Pembunuhan berencana kepada Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, menyita banyak perhatian masyarakat.
Berbagai upaya juga dilakukan untuk mengungkap kebenaran peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh atasannya yakni mantan Kadiv Propam  Polri Ferdy Sambo.
Namun sejak semula, publik sudah dibuat geram lantaran banyak kejanggalan yang diungkap terasa janggal dan sulit diterima secara logika.
Tak hanya pihak keluarga, publik juga merasakan hal yang sama. Sebelum skenario rekayasa yang dibuat Ferdy Sambo CS terungkap di publik.Â
Rupanya ada yang mengganjal di hati masyarakat. Yah beberapa kejanggalan yang mengemuka sangat tidak lazim ditemukan dalam kasus ini.
Pertama, Ferdy Sambo yang bersikeras bahwa istrinya adalah korban pelecehan seksual justru menghilangkan barang bukti seperti CCTV di rumah hingga lingkungan tempat tinggalnya, alat komunikasi korban yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya.
Kedua, kejanggalan juga saat Putri Chandrawati istri Sambo, seorang istri jenderal buru-buru mengajukan permohonan perlindungan ke LPSK. Padahal dia adalah seorang istri jenderal, dan orang yang dituduh pelaku juga telah meninggal. Juga bukan dari keluarga orang yang punya jabatan tinggi sehingga harus di takuti.Â
Lalu siapa kira-kira yang menjadi ancaman. Dari sini publik juga melihat, bahwa apa yang dilakukan tidak lain semata-mata hanya untuk mencari simpati dan meyakinkan masyarakat banyak bahwa yang bersangkutan yakni Putri Chandrawati adalah korban.Â
Kejanggalan ketiga, berdasarkan "pengakuan rekayasa" itu, salah seorang saksi mengatakan bahwa RR diminta memanggil korban Brigadir J untuk menemui Putri. Secara logika, apakah mungkin, seorang korban yang baru saja dilecehkan kemudian memanggil kembali si pelaku? Dan bertemu tanpa didampingi siapapun, hanya berdua saja.
Sebenarnya kejanggalan nya banyak, tapi cuapek geregetttttt....