[caption id="attachment_322584" align="alignnone" width="439" caption="Seorang petugas kesehatan di Benin, Afrika Barat sedang memindai sidik jari bayi untuk basis data vaksinasi "][/caption]
Setiap tahun 2.5 juta bayi di seluruh dunia meninggal karena tidak menerima vaksinasi yang sebetulnya dapat menyelamatkan nyawa mereka pada saat yang tepat.
Anil Jain, seorang Professor di Michigan State University (MSU), Amerika Serikat, mengembangkan metode pengenalan sidik jari untuk melacak jadwal vaksinasi bagi bayi dan balita. Pelacakan ini akan meningkatkan jangkauan imunisasi dan menyelamatkan banyak nyawa. Untuk meningkatkan jangkauan, data vaksinasi harus dicatat dan mudah dilacak. Pendekatan yang selama ini digunakan adalah orangtua bayi/balita menyimpan catatan vaksinasi pada dokumen atau kartu. Namun menurut Prof. Jain, untuk melacak jadwal vaksinasi pada dokumen atau kartu sangat tidak efektif. “Dokumen kertas sangat mudah hilang maupun rusak,” menurutnya. “Penelitian awal kami menunjukkan bahwa sidik jari bayi dan balita memiliki potensi besar untuk mendata imunisasi. Anda dapat kehilangan dokumen kertas, namun tidak dengan sidik jari.
Prof. Jain dan tim-nya menguji sistem pengenalan sidik jari mereka pada fasilitas kesehatan di luar kota Benin, Afrika barat. Mereka memanfaatkan pembaca sidik jari optik untuk memindai ibu jari dan telunjuk bayi dan balita. Selanjutnya jadwal vaksinasi akan dibuat berdasarkan data hasil proses pemindaian dan menjadi bagian dari system registrasi vaksinasi. Setelah catatan eletronik tersimpan, petugas kesehatan selanjutnya tinggal melakukan pemindaian ulang sidik jari bayi atau balita untuk melihat jadwal vaksinasinya. Mereka dapat mengetahui siapa yang sudah menerima vaksinasi, untuk penyakit apa, dan kapan vaksinasi tambahan diperlukan. Sistem pencatatan secara elektronik tersebut akan dapat mengatasi kurang atau hilangnya informasi, yang masih menjadi permasalahan utama pada sistem registrasi vaksinasi di negara dunia ketiga, menurut Prof. Jain.
Mendapatkan sidik jari dari bayi yang gelisah bukanlah hal mudah. Tantangan lainnya adalah pola sidik jari bayi yang memiliki kontras rendah antara ridges dan valleys. “Proses ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut, namun kami telah menunjukkan kelayakan sistem ini,” menurut Prof. Jain. “Kami akan melanjutkan pekerjaan untuk meningkatkan kemampuan perangkat lunak pencocokan sidik jari dan mencari perangkat pemindai terbaik untuk mendapatkan sidik jari balita, yang akan menjadi nilai global yang besar. Kami juga akan mengadakan studi longitudinal untuk meyakinkan bahwa sidik jari bayi dapat dicocokkan dengan baik seiring berjalannya waktu.”
Akan ada keuntungan lainnya selain untuk melacak vaksinasi, menurut Mark Thomas, direktur eksekutif dari VaxTrac, organisasi nirlaba yang mendukung riset Prof. Jain. “Pemecahan permasalahan sidik jari balita akan memiliki implikasi yang menjangkau jauh dari dunia kesehatan, termasuk pengembangan catatan sipil, pencatatan tunjangan dari pemerintah, atau pencatatan data pendidikan.” Menurut Tom.
Riset ini dibantu oleh Kai Cao, peneliti postdoctoral di MSU, dan Sunpreet Arora, mahasiswa doktoral di MSU. Hasil riset ini akan disajikan pada International Joint Conference on Biometics pada 2 Oktober 2014. Inisiatif ini mendapatkan dukungan dana dari Yayasan Bill & Melinda Gates.
Sumber: http://msutoday.msu.edu/news/2014/scanning-babies-fingerprints-could-save-lives/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H