Disiplin ilmu marketing berkembang pesat sesuai dengan tantangan dan perkembangan konsumen. Perkembangan terakhir dalam dunia marketing adalah bagaimana masuk dalam dunia komunitas bik secara online, maupun offline. Target sasaran bukan model marketing menyampaikan pesan satu arah, namun menjadikan pesan dua arah dan menjadi konsumsi anggota komunitas dalam perbincangan keseharian.
Ada banyak cara dilakukan oleh pemilik merek usaha untuk bertempur sesama merek memenangi peperangan demi peperangan di hati, pikiran, emosi konsumen. Mulai dari iklan dengan menggandeng artis terkenal, punya wajah manis, cantik untuk iklan-iklan produk kecantikan. Menggandeng para pemain band yang memiliki banyak penggemar, hal ini berharap penggemar mengikuti apa yang idola lakukan.
Beberapa pemilik merek mencoba mensiasati mengelola pesan ke konsumen dengan iklan bergenri humor. Memiliki selera humor. Hal ini bermaksud untuk mudah melekatkan dalam ingatan konsumen dan menjadi perbincangan yang akhirnya melakukan tahap terakhir yakni membeli terus menjadi pelanggan setia. Salah satunya adalah iklan rokok yang memiliki serial bersambung yang memiliki selera humor sekaligus bersambung.
Ku kasih tiga permintaan, ketika sesorang telah menggosok lampu ajaib. Kemudian muncul satu jin ku bisa kasih seratus. Jin asli menyahut dan panas dan menjawab "Kutambah lima ratus". Kemudian jin abal-abal menjawab Seribu. Kemudian jin Asli di kalahkan dan menjadi bahan banyolan dan ketawa.
Inilah penggalan percakapan sebuah iklan yang dilakukan oleh rokok dengan merek Jarum coklat. Kemudian iklan ini berlanjut dengan varian selanjutnya yakni meminta kekayaan. Dan permintaan terakhir tidak dikabulkan tentang permintaan ganteng.
Dalam dunia marketing baik aktivitas pelaksana dari marketing maupun iklan yang di tampilkan memiliki sisi yang bisa mendatangkan suasana happy, ceria dan juga ngakak.
Banyolan atau humor memiliki efek cepat pada konsumen untuk akrab dengan merek. Dalam pergaulan sehari-hari kita lebih menyenangkan berada dekat orang-orang yang memiliki selera humor. Begitu juga dengan warga kompasiana, termasuk penulis yang belajar menulis humor namun lebih enak menjadi pembaca saja.
Aktvitas marketing banyolan sering dilakukan oleh para pelawak professional. Kita masih ingat dengan jojon dengan ciri khas memakai celana pendek kodok. Memiliki kumis secuil persih berada di tengah. Dan paling gres adalah sule yang bergabung dalam opera van java yang hadir setiap malam.
Aktivitas banyolan dalam marketing memberikan sisi lain bagi konsumen. Bagi sebuah merek mendapatkan ruang pembicaraan adalah sebuah progresif yang dinantikan oleh para marketer. Beberapa merek coba melakukan marketing banyolan dengan mengambil endoser atau orang terkenal seperti artis lawak. Kita ingat bagaimana pertarungan dua provider kartu seluler antara Warna biru  dan Warna Merah.
Aktivitas ini berlanjut perang marketing banyolan satu sama lain. Ketika yang Merah hadir dengan endoser Sule, maka yang Biru tidak ketinggalan untuk menghadirkan mirip sule.
Kita akan membicarakan Sule sebagai endoser berwarna merah hati yang mencoba menyampaikan dalam kemasan banyolan bahwa ada moment peringatan untuk kehabisan jadwal. Namun berwarna merah dengan simbol hati menyala tidak yang berlaku sepanjang waktu. Kemudian beberapa varian selanjutnya adalah pingsannya seorang putri yang kemudian bisa disiumkan dengan memberikan kartu merah.
Memang ada tiga pendekatan utama dalam marketing banyolan.
- Pertama adalah komunikasi marketing yang pure/murni dengan banyolan yang menjadi aktivitas keseluruhan. Seperti estravaganza, opera van java, srimulat, Suami-suami takut istri.
- Kedua adalah komunikasi iklan yang memiliki banyolan tanpa melibatkan grub lawak seperti varian iklan jarum 76.
- Ketiga adalah iklan yang diendoser oleh para banyolan professional dan dikemas dengan iklan khas banyolan seperti rangkaian iklan berwarna merah hati.
Masing-masing pendekatan memiliki keunggulan dan kelemahan. Namun dalam ukurankesuksesan iklan adalah bagaimana mampu membawa konsumen untuk tidak meninggalkan iklan ketika tayang dan mau dengan senang hati membeli dan merekomendasikan kepada orang lain.
Kemenangan terakhir sebuah merek adalah kemampuan untuk melekat dalam ingatan target sasaran dan menghasilkan laba bagi perusahaan pemelik merek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H