Melihat video penyanderaan ibu dan anak di angkot di Pulau Gadung, Jakarta Timur yang beredar di You tube, bisa terlihat kemarahan si penyandera saat drama penyanderaan tersebut tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan pisau terhunus di leher si ibu yang menjadi korban, dan anak berusia 2 tahun yang terbaring di pangkuan ibu yang disandera. Hermawan, si penyandera berteriak teriak meminta supir agar bergerak  maju di tengah kerumunan, dan mengancam untuk membunuh semua orang  yang ada di angkot merah tersebut, bahkan pisau yang berada di tangannya sudah melukai sanderanya.
Kemarahan si penjahat berasal dari emosi ketidakpuasan, adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan situasi yang dihadapi. demikian pula dengan masyarakat yang melihat kejadian tersebut dan geram marah pada penjahat yang tega melakukan kejahatan pada ibu dan anak tersebut. Kemarahan juga terjadi pada setiap orang , dan emosi marah adalah hal yang sebenarnya wajar, sebagai reaksi dari suatu aksi.
Marahpun bukanlah suatu hal yang salah, namun "marah marah", adalah suatu rentetan emosi marah yang akhirnya menautkan hal yang satu dengan yang lain, sehingga kadang masalah yang kecil menjadi melebar ke kanan dan ke kiri dan menjadi rantai yang cukup panjang dan kadang menimbulkan hal hal lain yang salah penempatan, dan akhirnya diasumsikan negatif.
Marah adalah emosi yang berasal dari pikiran bawah sadar, yang terjadi karena tumpukan memori memori di masa lalu yang tertaut dengan ketidakpuasan, reaksi yang ada karena aksi di masa itu yang terekam, sehingga emosi marah dapat keluar kapanpun ada ketidakpuasan, ini disebut respon set ( respon automatis yang disetting di pikiran bawah sadar )
Karena marah adalah respon set terhadap ketidakpuasan , maka kapan pun ada situasi yang tidak menyenangkan atau ketidakpuasan, maka tanpa disadari marah ini keluar dengan sendirinya.
Namun,karena hal ini adalah respon yang bisa di setting, maka kembali lagi ke pikiran bawah sadar kita, apakah kita mau menggunakan marah sebagai respon atau memilih melatih respon baru yang lebih bisa memberdayakan diri,misalnya, setiap kali ada hal hal yang tidak nyaman, atau ada ketidakpuasan, kita lebih memilih tenang dan melihat situasi dengan data data akurat,apakah perlu marah atau tindakan tegas lain, atau bahkan bisa dengan tenang menghadapi segala sesuatunya.
Bagaimana caranya mengubah settingan bawah sadar ini?Â
1. Dimulai dengan cara menyadari di saat ini, membaca mapping masalah dengan jelas dan pilih tindakan apa yang semestinya saya lakukan jika suatu saat saya sedang menghadapi situasi.
2. Pikiran bawah sadar terbentuk dengan adanya kebiasaan. Maka dalam latihan diatas, kita mulai menarik nafas panjang dan relaks, latih pikiran kita untuk menjadi tenang,
3.Dan jika sudah ada situasi yang biasanya membuat respon marah ini keluar otomatis, maka praktekkan menarik nafas  dalam dan settingan yang sudah dilatih akan otomatis tertaut dengan apapun yang kita sudah praktekkan, dan yang ada, kita menjadi lebih tenang dan bisa bertindak dengan bijak.Â
Nah..silakan dipraktekkan bagi kawan kawan yang mau melatih " Responset Marah" ini.
Salam hangat,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!