Sudahlah Bapak-Bapak menteri untuk bersandiwara, koordinasi yang tidak menyusun puzzle lebih baik, malah merusak puzze yang mulai tersusun. Karena dari sebutir jagung dibongkol jagung bergantung dan banyak perut, usaha, cerita, dedikasi, cucuran keringat, biaya anak sekolah, membayar iuran BPJS, cicilan motor,niat untuk menunaikan ibadah haji, berwakaf, bersedekah, berzakat dan tak lupa juga menikahkan anak yang telah mulai dewasa.
Sebab ada kabar gembira HGU yang ditelantarkan akan dibagikan kepada masyarakat petani, semoga bisa bertanam jagung, sebab jagung tetap menjadi komoditi stategis dan taktis sepanjang ayam mau bertelor.
Apa salahnya kita belajar kepada jagung yang tumbuh dari sebatang biji yang mesti dibenamkan dalam tanah untuk tumbuh. Membutuhkan waktu untuk bisa berbuah sempurna. Falsafah benih, teringat sebuah buku kecil menjadi pegangan bagi insan kampus IPB.
Pak menteri mari kita bakar jagung malam ini, jagung dari ladang kecil milik kami sambil berbicara dengan data dan hati. Supaya kita lebih hidup secara manusiawi dan tidak memperturutkan nafsu ketamakan. Sebab pajak tetap kami bayar lewat produk yang kami nikmati, termasuk tembakau yang berbungkus khas petani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H