Dear para suami, ini bukanlah keinginan untuk merendahkan martabat seorang suami, tapi sebaliknya untuk mengingatkan betapa pentingnya untuk melihat kembali diri, sudah kah aku menjalankan tugas sebagai suami untuk istriku.Â
Tidak akan rendah harga diri seorang suami tatkala ia mau instrospeksi, meminta maaf atas kesalahan tidak melulu menyalahkan atau menyudutkan sang istri.
Sesungguhnya, para istri sadar akan berat tanggungjawab suami di dunia dan akhirat. Karena nya, jangan biarkan tanggungjawab mu, engkau bebankan kepada istrimu. Padahal kamu sangat sadar, tanggungjawab itu menjadi kewajibanmu.
Istri memang harus patuh kepada suami, tapi bukan berarti kamu bebas memperdaya, mengeksploitasi jiwa raga nya.
Ingatlah saat kamu tak berdaya, seorang istri bisa melakukan apapun dan berkorban untuk keluarga. Tapi jangan sesekali engkau seolah melempar beban tanggung jawabmu kepadanya padahal kamu mampu.
Jangan! Terutama soal nafkah. Dia istrimu bukanlah sapi perah, dia juga tidak ada kewajiban menjadi tulang punggung keluarga. Dia pun ingin mendapatkan hak-haknya. Apa yang semestinya ia harus dapatkan layaknya dari pasangan normal pada umumnya yang saling melengkapi.
Saling menyadari kodrat sebagai seorang suami dan seorang istri agar semuanya bisa dilalui bersama, susah, senang, suka dukanya.
Dia wanita sungguh sangat lemah, bukan kuat. Dia hanya menahan untuk tidak mengeluh, menahan diri untuk selalu tersenyum walaupun hatinya menangis. Itu karena dia ingin menjaga harga diri mu, tapi sayangnya, terlalu banyak para suami yang abai, tak sedikit mungkin yang merasa sudah bablas keenakan.
Ya, sekalipun istrimu pekerja keras, berusahalah, bekerja keraslah, karena harga diri seorang suami adalah saat dia mampu menafkahi keluarganya dari hasil keringatnya. Percayalah, meski sedikit yang kau beri, dia istrimu akan menerimanya dengan suka cita.
Jangan lagi engkau bilang, istri gak enak dipandang!, Istri manyun mulu!, cemberut mulu!, ngeluh mulu!, kamu nurut aja, ngelawan!, Jika istrimu baik-baik saja.