"Hei oligarki dan penguasa, Bangsa Indonesia terdiri dari pemuda, mahasiswa dan buruh jangan kau remehkan, jangan anggap bangsa yang begini, kami terhormat, kami bangsa yang besar, kami sanggup memajukan negeri kami."
Sampai saat ini, Presiden Joko Widodo tidak mengakomodir tuntutan mahasiswa dan buruh untuk membatalkan UU Ciptaker dan mengganti dengan Perppu. Selain itu, juga tidak ingin menemui mahasiswa, buruh yang ingin bertemu langsung dengan Kepala Negara dan Pemerintahan.
Telah berjilid-jilid unjuk rasa, pernyataan sikap menolak dan ingin bertemu dengan Presiden pilihan rakyat Indonesia, kandas. Tidak ada dialog yang menjernihkan persoalan, tidak ada pertemuan yang membersihkan chaos informasi. Malah yang ada berhadap-hadapan rakyat yang terdiri dari mahasiswa, buruh dengan aparat keamanan.
Terkadang, juga ada aksi penunggangan untuk membuat rusuh keadaan. Semuanya adalah rakyat Indonesia yang memberikan amanah kekuasaan kepada Joko Widodo untuk memimpin pemerintahan sampai tahun 2024. Semestinya tidak ada lagi bentrok sesama rakyat, walau berbeda peran.
Tapi apa daya, semua seperti ada dinding tebal yang tidak tembus dan sangat dijaga ketat. Suara protes dan penolakan bukan menjadi bahan mempertimbangkan pembatalan UU Ciptaker. Tapi malah senjata yang menjauhkan pemerintah dengan rakyat.
Hari ini pun, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) kembali menggelar demonstrasi menyuarakan menolak omnibus law UU Cipta Kerja hari ini, Rabu, 28 Oktober 2020. Diperkirakan ada sekitar 1.000 mahasiswa yang ikut menyuarakan penolakan pada hari peringatan Sumpah Pemuda.
Inilah suara pemuda hari ini. Pemuda yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, tidak tinggal diam dengan realitas sosial, ekonomi dan politik. Sebab, setelah mereka selesai dari kampus, maka mereka akan menjadi pekerja di berbagai sektor industry, jasa, membayar pajak dan berkarya.
Generasi pemuda, yang akan berpartisipasi dan berkontribusi pada negara dan bangsa. Sebagai mana dulu, generasi tahun 1928 yang dengan lantang menyampaikan sumpah pemuda. Menjadi pondasi dan tonggak bagi kemerdekaan Indonesia.
Dan hari ini pun dengan lantang bersuara. Bersama Gerakan Buruh Bersama Rakyat atau GEBRAK dan Fraksi Rakyat Indonesia menggelar demo, mimbar rakyat di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Termasuk Massa buruh dari Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronik Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) ikut demonstrasi menolak Omnibus Law Cipta Kerja di Patung Arjunawiwaha, Jalan Medan Merdeka Barat, Dekat Istana.
Sama dengan generasi sebelum kemerdekaan melakukan sumpah pemuda. Saat ini pun buruh mengucapkan sumpah buruh yang didengar oleh mahasiswa.
Pertama, "Kami buruh Indonesia bersumpah. Bertanah air satu, tanah air tanpa dikuasai asing".