Mohon tunggu...
Macg Prastio
Macg Prastio Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Rakyat Konoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Hidup Mudah Itu Membosankan?

20 Oktober 2023   09:32 Diperbarui: 20 Oktober 2023   11:42 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan di suatu pagi Anda terlahir sebagai seorang pangeran, anggaplah seorang pangeran di zaman modern. Hidup di rumah berlantai sepuluh dengan punya keamanan super canggih dan pelayan yang sigap melayani Anda setiap detik. Ayah Anda adalah seorang raja minyak dan ibu adalah anak dari seorang konglomerat terkaya di negeri itu. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang, makanan yang bergizi tinggi, serta tidak pernah dikecewakan oleh apa pun. Namun, entah itu sebuah kesalahan atau keberuntungan Anda mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga moral dan kesadaran Anda berfungsi dengan baik. Anda sering mempertanyakan kehidupan ini, dan terus-menerus merenung, karena kecemasan dan kebosanan Anda meronta-ronta di dalam diri Anda.

Ketika memasuki usia dewasa dengan bergelimang harta, dan beberapa lama lagi Anda akan segera dilantik menjadi seorang raja minyak yang baru. Anda mengatakan kepada ayah dan ibu Anda bahwa, anda tidak bahagia dengan kehidupan Anda yang sekarang. Karena Anda beranggapan bahwa, kehidupan yang Anda alami sangat membosankan. Itu terjadi hanya karena Anda melihat seorang bocah yang menari dengan bebasnya di bawah hujan pada suatu sore. Orang tua Anda yang beranggapan bahwa, ini merupakan kehidupan yang sejati dimana harta dan kekuasaan adalah puncak dari segala keinginan manusia. Menjadi murka dan mengutuk Anda dengan pidato layaknya seorang raja yang menyerukan perang. Namun Anda tak bergeming dan hendak pergi dari rumah yang berlantai sepuluh itu.

Suatu pagi yang cerah anda bergegas dari istana Anda yang indah. Berbekal sebuah buku berjudul "Riwayat hidup Sidarta Gautama " yang terus Anda genggam pada tangan kanan Anda. Anda akhirnya mengambil sebuah keputusan yang seakan merobohkan rumah Anda. Orang tua Anda melepaskan kepergian Anda dengan angkuh, bahwa mereka beranggapan Anda akan kembali sebelum makan siang nanti. Ketekadtan Anda semakin besar, dan pergi tanpa sepatah kata pun, lalu mengilang ditelan suara kicau burung. Belasan tahun kemudian Anda belum kembali ke rumah Anda, Anda hanya hidup sebagai seorang gelandangan. Anda merasa hidup Anda tertantang dan terbebas dari kekosongan hidup, makan seadanya dan kadang tidak makan berhari-hari.

Kemudian, Anda membandingkan kehidupan Anda yang dulu dan sekarang. Anda tidak merasakan kebosanan lagi. Anda begitu menikmati, bagaimana menjadi orang miskin. Perut yang lapar itu sangat cepat membunuh kebosanan. Anda akhirnya mengerti bahwa, mengapa orang-orang miskin tidak merasakan kebosanan. Mungkin mereka hanya bosan terhadap kesusahannya, namun belum sempat memikirkan kebosanannya, perut mereka yang kosong merampasnya saat itu juga. Mereka hanya memikirkan bagaimana bisa hidup hari ini. Anda tahu sekarang bahwa, kehidupan yang serba mudah itu membosankan. Anda merasa hidup seperti robot yang kaku, dan mudah ditebak. Yang kaya tidak mau kebosanannya menghabiskan hartanya yang berlimpah. Dan yang terus mengejar kekayaan, tidak mau kebosanannya merampas masa depan yang indah penuh dengan emas dan berlian.

Saat bersamaan, ada seorang pemuda yang mendengar kabar bahwa, ada seorang anak kaya raya yang melepaskan kehidupan indahnya, pergi dan entah ke mana. Pemuda itu mencaci maki atas tindakan Anda, dari sebuah gubuk tua sambil berandai-andai bahwa dia yang berada di posisi Anda. Pemuda itu tetap berjalan dengan kehidupannya dan terus berusaha untuk keluar dari kemiskinan. Pemuda itu tidak merasakan kebosanan seperti Anda yang hidup menggelandang. Pemuda itu juga mengalami kecemasan sama seperti Anda namun, bukan pada kebosanan melainkan tekanan untuk memenuhi kebutuhannya.

Orang yang susah hidupnya, tidak akan merasa bosan atau kosong dalam hidupnya. Ia akan terus dikejar-kejar oleh kebutuhan yang harus segera dipenuhi hari itu. Akibatnya seluruh fokus hidupnya tercurah pada kebutuhan dan harus mengorbankan untuk kehilangan jati dirinya. Hal seperti ini adalah suatu kewajaran di era modern hari ini. Namun apa yang terjadi, jika seorang mampu masih merasa miskin. Tentu berbeda, karena ia sengaja meletakan jati dirinya atau sikap autentiknya ke dalam ketamakan dan keserakahan.

Semua kehidupan manusia tidak pernah utuh selalu terperangkap dalam satu sisi kehidupan. Siapa saja, apa saja yang kita miliki sekarang, tidak akan pernah cukup memuaskan hati manusia. Seorang yang kaya raya terus menerus mengejar kekayaan atau melepaskan kekayaannya untuk mengisi kekosongan hidupnya. Seorang yang miskin terus menerus memikirkan apa yang dimakan hari ini, parahnya si miskin tadi, kehilangan bagaimana memikirkan makna hidupnya. Akhirnya si miskin  kehilangan dirinya dan tenggelam dalam kehidupan praktis sehari-hari. Ini juga berlaku pada si kaya yang terus menerus mengejar untuk mempertahankan kekayaan. Dan yang merasa miskin terus mencari sambil mendengarkan seruan jiwanya untuk berhenti.

Kebosanan adalah bentuk kecemasan yang terus memanggil manusia dari dalam dirinya. Ketika ia cemas akan kehidupannya yang begitu-begitu saja, ia kemudian merasa bosan. Segalanya menjadi mudah seperti kehilangan semangat hidup. Kecemasan ada di semua tingkat kehidupan manusia. Mulai dari para elite, kelas menengah, dan kaum miskin. Namun sangat jarang orang bosan terhadap kepenatan hidup, hiruk pikuk dan kenikmatan duniawi. Mereka lebih memilih untuk tenggelam di dalamnya dan menyesal di hari tua. Kekayaan, masa depan yang indah, dan perut kosong, telah memisahkan mereka dengan dirinya sendiri, karena robohnya jembatan kebosanan. Kecemasan hilang di tengah arus modern, yang bukan hanya mengalihkan namun menghilangkannya dari akar kehidupan manusia itu sendiri

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun