Mohon tunggu...
Danang Nur Ihsan
Danang Nur Ihsan Mohon Tunggu... -

Aku hanyalah jurnalis kecil di sebuah media kecil dan berbicara tentang hal-hal yang kecil dan dekat dengan orang-orang kecil

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berburu senja dengan sepeda

12 Februari 2011   15:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja adalah saat warna kuning kemerah-merahan berpendar menghiasi langit biru. Semburat cahaya kuning, merah, biru, putih bisa melahirkan keindahan langit meski hanya beberapa menit saja. Senja menjadi penanda, matahari rehat sesaat dan memberikan waktu kepada rembulan untuk menemani manusia.

Senja melahirkan dialektika tentang siang dan malam, tentang terang dan gelap, tentang keindahan pergantian waktu. Keindahan senja terlalu mahal untuk dilewatkan begitu saja. Dari ujung balkon kantor di sela-sela kerja, dari pojokan lantai 2 kosan, dari balik kaca mobil, bus atau kereta, aku selalu ingin menyapa senja. Rasa penasaranku pada senja melahirkan ritual berburu senja karena senja juga menawarkan perenungan hidup.

Hujan siang ini menyisakan jalanan yang becek, tapi senja tetap harus diburu, meski rintik hujan masih tipis membasahi bumi. Kali ini saatnya memburu senja dengan sepeda. Roda-roda mulai berputar, sepeda mengarah ke barat, tempat di mana senja akan hadir. Aku berharap bertemu senja di Waduk Cengklik.

Bagi pesepeda di Solo dan sekitarnya, rute Waduk Cengklik sudah begitu populer. Bagi yang menggunakan sepeda balap, rute jalan raya cukup menarik. Bagi yang menggunakan mountain bike seperti saya, Waduk Cengklik tak kalah menarik karena banyak rute yang bisa dipilih untuk enjot-enjotan memanaskan pantat. Menyusuri jalan para petani, membelah sawah yang becek adalah rute menarik untuk XC.

Menuju Cengklik biasanya mengambil jalur Jl Adisucipto (arah Bandara Adi Soemarmo). Namun, kala naluri berenjot-enjotan di sadel sudah di ubun-ubun, bisa saja membelah jalan-jalan desa yang mengarah ke waduk. Rutenya lebih menarik jika dibandingkan melintas di jalan raya yang sudah penuh sesak kendaraan bermotor dan jalurnya lempeng. Kombinasi paving block, aspal terkelupas, bebatuan dan tanah merupakan kombinasi khas jalan-jalan desa. Rumah-rumah di pinggiran kota, pematang sawah dan pembangunan perumahan yang terus menjamur adalah pemandangan utama di kanan-kiri jalan desa itu. Kalau beruntung, ada lambaian tangan dari anak-anak yang bermain di pinggir kampung. Kalau kurang beruntung, paling tersesat dan berputar-putar di kampung, tapi itu semua bisa diselesaikan dengan bertanya kepada warga yang ramah menunjukkan arah menuju Waduk Cenglik.

12975261612100701392
12975261612100701392

Menembus jalan desa, perempatan menuju bandara sudah di depan mata. Bisa saja memilih jalan lurus langsung menuju Waduk Cengklik, namun kalau gelora XC belum puas, bisa memilih jalur yang mengarah ke bandara. Tak jauh dari pekuburan tempat dulu pesawat Lion Air jatuh, ada jalan desa yang mengarah ke waduk. Dari situlah petualangan XC sebenarnya dimulai. Jalanan cukup lebar, tapi aspal yang mengelupas dan kombinasi kubangan air menjadikan perjalanan semakin menarik. Pematang sawah yang membentang lebih sedap di mata. Jalanan bebatuan dengan turunan dan tanjakan lumayan bikin nafas cukup ngos-ngosan.

1297525862863586620
1297525862863586620

Saatnya menyusuri aliran saluran air waduk. Tanah yang basah kuyup diguyur hujan menjadikan tepian aliran saluran air berlumpur dan penuh kubangan. Rasanya ingin menggenjot pedal sekencang-kencangnya, tapi di sebelahnya ada saluran air yang cukup dalam. Kalau tak hati-hati malahan bisa kecebur, apalagi jalanan licinnya minta ampun.

Waduk Cengklik yang jadi tujuan utama akhirnya terlihat juga. Tapi sayang, langit masih gelap. Mendung tipis masih menyelimuti langit. Impian tentang langit yang berpendar kuning kemerah-merahan sepertinya tidak menjadi kenyataan hari ini. Senja tidak menyapa hari ini. Petualangan berenjot-enjotan di sadel sepeda bisa menjadi pelipur lara. Suatu saat nanti aku akan kembali berburu senja dengan sepeda.

12975259661790569885
12975259661790569885

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun