Apa kabar ekonomi syariah sekarang? Semenjak bergulirnya perbankan syariah pertama yakni Bank Mua'amalat. Kemudian diikuti oleh oleh beberapa bank konvensional membuat Unit Usaha Syariah, maka perlahan pertumbuhan ekonomi syariah bidang perbankan, keuangan dan sektor riil tumbuh.
Jawaban datang dari ketua Bappenas, dimana Pertumbuhan termasuk mandek, sesuai dengan pernyatan ulasan kompas.com. "Bappenas: Perkembangan Ekonomi Syariah Indonesia Jalan di Tempat"
Bambang Brodjonegoro Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai bahwa perkembangan ekonomi syariah di Indonesia cenderung berjalan di tempat.
Padahal, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah global mengingat populasi muslim yang mencapai 85 persen dari total penduduk Indonesia. "Tapi kenapa dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, perkembangan (perbankan) syariah seolah-olah berjalan di tempat?," kata Bambang saat menyampaikan sambutan dalam High Level Discussion Indonesia: Pusat Ekonomi Islam Dunia, di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Perbandingan aset perbankan syariah Indonesia hanya mencapai lima persen sedangkan Malaysia sudah sampai level 20 persen. "Ada suatu periode di mana sulit sekali aset dari perbankan syariah melewati 5 persen dan jika dibandingkan aset perbankan syariah Malaysia yang sudah 20 persen.
Pada disisi lain, pada bidang keuangan masih belum menemukan gerak masif melalui serangkaian kebijakan Perintah di bawah Presiden Jokowi, seperti menjadikan Bank Plat Merah bersistem keuangan syariah.
Menelisik pada sektor riil, masyarakat telah banyak melakukan transaksi keuangan syariah dengan akad jual beli. Sayang masih terbatas pada beberapa sektor kecil dan menengah. Sedangkan untuk menarik data, belum terdapat penelitian yang konkrit dan riil.
Bagaimana dengan mikro ekonomi dan keuangan syariah. Indikasi juga dapat dilihat dari pertumbuhan asset dan jumlah KJKS Baitul Maal Wat Tamwil.
Hal ini berbenturan dan terkalahkan dengan keberadaan KUR dari kebijakan pemerintah mensubsidi bunga pinjaman. Hal ini secara akad telah menyalahi akad-akad keuangan syariah.
Menjadi nelangsalah dari sisi kebijakan BMT, sebab tidak mendapatkan prioritas dari sisi kebijakan, pembiyaan dan juga pengembangan Sumber Daya Insani.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ke-6 pernah menyampaikan bahwa "Ekonomi, selalu kita mulai dari apa yang mesti kita lakukan buat diri kita" Kita sedang meletakkan landasan, dan memulainya dengan kebijakan dan strategi yang menurut saya lebih tepat untuk negeri kita, bahkan telah teruji dan terbukti bisa menyelamatkan ekonomi kita dari krisis global sekarang ini, maka nationally, domestically, kita harus membikin ekonomi kita strong, just, and sustainable, kuat, pertumbuhan harus tinggi. Tetapi, pertumbuhan tinggi itu harus bisa disistribusikan dengan baik, growth with equity, justice, sustainability, berarti tidak harus merusak lingkungan, tidak menguras sumber-sumber kehidupan di negeri kita untuk generasi mendatang" Â dalam Pengarahan seusai kunjungan kenegaraan ke Jerman dan Hungaria.