Kasus pertama:
Seorang teman bertanya bagaimana kok tulisan kamu bisa sebanyak sekarang ini? dan tulisannya bermanfaat. Ajarin saya menulis donk biar juga seperti kamu. Kemudian beberapa bulan bertemu kembali dengan tugas yang diberikan tulislah sebuah topik tentang "rokok". Perhatikanlah seputar rokok, penikmat rokok, unsur rokok dan bahaya merokok. Atau barang kali melihat bagaimana dan siapa merokok dan tuliskanlah sebagai pembelajaran untuk menulis. Namun apa yang terjadi sampai pertemuan selanjutnya tiada satupun tulisan tentang rokok lahir dari goresannya.
Kasus kedua:
Untuk tugas besok setiap mahasiswa membuat tulisan lepas bebentuk feature dengan jumlah halama maksimal 4 lembar. Tugas di kumpulkan dengan syarat telah di publish di blog pribadi dan juga blog sosial www.kompasiana.com, Maka seminggu kemudian yang hanya megerjakan tidak sampai 50%. Kemudian pada pertemuan selanjutnya tugas serupa di lanjutkan oleh sang Dosen. Maka terdapat ketidaksiapan beberapa mahasiswa yang disampaikan lewat diskusi kecil diatara mereka. Berbagai alasan lahir bahwa dosen ini menambah pekerjaan mahasiswa.
Kasus ketiga:
Hampir semua apa yang terlintas dalam pikirannya baik pelajaran yang ia dapat dari berbagai sumber. Apakah dosen, guru sahabat atau anak jalanan. Atau peristiwa yang menarik perhatiannya ketika ia berada di tempat kejadian. Atau cerita yang ia dengar dari teman atau orang lain. Maka ia menuliskan apa yang terlintas dalam pikiran si blog pribadinya. Perlahan dan pasti lewat komitmen terus menulis maka ia telah memiliki teknik menulis sendiri.
Belajar dari tiga kasus diatas tentang seseorang mempunyai keinginan untuk menulis. Kasus pertama berangkat untuk bisa menulis didorong atau dimotavasi untuk menulis disebabkan oleh rasa penasaran, iri yang positif. Namun rasa penasaran dan iri positif tidak diikuti oleh kemauan untuk menulis hal yang sederhana setiap hari. Dengan kemauan yang tidak terlaksana setiap hari atau tidak ada action maka kemampuan teknik menulisnya tidak berkembang dan bahkan mati.
Sedangkan untuk kasus kedua. Motivasi menulis karena keterpaksaan oleh sistem. Keterpaksanaan menulis dimtivasi oleh ketakutan tidak mendapatkan nilai bagus pada mata kuliah yang diberikan dosen bersangkutan. Motivasi menulis berdasarkan ketakutan mengakibatkan kemampuan dan teknik menulis tidak berkembang bagus. Ketika mata kuliah tersebut telah selesai pada semester yang berjalan, maka motivasi menulis akan redup dan hilang ditelan kebiasaan.
Untuk kasus ketiga. Motivasi ini lahir dari dalam diri. Keinginan untuk melawan lupa tentang peristiwa. Motivasi ini dalam menulis memberikan perbedaan dasar dan utama bagi penulis pemula maupun profesional. Motivasi yang diikuti oleh action mampu memberikan hasil yang berbeda dan juga tingkat kepuasan berbeda.
Motivasi menulis di tinjau dari teri motivasi Abraham Maslow memberikan warna tersendiri dalam seni dan teknik menulis. Dalam hierarki tertinggi motivasi Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Motivasi ini menggerakkan seseorang untuk terus menulis sebagai bentuk pengungkapan diri positif. Motivasi ini masuk dalam kategori ingin berbagi, bermanfaat dan saling memberi.
Sedangkan menulis dalam hierarki motivasi Maslow dibawahnya adalah kasih sayang. Motivasi menulis bersumber dari kecintaan akan pekerjaan, kecintaan akan suatu objek atau karena desakan orang yang disayangi. Motivasi menulis karena cinta akan memberikan semangat yang kuat untuk mengupas apa yang menjadi objek cinta dalam tulis menulis. Seorang yang jatuh cinta tentang tulis menulis maka ia akan menulis tentang dunia tulis menulis. Seseorang yang cinta tentang profesinya maka ia akan menulis tentang seputar pekerjaannya.
Untuk menjadikan menulis adalah sebuah kesenangan bukan diawali oleh kemampuan teknik menulis yang bagus dan sempurna. Namun menjadi menulis sebuah kebahagian diawali oleh motivasi mencintai dan ingin berbagi dan bermanfaat bagi sesama.
Sudahkah anda menulis hari ini?
Catatan ini sebagai hadiah tulisan yang ke 501 di blog tercinta selama 3 tahun berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H