Mohon tunggu...
Sani Dewanto
Sani Dewanto Mohon Tunggu... profesional -

tempe goreng dan kopi panas, teman setia musim hujan

Selanjutnya

Tutup

Money

Banyak Peluang, Bingung Memanfaatkan

4 November 2013   09:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1383531783453288942

Kebutuhan akan sumber energi pengganti bahan bakar fosil benar-benar telah menyita perhatian banyak orang, beberapa diantaranyahadir dengan ide yang sedikit gila, dari menempel semua permukaan dengan solar sticker sampai bagaimana cara memanfaatkan energi yang terbuang dari proses kremasi mayat, dan ini benar-benar terjadi. Semua berawal dari konsumsi minyak bumi yang terus meningkat yang menyebabkan cadangan minyak dunia semakin menipis. Bahkan beberapa ahli berpendapat, bahwa dengan pola konsumsi seperti sekarang, maka dalam waktu 50 tahun cadangan minyak bumi dunia akan habis. Di Indonesia sendiri Kementerian ESDM menyebutkan cadangan minyak bumi kita sudah sangat sedikit, tersisa 4 miliar barel dengan potensi sekitar 9 miliar barel. Selain itu kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat terus meningkat.Proses pembakaran BBM menghasilkan gas CO2 yang berperan besar dalam meningkatnya suhu bumi dan mencairnya es kutub. Bayangkan saja sekitar 3014 miliar ton CO2di hasilkan di indonesia tiap tahunnya. Belum lagi gas sulfur oksida dan nitrogen oksida yang menyebabkan hujan asam berakibat pada matinya berbagai vegetasi dipermukaan bumi. Walaupun pemerintah masih memprioritaskan batubara dan gas alam sebagai pengganti minyak bumi, tetapi dalam rancangan kebijakan energinya, dua energi pengganti ini terus dikurangi porsi penggunaannya. Karena itu kita semua berharap akan hadirnya sumber energi yang lebih murah dan ramah lingkungan di Indonesia. Sebagai gambaran, Amerika sebagai pengguna energi terbesar di planet ini sudah mencanangkan tahun 2030 sebagai tahun kemandirian energi. Dalam rancangan kemandirian energinya yang baru mereka sudah memasukan sinar matahari, angin, arus laut bahkan sampah radioaktif sebagai sumber energi yang baru.

Sasaran Bauran Energi Primer Nasional

Potensi energi Indonesia

Suburnya Nusantara, letaknya dikhatulistiwa dan pada pertemuan dua samudra, panjangnya garis pantai, dan banyaknya gunung api memberikan potensi yang tak terbatas untuk pengembangan energi baru, beberapa diantaranya adalah:

Biofuel

Jangan tercengang jika ditahun 2015 Amerika akan mampu mengubah 160.000 ton sampah organik menjadi 100 juta galon bahan bakar dengan harga kurang dari 70 sen per galonnya. Terus apa yang sudah dilakukan oleh Indonesia ? sebenarnya pengembangan biofuel berupa bioethanol dan biodiesel sudah dimulai gencar dilakukan sejak tahun 2006. Sebagai contoh PTPN X kini sudah memiliki pabrik bioetanol berbasis tetes tebu. Efisiensi produksinya untuk satu liter bioetanol, butuh lima kilogram ampas. dengan harga Rp 1.000,-. Apabila per tahun ada sekitar 6 juta ton tebu yang digiling di sebelas pabrik gula, maka setidaknya tersedia 1,8 juta ton ampas tebu. Dengan asumsi digunakan sendiri untuk operasional sekitar 1,3-1,5 juta ton, maka ada 300.000-500.000 ton ampas yang dapat dikonversi menjadi bioethanol. Potensi lain yang perlu dikembangkan juga adalah produksi cellulosic ethanol, etanol yang dibuat dari limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan sehingga tidak bersaing dengan produk pangan.

Produk biofuel lainnya adalah biodiesel yang sesuai mandatori energi harus menjadi campuran solar sebesar 10%. Bahan baku dari produk ini bias berupa jarak pagar (Jatropha curcas), biji kubis (mustard), kelapa, sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan alga. Dari bahan baku tersebut tak satupun yang tidak bisa hidup dengan baik diIndonesia. Satu yang potensial adalah kelapa sawit, karena pemanfaatan kelapa sawit untuk energi ini tidak akan berkompetisi dengan kebutuhan pangan (minyak goreng) karena produksi crude palm oil (CPO) saat ini sudah berlebih, yaitu sekitar 25 juta ton per tahun. Toh jikapun persediaan menurun maka akan menaikan permintaan yang berakibat pada harga minyak sawit yang lebih baik. Andai 0,5% atau sekitar 1 juta hektar saja dari wilayah pulau-pulau besar tersebut dijadikan perkebunan energi dengan menanam sawit misalnya, maka dapat diproduksi biodiesel sebesar 75.000 barrel per hari. Dengan kebun energi ini dapat menjamin kepastian sebagian ketersediaan energi sampai kapanpun dalamvolume yang dapat direncanakan lebih pasti, sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, konsep kebun energiini juga bermanfaat sebagai instrumen penyerapan tenaga kerja, pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Penggunaan 40% biodiesel per tahun pada bahan bakar pembangkit listrik, maka terjadi penghematan sekitar 5,6 hingga 6 juta kiloliter barel per tahun (bph) minyak. Sehingga impor minyak kan bisa kurangi 100 ribu barel per hari (bph), dan bisa meminimalisir pengurangan devisa.

Panas bumi

Energi panas bumi merupakan energi pembangkit listrik yang murah dan ramah lingkungan. Harganya 7-10 sen per kwh, dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa di atas 20 sen. Walaupun panas bumi akan melepaskan gas yang terjebak dibumi ke udara tetapi sangat rendah jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Efisiensinyapun lebih besar, pembangkit listik tenaga panas bumi menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75% pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Di Indonesia sendiri terdapat setidaknya 256 lokasi yang berpotensi untuk dijadikan pembangkit listrik, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di  Jawa,  51  prospek  di  Sulawesi,  21  prospek  di  Nusatenggara,  3  prospek  di  Irian,  15  prospek  di Maluku  dan  5  prospek  di  Kalimantan.  Sistem  panas  bumi  di  Indonesia  umumnya  merupakan  sistim hidrothermal  yangmempunyai  temperatur  tinggi, sehingga hambatan berupa hilangnya panas dipipa penyalur dapat diminimalisir.

Arus laut

Air memiliki kepadatan 800 kali lebih besar dari udara jika arus laut dapat disalurkan dengan baik maka energi yng dihasilkannya akan sangat besar. Indonesia sendiri mempunyai banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Bahkan pada saat bulan baru dan  bulan purnama kecepatan arus laut yang keluar dari Selat dapat mencapai 4.0 meter/detik. Beberapa daerah yang dapat dikembangkan untuk jenis energi ini adalah Selat Larantuka, Selat Makassar, Laut Maluku, Selat Sumba, dan Laut Sawu.

Angin

Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) mulai dibangun. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025. Pemanfaatan energi angin banyak diterapkan di daerah pantai, seperti di Jepara, Lombok, Sulawesi dan Bali.

Matahari

Energi matahari adalah energi yang abadi, letak geografis Indonesia dikhatulistiwa menjadikan frekuensi penyinaran matahari berlangsung sepanjang tahun dengan intensitas penyinaran yang tinggi. Di Indonesia sendiri masih perlu dilakukan kajian untuk menjadikan energi matahari sebagai energi utama pembangkit listrik. Beberapa pertimbangannya adalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang intensitas terbentuknya awan sangat tinggi sehingga dapat menghalangi sinar matahari. Musim hujan akan memperburuk intensitas sinar matahari yang seharusnya dapat diubah menjadi energi listrik. Berbeda dengan Masdar City di Dubai yang dapat menyediakan energi bagi satu kota dengan memanfaatkan energi matahari karena daerah gurun intensitas hujan dan terbentuknya awan sangat rendah. Sementara ini energi surya baru dikembangkan didaerah Jawa. Namun jika suatu saat memungkinkan kita dapat membuat satelit surya yang terorbit diatmosfer yang mampu menangkap energi matahari tanpa terpengaruh oleh fenomena cuaca.

Mikrohidro

Sesuai dengan misi pengelolaan energi nasional yaitu menyediakan energi yang terjangkau untuk kaum dhuafa dan untuk daerah yang belum berkembang, maka salah satu yang paling mungkin adalah dengan menyediakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM). Sejak tahun 2005 LIPI telah merintis pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) di Tanete, Desa Lebani, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Energi listrik yang dihasilkan sebesar 30 kilowatt dan mampu memfasilitasi listrik 24 jam kepada 100 keluarga. Jika dikerjakan secara swakelola, dana yang dibutuhkan untuk membangun PLTM sekitar Rp 30 juta per kilowatt. Investasi ini cukup mahal untuk ukuran desa kecuali diterapkan pada kawasan terpadu atau menggandeng pihak swasta.

Integrasi Pengembangan Energi

Bagaimanapun juga pengembagan energi baru dan terbarukan ini perlu integrasi yang harmonis dari berbagai pihak, setidaknya antara pemerintah, pihak swasta dan pertamina. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan adalah:

  1. Pemerintah bisa menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal sistem pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya dapat diproduksi di dalam negeri, kerjasama dengan negara lain untuk alih teknologi juga diperlukan untuk tercapainya kemandirian energi.
  2. Universitas dan lembaga penelitian meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan; pelaksanaan identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Universitas lokal perlu diikutsertakan dalam pengembangan pabrik sehingga dapat meningkatkan kompetensi industri universitas.
  3. Pertamina memberi prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonomisnya, terutama potensi panas bumi yang akan menjadi produk sumber energi abadi Pertamina.

Kata Terakhir

Undang-Undang No 30 Tahun 2007 Tentang Energi menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh energi dan merupakan kewajiban pemerintah untuk melakukan pengelolaan sehingga ketersediaan energi dapat terjamin. Namun tak terpikirkah oleh kita bahwa kemudahan penggunaan energi saat ini terutama energi dari fosil adalah SEBUAH HUTANG GENERASI. Bahan bakar fosil dieksplorasi secara besar-besaran ditambah dengan subsidi membuat semua orang mampu untuk membelinya. Beberapa diantaranya secara culas menjualnya BBM bersubsidi keluar negeri untuk keuntungan pribadi. Pertanyaannya jika energi jenis ini habis, maka apa yang telah kita siapkan untuk anak cucu kita ? Jawabnya adalah keseriusan kita mengembangkan energi baru dan terbarukan ini. Semoga kita tidak terlambat seperti terlambatnya kita dalam pengembangan teknologi ponsel. Akibatnya Indonesia tak menyumbang apa pun pada pengembangan teknologi ponsel, dan hanya menjadi negara pembeli produk ponsel.

Referensi : dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun