Malang — Stres kerap menjadi penghalang utama bagi penderita diabetes dalam menjaga kondisi kesehatan mereka. Stres yang tidak terkelola dengan baik dapat memperburuk kondisi fisik, psikologis, sosial, hingga spiritual pasien. Namun, kabar baik datang dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yakni Zaqqi Ubaidillah, Chairul Huda Al Husna, Winda Widya Ningrum, Henik Tri Rahayu, Faqih Ruhyanudin, Edi Purwanto, Titik Agustiyaningsih, dan Anis Ika Nur Rohmah.
Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Dinoyo ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara tingkat spiritualitas seseorang dengan kemampuan mereka mengelola stres. Penderita diabetes dengan spiritualitas tinggi terbukti memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Temuan ini membuka jalan baru bagi pendekatan pengobatan diabetes yang lebih holistik.
Stres Sebagai Ancaman Bagi Penderita Diabetes
Zaqqi Ubaidillah menjelaskan bahwa stres dapat menjadi ancaman besar bagi penderita diabetes, terutama dalam menjaga keseimbangan tubuh mereka. “Stres yang berlebihan sering kali memicu ketidakseimbangan fisiologis yang pada akhirnya memperburuk kondisi penyakit. Hal ini perlu dikelola dengan pendekatan yang tidak hanya medis, tetapi juga spiritual,” paparnya.
Chairul Huda Al Husna menambahkan bahwa penderita diabetes sering menghadapi tekanan emosional yang berasal dari rasa khawatir terhadap komplikasi penyakit mereka. “Ketika pasien merasa cemas dan tidak mampu mengelola stresnya, hal ini berdampak langsung pada lonjakan gula darah dan memperburuk kondisi tubuh,” jelasnya.
Peran Penting Spiritualitas
Menurut Winda Widya Ningrum, spiritualitas adalah elemen penting yang membantu pasien diabetes mengatasi stres. “Spiritualitas bukan hanya soal beribadah, tetapi bagaimana seseorang dapat menemukan ketenangan dan makna hidup, sehingga mereka mampu menghadapi penyakit dengan lebih optimis,” ujarnya.
Henik Tri Rahayu4 mengungkapkan bahwa penderita diabetes dengan spiritualitas yang tinggi cenderung lebih mampu menerima kondisi mereka. “Ketika seseorang merasa memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan atau menemukan makna dalam hidupnya, hal ini membantu mereka untuk tetap kuat menghadapi segala tantangan, termasuk dalam mengelola stres akibat penyakit diabetes,” ungkapnya.
Dukungan Lingkungan dan Keluarga
Titik Agustiyaningsih menekankan pentingnya dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. “Penderita diabetes tidak bisa berjuang sendirian. Dukungan moral dari keluarga dan komunitas sangat membantu mereka untuk tetap semangat menjalani perawatan dan menjaga gaya hidup sehat,” jelas Titik.
Anis Ika Nur Rohmah menambahkan bahwa komunitas yang mendukung dapat menjadi tempat berbagi pengalaman dan motivasi. “Ketika pasien merasa didukung, mereka akan lebih percaya diri untuk menghadapi penyakitnya. Hal ini juga membantu menurunkan tingkat stres mereka,” tuturnya.