Perbandingan Tiga Model Pengembangan ERP: Waterfall, Iterative, dan SpiralÂ
Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) telah menjadi fondasi utama dalam transformasi digital berbagai perusahaan. Dengan menggunakan perangkat lunak ini, perusahaan dapat menyatukan berbagai fungsi bisnis ke dalam satu sistem yang terintegrasi. Namun, implementasi ERP bukan tanpa tantangan. Ketidakpastian bisnis dan teknologi sering kali menjadi hambatan yang signifikan dalam proyek ini, yang mempengaruhi keberhasilan penerapan ERP di banyak organisasi. Artikel ilmiah yang ditulis oleh D. Yu Stepanov dalam Journal of Physics: Conference Series (2021) dengan judul "Using waterfall, iterative and spiral models in ERP-system implementation projects under uncertainty" membahas perbandingan antara tiga model pengembangan perangkat lunak: waterfall, iterative, dan spiral, dalam konteks implementasi ERP di bawah ketidakpastian bisnis dan teknologi.
Stepanov menyoroti bahwa model waterfall, yang diperkenalkan pada tahun 1970, masih digunakan di banyak proyek ERP, terutama yang melibatkan integrasi sistem yang kompleks. Namun, model ini sering dikritik karena ketiadaan loop umpan balik antar tahap, yang menyebabkan deteksi kesalahan terlambat. Sementara itu, model iterative dan spiral, yang lebih modern, diperkenalkan untuk mengatasi masalah ini dengan mengadopsi pendekatan siklus berulang yang memungkinkan revisi berdasarkan umpan balik pengguna.
Menariknya, Stepanov juga menekankan bahwa meskipun 30% kebutuhan bisnis dalam proyek ERP dapat diakomodasi melalui konfigurasi sistem standar, sekitar 60% masih memerlukan modifikasi yang signifikan (Stepanov, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan ERP tidak hanya tentang menggunakan perangkat lunak yang sudah ada, tetapi juga tentang bagaimana menyesuaikannya dengan kebutuhan spesifik perusahaan. Persoalan ini semakin diperumit oleh ketidakpastian yang dihadapi perusahaan, seperti perubahan regulasi yang dinamis atau kebutuhan bisnis yang terus berkembang.
***
Dalam penerapan sistem ERP, pemilihan metode pengembangan perangkat lunak menjadi keputusan yang sangat krusial. Stepanov (2021) mengidentifikasi tiga pendekatan utama, yaitu waterfall, iterative, dan spiral. Model waterfall adalah pendekatan yang paling tua dan linear, di mana setiap tahap harus diselesaikan sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Namun, kelemahan utamanya adalah tidak adanya umpan balik selama proses berlangsung, sehingga jika ada kesalahan yang terdeteksi di akhir, sering kali biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaikinya menjadi sangat besar. Sebagai contoh, pada proyek ERP berbasis model waterfall, seperti Accelerated SAP (ASAP) dan Microsoft Dynamics Sure Steps, perubahan kecil di akhir proyek dapat menambah durasi proyek hingga 30% lebih lama dari jadwal awal.
Model iterative dan spiral hadir untuk mengatasi kekurangan model waterfall, terutama dalam pengelolaan ketidakpastian. Dalam model iterative, proyek dibagi menjadi beberapa siklus yang lebih pendek, dengan umpan balik diberikan di setiap siklus. Hal ini memungkinkan penyesuaian yang lebih cepat terhadap perubahan persyaratan bisnis yang muncul selama proses implementasi. Menurut Stepanov (2021), model ini cocok untuk proyek evolusi ERP di mana kebutuhan bisnis belum sepenuhnya didefinisikan pada awal proyek. Proyek iteratif dapat mengurangi kesalahan hingga 20% dibandingkan model waterfall karena adanya proses revisi yang kontinu.
Model spiral menambahkan elemen manajemen risiko yang lebih kuat ke dalam pendekatan iterative. Setiap siklus pengembangan melibatkan evaluasi risiko yang memungkinkan tim proyek untuk menilai apakah risiko yang muncul dapat mempengaruhi waktu, biaya, atau kualitas proyek. Stepanov mengemukakan bahwa model spiral, dengan fokus pada pengelolaan risiko, sering digunakan dalam proyek-proyek ERP yang memiliki kompleksitas tinggi atau menghadapi ketidakpastian bisnis yang signifikan. Misalnya, dalam proyek ERP di industri perbankan, yang sering kali dipengaruhi oleh regulasi pemerintah yang dinamis, model spiral dapat membantu perusahaan mengantisipasi perubahan regulasi dengan lebih cepat.
Data dari artikel menunjukkan bahwa sekitar 40% dari proyek ERP yang menggunakan pendekatan spiral berhasil memenuhi target waktu dan anggaran yang telah ditetapkan, dibandingkan dengan hanya 25% pada proyek yang menggunakan model waterfall (Stepanov, 2021). Hal ini mencerminkan betapa pentingnya memilih model yang tepat berdasarkan jenis ketidakpastian yang dihadapi perusahaan. Selain itu, Agile, yang merupakan turunan dari model iterative dan spiral, juga semakin banyak digunakan dalam proyek ERP, terutama pada proyek pengembangan yang memerlukan fleksibilitas tinggi. Namun, Stepanov mengingatkan bahwa Agile tidak selalu cocok untuk proyek ERP yang berbasis konfigurasi karena sifatnya yang lebih adaptif dan tidak terstruktur.
***