Mungkin Anda semua berpikir kalau saya penjual celana jins :-). Bukan. Saya menulis pengalaman saya berkaitan dengan dua hal di atas.
Tino (bukan nama sebenarnya) tiba-tiba membuka pintu kamar saya dan berkata, “Gun, ada uang?”
“Ya ada dong,” Mata saya tetap menatap layar laptop karena banyak kerjaan yang harus diselesaikan.
“Boleh nggak aku pinjam?”
Dalam hati, saya jengkel juga. Tino ini selalu terbelit masalah uang. Padahal dia guru di sekolah yang top di kota ini (nama sekolah dan kota dirahasiakan :-)).
“Untuk apa?” Saya bukan tipe orang yang langsung memberi pinjaman. Saya harus tahu untuk tujuan apa.
“Aku habis duit. Sudah kupakai buat bayar kredit motor kakakku dan selebihnya kukirim ke bapakku di desa.”
“Mau pinjam berapa?”
“200 ribu.”
“Nih,” Tanpa pikir lama, saya berikan.
Selain karena kasihan, selama ini dia juga tak pernah meminjam uang dari saya .