Menyelami realitas masyarakat dan segenap permasalahannya memberikan hamparan kebenaran tentang fakta, data yang mengiris dada. Fakta dan data itu terlihat oleh pandangan mata, cerita masyarakat, pengalaman bathin dan juga deretan angka-angka penilain objek penelitian.
Sudah lebih 2 bulan memasuki realitas kehidupan masyarakat petani di dua tempat berbeda, pertama Nagari sugai sariak, kedua Nagari Kamang Mudiak, Agam Sumatera Barat. Melakukan riset lapangan tentang bagaimana tingkat aplikasi ekonomi syariah dalam berbagai bidang usaha dan juga tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.
Sudah terlalu banyak permasalahan yang menjadi sangat kusut dan butuh waktu lama untuk menjadikannya elok kembali. Sebuah pepatah minang menyatakan bahwa kusutnya seperti sarang tampuo. Sarang tampuo adalah tempat hidup sejenis burung pipit yang mendiami pohon kelapa.
Maka persoalan itu mesti dibakar habis dan hanya meninggalkan sisa pembakaran dan mesti dimulai dari yang baru. Apakah ini sebuah jawaban akan kusutnya permasalahan di tengah masyarakat?. Berkaca pada beberapa bencana yang terjadi di berbagai belahan bumi. Yang terbaru adalah bencana banjir dan longsor di Padang merupakan akumulasi kesalahan manusia menghilangkan tumbuhan sebagai penyangga hutan. Kemudian kesalahan-kesalahan lainnya yang terus bertambah. dalam prespektif agama merupakan akumulasi dosa dan kesalahan manusia terhadap tuhannya, aturan tuhan dan juga alam sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Apakah kesalahan itu? Tidak elok untuk diungkap secara gamblang. Namuun cukup sebuah pepatah indah mengungkapkan "Satu surau, imamnya banyak, kiblatnya entah kemana". Kemudian harus bagaimana untuk menjadikannya satu surau, satu imam dan kiblatnya satu arah yang jelas?
Keteladanan dari orang yang mau berbuat lurus dan tidak bosan memberikan contoh baik. Berangkat dari hal itu, maka dimulailah proses demi proses perbaikan lewat pertanian total organik di dua kawasan. Kawasan pertama di Nagari Sungai Sariak Padang Pariaman. Kedua di Nagari Kamang Mudiak Kab. Agam Sumatera Barat.
Keteladanan ini berasal dari seorang yang mau meletakkan dasar utama berusaha sebagai bagian dari beribat kepada Sang Maha Penguasa. Kemudian diikuti dengan proses usaha yang tidak mencampuran yang benar dengan salah. Kemudian menerapkan sistem pertanian total organik untuk beberapa produk pertanian.
Produk yang dikembangkan saat sekarang ini adalah cabe organik, padi organik dan sayur-sayuran organik. Kenapa mesti terlibat menjadi petani total organik? Karena lewat media inilah objektivitas realitas nampak lewat wawancara secara mengalir dan apa adanya.
Hidup bersama masyarakat harus mampu meletakkan diri secara sejajar dan bersaudara. Jika tidak maka semua akan menjadi sebuah catatan diatas kertas penuh dengan asumsi-asumsi yang tidak teruji dilapangan. Atau dipertanyakan kebenarannya.
Derita petani adalah derita lapisan terendah dari sistem pelapisan sosial masyarkat. Menjadi bulan-bulanan dari ketidaktahuan dan keluguan. Hidup pagi masuk sawah, keluar sore dari ladang. Miskin informasi apalagi bimbingan secara menyeluruh tentang usaha, agama dan juga pola tanam yang dapat meningkatkan hasil pertanian.
Apakah langkah ini cukup sampai laporan secara akademis atau publikasi di koran dan media sosial? Jawabannya tidak. Karena melakukan perubahan cara pandang membutuhkan waktu yang panjang, pendampingan bertahap dan terus menerus dan kemudian mampu memberikan bukti nyata akan perbaikan kualitas hidup masyarakat.