Guru merupakan seseorang yang berperan penting untuk pendidikan. Guru memiliki tugas utama yaitu mengajar dan membimbing siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai norma. Dalam istilah jawa guru adalah sosok yang digugu (dihormati) dan dan ditiru (panutan). Dengan itu peran guru dalam pendidikan sangatlah penting, selain di tuntut untuk mengajar ilmu akademik guru juga dituntut mengajarkan ilmu kesopanan.
 Dan perubahan zaman telah membawa banyak kemajuan dalam teknologi dan cara belajar mengajar, namun tidak bisa dipungkiri bahwa nilai-nilai kesopanan di lingkungan sekolah ikut berubah yang mana kian menyusut, terutama di kalangan murid dan guru generasi Z.Â
 Generasi Z, yang tumbuh di era digital, cenderung memiliki cara berkomunikasi yang lebih santai dan informal. Seringkali, batas antara guru dan murid menjadi hilang. Banyak kasus di mana murid tidak lagi menunjukkan rasa hormat kepada guru, baik dalam tutur kata maupun sikap. Ada pula guru yang terlalu dekat dengan murid sehingga wibawanya berkurang.
 Perubahan ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti pengaruh media sosial, kurangnya teladan dalam beretika, dan kurangnya pemahaman akan pentingnya hierarki pendidikan. Jika dibiarkan, hal ini dapat merusak keprofesionalan guru di sekolah dan mempengaruhi etika dalam belajar mengajar.
 Oleh karena itu, perlu adanya upaya bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk menanamkan kembali nilai-nilai kesopanan dan rasa hormat di kalangan generasi muda. Adapun upaya-upaya yang bisa diterapkan sebagai berikut:
1. Pihak keluarga murid terutama orang tua mereka untuk tidak dengan ringannya lepas tangan akan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah, tetap harus memberikan pendidikan dari rumah, baik itu dalam segi akademik apalagi nilai kesopananan. Selain itu, sehendaknya juga memberikan teladan kepada anaknya mengenai tindakan yang santun karena anak anak itu cenderung meniru apa yang mereka lihat.
2. Pihak sekolah sebaiknya mengadakan evaluasi dan musyawarah rutinan dengan pihak keluarga terkait perbuatan-perbuatan mereka disekolah. Yang mana terkadang perbuatan mereka berbeda dengan apa yang diketahui pihak keluarga di rumah. Maka, mengevaluasi dan memusyawarahkan langkah selanjutnya menjadi pilihan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Serta teguran dari pihak keluarga supaya anak itu bisa merubah sikap buruknya bukan malah denial dengan mendukung dan membiarkannya.
3. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, banyak guru generasi Z yang kurang menunjukkan profesionalisme. Maka dari itu, disarankan untuk menyisihkan waktu untuk evaluasi dan pengembangan diri, seperti mengikuti pelatihan, seminar, dan sebagainya. Tetapi perlu juga, antara guru dan murid itu memilik chemistry yang baik, hal ini bisa dilakukan dengan menunjukkan kepedulian tanpa harus memanjakannya. Dan masih banyak cara lain untuk guru menjaga profesionalisme sambil tetap dekat dengan murid.
4. Dari segi teknologi, pihak sekolah lebih baik memfasilitasi murid-murid dengan memberikan modul pembelajaran interaktif atau kampanye di media sosial, seperti poster edukatif yang mengandung nilai-nilai kesopanan.
 Kesopanan bukan sekadar tradisi lama, melainkan pondasi penting bagi pembentukan karakter dan keberhasilan hidup di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H