[caption id="attachment_199220" align="aligncenter" width="350" caption="Ilustrasi/ Admin (tribunnews.com)"][/caption]
Menjelang diwisuda tahun 2007 di fakultas ekonomi Universitas Bung Hatta, ada kesempatan untuk menjadi menejar Baitul Maal wat Tamwil Baiturrahman di daerah Nagari Lasi, Kec. Canduang Kab. Agam Sumatera Barat. Tawaran ini datang dari teman-teman yang siap mengikuti pelatihan pengelolaan BMT oleh PINBUK BMT. Kesempatan yang datang sebagai bentuk aplikasi ilmu manajemen dan ekonomi yang dipelajari sebanyak 144 SKS.
Terdapat perbedaan mendasar antara pengelolaan BMT yang berbasis ekonomi syariah dengan pengelolaan Bank dan lembaga keuangan lainnya yang dipelajari di bangku perkuliahan. Perbedaan mendasar terletak pada prinsip usaha, filosofi dan metode. Pada ekonomi biasa mempelajari uang sebagai komoditas dan memiliki biaya yang sering disebut dengan bunga. Sedangkan dalam ekonomi syariah uang adalah alat tukar dan tidak memiliki biaya. Untuk keuntungan di dapat dari bagi hasil usaha dan keuntungan dari transaksi jual beli dan fee jasa.
Maka dalam pengelolaan mesti belajar kembali, maklum dalam dasar ilmu yang dipelajari tidak terdapat bagaimana mengelola usaha berbasis ekonomi syariah. Tantangan terbesar adalah bagaimana menghapus cara pandang terhadap ekonomi biasa menjadi ekonomi syariah dan segala perangkat pelaksanaan. Maka mulailah kenal dengan istitlah mudhorabah (bagi hasil) margin (keuntungan) ijarah (jual beli) dan berbagai istilah lainnya.
Mengelola Baitul Tamwil mesti memiliki kemampuan dasar dalam memahami sistem sirkulasi keuangan dalam masyarakat dan sumber ekonomi masyarakat. Hal ini melihat potensi-potensi yang dapat dimaksimalkan dalam usaha-usaha Baitul Tamwil untuk penguatan ekonomi masyarakat. Bagi pengelola Baitul Tamwil harus memili peta usaha, peta ekonomi, dan peta persaingan pembiyaan. Hal ini berguna untuk dapat dengan mudah menyusun langkah memasuki sistem sirkulasi keuangan, barang dan jasa.
Untuk tahap awal dalam mengelola Baitul Tamwil adalah memasuki pasar sebagai tempat perputaran sirkulasi keuangan, barang dan jasa. Persaingan utama adalah rentenir yang memiliki kemudahan dalam proses peminjaman dan pencairan. Proses dalam manajemen rentenir adalah sangat mudah hanya membutuhkan waktu tidak sampai 1 hari, terkadang hanya 5 menit. Kelemahan lembaga Baitul tamwil dalah pada kecepatan pencairan yang terkadang memakan waktu 1 sampai 3 hari.
Sedangkan untuk perbandingan biaya pinjaman pada rentenir terdapat keuntungan tinggi. Sekali transaksi contoh Rp. 1.000.000,- maka bunga pinjaman sebesar Rp. 200.000,- selama 100 hari. Dan dibeberapa tempat hanya berkisar 50 hari. Hal ini sangat memberatkan ekonomi pedagang dan masyarakat. Untuk angsuran pihak rentenir langsung memotong pembayaran di depan sebesar 100.000 sampai 200.000 tiap transaksi. Peminjam hanya mendapatkan uang Rp. 900.000 sampai 800.000, dan mesti mengangsung sampai 9 sampai 10 kali yang diambil tiap minggu.
Untuk melakukan pendekatan penyaluran Baitul Tamwil strategi yang digunakan adalah proses pinjaman hanya berlangsung 1 hari, pengajuan hari ini dan besok dicairkan dengan jaminan KTP asli peminjam. Untuk transaksi jual beli barang, keuntungan yang diambil berkisah 5-10 % dari jumlah transaksi. Sedangkan untuk pinjaman dibawah 500.000,- Baitul Maal tidak mengambil margin hal ini sebagai tahap awal membantu pedagang untuk terlepas dari rentenir.
Sistem pengembalian menggunakan sistem harian, 2 minggu sekali atau sekali seminggu hal ini tergantung karakteristik usaha masyarakat. Pada tahap ini Baitul Tamwil Baiturrahman memberikan kelonggaran pembiyaan selama 14 hari semenjak pembiyaan dicairkan. Sedangkan jumlah uang yang diberikan tidak ada pemotongan sama sekali dimana peminjaman Rp. 1.000.000,- langsung diberikan tanpa potongan.
Pihak peminjam hanya memiliki kewajiban untuk membuka rekening tabungan Rp. 10.000, dan juga biaya administrasi Rp. 10.000,- untuk pembelian matrei dan cetak akad jual beli/pembiyaan. Cara ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat pasar untuk dapat mengembangkan usaha. 80% nasabah pembiayaan memiliki tabungan seiring dengan pembayaran cicilan. Lewat kemudahan ini terjadi peningkatan skala usaha, peningkatan tabungan dan juga tingkat infak.
Kesulitan utama adalah proses pendidikan masyarakat tentang sistem bagi hasil dan juga jual beli. Hal ini membutuhkan pendekatan dengan pengurus masjid, mushalla lewat pamflet, selebaran yang dibagikan setiap jum'at dan juga bagi nasabah pembiyaan Baitul Tamwil.