Pada pertengahan tahun 1980-an, di dalam sebuah kamar di Rumah Sakit Chicago, seorang pasien yang divonis menderita kencing manis dan penyakit jantung menulis di atas bilik tidurnya. Di sampingnya, putranya berkali-kali membantu. Setelah ia wafat, tulisan itu kemudian diterbitkan dengan judul “Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism”danmenjadi karya terakhirnya dari 10 judul buku yang telah ia tulis. Pasien itu meninggal dalam usia 69 tahun. Di nisan makamnya tertulis sebuah nama: Fazlur Rahman.
Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di barat laut Pakistan. Dia tumbuh dalam suatu keluarga Muslim yang sangat religius. Kerelegiusan ini tercermin dari ketaatannya menjalankan ibadah-ibadah keisalaman seperti shalat, puasa dan lainnya tanpa penah absen. Bahkan dalam umur sepuluh tahun ia sudah mampu menghafal Alquran.
Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah modern di Lahore. Selain mengenyam pendidikan formal, Fazlur Rahman juga mendapatkan pendidikan tradisional dalam kajian-kajian keislaman dari ayahnya, Maulana Syahab al Din. Ketika berumur empat belas tahun, Fazlur Rahman sudah mulai mempelajari filsafat, bahasa Arab, teologi atau ilmu kalam, hadis dan tafsir.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Fazlur Rahman kemudian mengambil konsentrasi studi bahasa Arab yang dia rampungkanpada tahun 1940. Dua tahun kemudian, tokoh utama gerakan neomodernis Islam ini berhasil menyelesaikan gelar Master pada universitas dan kajian yang sama. Beberapa waktu kemudian, ketika Fazlur Rahman menempuh program Doktoral di Lahore, Abul A’la Mauwdudi --yang kelak menjadi “musuh” intelektualitasnya—pernah mengajaknya untuk bergabung di Jama’at al Islami, namun dengan syarat meninggalkan pendidikannya.
Pada tahun 1946, ia berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya di Oxford University. Keputusannya untuk melanjutkan studinya di Inggris dikarenakan oleh mutu pendidikan di India ketika itu sangat rendah. Ia berhasil menyelesaikan studinya dengan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1949 dengan disertasi tentang Ibnu Sina. Disertasi Fazlur Rahman ini kemudian diterbitkan oleh Oxford University Press dengan judulAvicenna’s Psychology.
Selama menempuh pendidikan di Barat, Fazlur Rahman menyempatkan untuk belajar beberapa bahasa asing, seperti bahasa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab dan Urdu. Penguasaan pelbagai bahasa ini membantu Fazlur Rahman dalam memperdalam dan memperluas cakrawala keilmuannya (khususnya studi keislaman) melalui penelusuran pelbagai literatur.
Setelah tiga tahun mengajar di McGill University pada awal tahun 1960 Fazlur Rahman kembali ke Pakistan setelah diminta bantun oleh Ayyub Khan untuk membangun negeri asalnya itu. Permintaan Ayyub Khan kepada Fazlur Rahman bertujuan untuk membawa Pakistan padakhittah berupa negara yang bervisi. Selanjutnya pada tahun 1962, Fazlur Rahman diminta oleh Ayyub Khan untuk memimpin Lembaga Riset Islam (Islamic Research Institute) dan menjadi anggota Dewan Penasihat Ideologi Islam (The Advisory Council of Islamic Ideology). Motivasi Fazlur Rahman untuk menerima tawaran dari Ayyub Khan dapat dilacak pada keinginannya untuk membangkitkan kembali visi Alquran yang dinilainya telah terkubur dalam puing-puing sejarah.
Kursi yang diduduki oleh Fazlur Rahman ternyata menuai pelbagai reaksi. Para ulama tradisional menolak Fazlur Rahman mendudukinya disebabkan latar belakang pendidikannya yang ditempuh di Barat. Penentangan atas Fazlur Rahman akhirnya mencapai klimaksnya ketika jurnalFikr-o-Nazarmenerbitkan tulisannya yang kemudian menjadi dua bab pertama bukunya yang berjudul “Islam”. Pada tulisan tersebut, Fazlur Rahman mengemukakan pikiran kontroversialnya mengenai hakikat wahyu dan hubungannya dengan Muhammad saw. Menurut Fazlur Rahman, Alquran sepenuhnya adalah kalam atau perkataan Allah swt., namun dalam arti biasa, Alquran juga merupakan perkataan Muhammad saw. (Rahman, 2003: 33). Akibat pernyataan-pernyataannya tersebut, Fazlur Rahman dinyatakan sebagai munkir-u-alQuran(orang yang tidak percaya Alquran). Kontroversi dalam media masa Pakistan mengenai pemikiran Fazlur Rahman tersebut berlalu hingga kurang lebih satu tahun, yang pada akhirnya membawa pada gelombang demonstrasi massa dan mogok total di beberapa daerah Pakistan pada September 1968. Pada 5 September 1968 Fazlur Rahman mengundurkan diri setelah permintaanya dikabulkan oleh Ayyub Khan.
Pada akhir tahun 1969 Fazlur Rahman meninggalkan Pakistanuntuk memenuhi tawaran Universitas California, Los Angeles, dan langsung diangkat menjadi Guru Besar Pemikiran Islam di universitas yang sama. Mata kuliah yang ia ajarkan meliputi pemahaman Alquran, filsafat Islam, tasawuf, hukum Islam, pemikiran politik Islam, modernisme Islam, kajian tentang al Ghazali, Muhammad Iqbal, dan lain-lain.
Selama di Chicago, Fazlur Rahman mencurahkan seluruh kehidupannya pada dunia keilmuan dan Islam. Kehidupannya banyak dihabiskan di perpustakaan pribadinya dibasementrumahnya yang terletak di Naperville, kurang lebih 70 kilometer dari Universitas Chicago. Rahman sendiri menggambarkan aktitivitasnya tersebut layaknya ikan yang naik ke atas hanya untuk mendapatkan udara. Pengabdian, konsistensi dan kontribusinya terhadap dunia keilmuan, membuahkan pengakuan lembaga keilmuan berskala internasional. Salah satunya pada tahun 1983, ia menerima Giorgio Levi Della Vida dari Universitas California, Los Angeles.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H