengan kegiatan, malamnya Si Udin berdiskusi dengan Pak longor. Sampai akhirnya pak longor menghipnotis Si Uding untuk belajar membuat tulisan.
Ada kata pepatah, jangan hanya melihat dari luarnya saja, tetapi harus melihat dalamnya juag. Penampilan luar biasanya menipu.
Itu cerita pak Longor, beda lagi dengan cerita Si Buncit (temannya Si Udin)
Si Buncit sangat berlawanan dengan sifat Pak longor. Ya walaupun ada kesamaannya, sama-sama orang hebat.
Si udin mengenal dan menilai Si Buncit juga orang hebat, baik dan bisa menjadi panutan bagi temannya. Si buncit orangnnya pintar, cerdas dan penuh dengan semangat. Dengan sifat luar yang dimiliki oleh si buncit,maka banyak orang juga suka dan kagum dengan kecerdasan si buncit. Banyak yang berteman dan bekerja sama dengan Si Buncit dalam hal pekerjaan. Dan memang, dengan kecerdasan yang si buncit miliki, banyak orang seakan-akan membutuhkan bantuannya untuk melakukan dan menyelesaikan berbagai hal.
Namun sifat luar itu ternyata bisa menutupi sifat dalamnya si Buncit di mata si Udin. Sehingga Si Udin sangat terkejut sekali ternyata Si Buncit itu penghinat, penjahat dan pencuri. Lebih hebat dari para penjahat, koruptor kelas kakap yang biasa muncul beritan di televise.
Sewaktu si buncit masih berada di posisi bawah, masih belum terlihat sifat dalamnya. Namun fatalnya, ketika posisi Si Buncit naik satu tingkat derajatnya, baru kelihatan berata jahatnya Si Buncit. Ketika masih berada di posisi bawah, ia selalu menuntut hak-haknya kepada yang di atasnya. Namun ketika di naik ke tingkat atas, dia jadi mengabaikan hak-hak orang di bawahnya.
Ketika berada di bawah, dia selalu menuntut untu mendapatkan kebih, tetapi ketika dia berada di atas, dia malahan memperkecil dan bahkan tidak memberikan hak-hak orang di bawahnya.
Ketika dia berada di bawah, betapa hebatnya dia mengkritisi orang-orang yang berada di tingkat atas. Mengatakan ada korupsi lah, penyalahgunaan wewenanglah, pelanggaran kode etik lah. Namun setelah dia naik satu peringkat sebagai orang tingkat atas, malahan di lebih parah dari orang-orang-yang ia kritisi. Yang lebih parahnya lagi, keritikan yang dia keluarkan waku dis berada di bawah hanya kebohongan belaka untuk menjelek-jelekkan orang lain.
Itulah Si Buncit. Membuat heboh banyak orang dan membuat orang merasa kecewa. Terutama Si Udin. Karena memang si udin melihat dan menilai Si Buncit selama ini sangat baik lah. Sehingga apa yang dikatakan Si Buncit kepada Si Udin, si udin pun mengiyakan dan mempercayainya. Apapun yang di suruh si Buncit kepada Si Udin, Si udin selalu siap dan sengera mengerjakan dan menyelesaikannya. Walaupun kesejahtraan Si Udin tak pernah dipikirkan oleh Si Buncit, Si Udin selalu siap melaksanakan semua intruksinya.
Tapi sepandai-pandainya bangkai di sembunyikan, baunya pasti akan kecium juga. Begitulah yang terjadi pada Si Buncit. Semua kejahatan yang dilakukan Si Buncit akhirnya ketahuan juga.
Si Udin benar-benar kecewa dan tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh si Buncit. Sehingga beberapa kali mengbuskan napas, tidak sedikitpun rasa lega di dapatkannya. Kekecewaan berubah menjadi kebencian di hati si Udin melihat tingkah Laku Si buncit. Entah Sampai Kapan kecewaan itu hilang dan semoga Si Buncit bisa mendapat pelajaran dari perlakuan yang telah dia lakukan selama ini. Berharap semoga Si Buncit bisa meiliki sikap dan sifat seperti pak Longor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H