Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Puasa Bicara, Berbukalah dengan Menulis (6)

16 Desember 2011   15:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:10 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LIHAT DARI SISI BERBEDA

Jangan lihat jeleknya bentuk lengkuas kala masih berbaju tanah. Namun lihatlah aroma tercipta kala ia berendam dalam air santan kelapa.

(Peribahasa)

Melihat dari sisi berbeda suatu peritiwa memberikan kekayaan tersendiri bagi pengayaan tulisan. Dengan sudut pandang berbeda sering memberikan sisi yang terkadang menggudah, imajinatif dan kreatif. Menulis dengan melihat dari banyak sisi berbeda mampu membuat banyak prespektif yang kaya. Karena ia membuka sisi berbeda dari sebuah peristiwa.

Melihat dengan sisi bereda mendatangkan sebuah seni menulis. Sebagai seorang pembaca melihat sebuah tulisan sebagai bahan bacaan. Sedangkan dari sisi penulis adalah sebuah aktualisasi diri. Bagi media massa adalah bisnis yang mendatangkan keuntungan.

Melihat dari sisi berbeda dapat dilatih dengan berbagai cara dan metode. Beberapa simulasi dapat membantu dalam melihat sesuatu dalam sisi berbeda. Kemampuan melihat sesuatu membutuhkan untuk keluar dari kondisi realitas diri.

Dari seonggok sampah dapat dijadikan sebuah contoh sederhana bagaimana melihat segala sesuatu dari sisi berbeda. Coba lihat dari sisi petugas kebersihan melihat sampah berserakan. Kemudian coba lihat dari sisi mereka yang hidup dari karnia sampah yang bertebaran. Setelah itu lihatlah sampah dari sisi pemerintahan.

Contoh diatas melihat dari sisi berbeda melahirkan berbagai penafsiran. Setiap penafsiran membutuhkan alasan-alasan penguat. Dalam menulis tentang suatu objek memberikan pengaruh berbeda bagi setiap orang. Melihat dari sisi berbeda tentang sesuatu yang Anda tulis dapat menggunakan beberapa pendekatan.

Bertukar tempat atau peran.

Melakukan penulisan memerlukan bertukar tempat dan peran. Manfaat dari pendekatan ini Anda akan memiliki kekayaan prespektif tentang sesuatu. Seumpama ketika Anda mengikuti sebuah tur pariwisata sekaligus melakukan kegiatan social peruashaan Anda ke Pengunungan Bromo sebagai hadiah atas pencapaian target perusahaan tahun ini.

Perjalan ini menggunakan bus pariwisata yang disediakan oleh jasa tur and travel dalam paket Wisata Bromo Ceria. Perjalanan ini dipandu oleh tiga orang pemandu perjalanan dan pemandu pendakian gunung bromo sebanyak 2 orang. Pada perjalanan ini akan perusahaan melalui team Anda akan melakukan beberapa kegiatan social perusahaan tempat Anda bekerja.

Pada peran pertama Anda adalah seorang penumpang bus. Pada saat penumpang bus pariwisata apa yang Anda harapkan dalam perjalanan.

Setelah Anda menuliskan peran Anda sebagai seorang penumapang bus. Peran selanjutnya adalah Anda menjadi pemandu wisata yang akan memandu peserta wisata. Apa yang Anda harapkan dari penumpang ikut paket Wisata Bromo Ceria

Peran selanjutnya Anda adalah duta dari perusahaan yang akan melakukan kegiatan social untuk penduduk di sebuah perkampung gunung bromo.

Peran selanjutnya anda adalah masyarakat yang menerima bantuan social lewat kegiatan perusahaan Anda. Tuliskanlah tanggapan, ekspresi dan pancaran wajah bahagia merka

Dari beberapa peran yang coba Anda tuliskan saatnya Anda menjadikan sebuah rangkaian tulisan laporan dalam bentuk featur. Laporan ini akan dipublikasikan dalam majalah internal perusahaan, beberapa Koran sekaligus sebagai laporan kepada pimpinan perusahaan. Selamat menulis!

Imajinasi

Imajinasi yang terbaik adalah yang mempunyai kekuatan dan bisa mewujudkan impian Anda menjadi suatu kenyataan

(Ibrahim Elfiky)

Ketika Anda masih kecil dahulu bermain sesuatu dan membayangkan sebuah kertas yang dilipat sebagai sebuah pesawat. Berperan sebagai pilot pesawat. Atau bermain dengan tanah liat. Membangun sebuah bangunan berbentuk aneh dari tanah liat. Kemudian menyampaikan bahwa ini adalah sebuah istana yang Anda waktu itu menjadi seorang raja. Bermain dengan teman-teman dan mereka ada yang menjadi ratu, perdana mentri dan pembantu.

Itulah imajinasi. Enstein mengatakan imajinasi itu lebih penting dari pada berfikir. Enstein menemukan rumus E=mc2 untuk mengukur energy yang melahirka teori fisika quantum. Teori ini berawal dari imajinasi tentang cahaya. Dimana ia mengendarai cahaya dan berimajinasi kemana ia akan dibawa oleh cahaya tersebut.

Barang kali Anda memiliki imajinasi. Maka tuliskanlah!

Bagaimanapun imajinasi Anda yang telah dituliskan. Ada kabar baik bahwa imajinasi bukanlah bawaan sejak lahir. Karena imajinasi bisa dilatih dan dikembangkan. Namun sayang ketika mulai dewasa imajinasi mulai dikarantina oleh sebuah pemikiran bernama masuk akal. Imajinasi memasuki fase pembekuan.

Dalam kehidupan Anda selalu diminta untuk berdo’a. Do’a yang kita sampaikan kepada sang pencipta berbentuk abstrak dan tidak berbentuk. Ketika meminta mobil kita membayangkan sebuah mobil yang mewah, prestisius, elegan dan dengan segala vasilitas. Ketika meminta kesalamatan dalam perjalanan Anda membayangkan aman sampai ditujuan. Ketika Anda meminta menjadi penulis hebat. Anda mengimajinasikan cara berbicara Anda, bentuk buku Anda, pujian dari orang yang bertemu Anda. Semua itu membutuhkan imajinasi ketika berdo’a.

Sekarang saya mengajak Anda hal yang bisa dilihat dari sisi berbeda dengan imajinasi. Laptop yang Anda gunakan untuk menulis, HP yang anda gunakan untuk bersms dan menelpon atau barangkali sebuah pensil dan buku.

Pensil

Sebuah pensil berbicara dan bercerita bahwa ia berasal dari sebuah pabrik yang dikerjakan oleh tangan-tangan wanita yang berbaju putih. Mereka dengan menggunakan masker melakukan pengepakan saya beserta teman-teman yang lain dalam sebuah kotak penjara. Kemudian masing-masing kami tidak mengetahui akan dibawa kemana. Karena dalam kotak kami dikungkung oleh sebuah kotak besar bernama kardus. Terdapat sebuah label yang ditujukan kesebuah pulau di ujung Indonesia bagian timur. Dimana seorang pedangan besar membeli pensil untuk memenuhi kebutuhan tahun ajaran baru.

Dari seoerang pedagang besar aku dikeluarkan dari kardus besar. Beberapa hari aku dipajang dalam kotak kecil beserta dengan teman-teman yang setia berjumlah 12 buah. Dalam perjalanan kami berbagi harapan dan juga cita-cita untuk dapat bertemu suatu saat nanti. Pertemuan yang merupakan bentuk saling berbagi cerita, kisah dan juga tragedy. Kami adalah kembar 12 yang sangat identik dan serupa, Ada si Ada, si Bisa, si Ceria, si Dungu, si Enjoy, si Felit, si Ganteng, si Hebat, si Imajinasi, dan terakhir ada si Jenaka.

Seorang Anda datang dengan ibunya untuk membeli keperluan sekolah dan Si Ada dengan si enjoy telah bepindah tempat. Sesuai dengan namanya si Ada, ia hanya menjadi pelangkap adanya dalam kotak pensil sang Adik. Sedangkan si Enjoy menjali kehidupan secara enjoy. Setelah digunakan sekali ia akan digunakan dalam waktu yang lama.

Kisah lain si Bisa dan si Imajinasi serta si Ganteng dibeli oleh seorang bocah. Mereka digunakan untuk mewujudkan impian sang bocah untuk bisa menjadi seorang penulis novel hebat seperti Andrea Hirata, Habiburrahman Al-siraj, Asma Nadia, dan mulai lah ia menghabiskan pensil sibisa dengan berbagai tulisan demi tulisan. Terkadang ia menggunakan si Imajinasi untuk menuliskan seorang tokoh yang ganteng. Memiliki popularitas menjadi artis ibukota.

Sedangkan si Dungu mengalami nasib yang berbeda ia dibeli oleh seorang dewasa yang iseng untuk menjadikan sebuah karya ukiran. Namun karena ia adalah si Dungu maka ia mendarat di sebuah tong sampah karna yang membeli berubah pikiran.

Buku

Dalam tubuhku banyak tersedia informasi dan catatan sejarah tentang sebuah negeri bernama Indonesia. Ditulis dalam sebuah kajian mendalam. Aku berada di sebuah ujung rak diperpuskaan besar di satu kota. Banyak sahabat-sahabat ku lain yang memiliki sejarah, mulai dari sejarah Restorasi Meiji Jepang, Revolusi di Francis, Invansi Hitler. Bentuk tubuh kami yang tidak lagi baru. Berselimut dengan debu-debu yang terus setia mendampingi.

Ketika malam tiba ia menjadi sahabat kehangatan dari cuaca dingin. Namun siang ia menjadi sahabat untuk bercerita tentang tragedy demi tragedy kemanusian yang tertulis dalam tubuh kami oleh beberapa orang sejarawan. Terkadang kami merasa hidup ini tidak adil dan kejam sekejam korban yang lahir dari sebuah tragedy sejarah kehidupan manusia.

Teman-teman lain mendapatkan kehagatan dekapan dari beberapa orang pengunjung pustaka. Ada anak-anak yang mencari buku cerita dogeng. Hampir setiap hari mereka mendapatkan sentuhan demi sentuhan. Ada anak beberapa orang mahasiswa yang membuat makalah dengan senang hati membolak balik sebuah buku manajemen.

Namun sayang sekali kami bukanlah sebuah buku yang dibutuhkan oleh anak-anak, karena melihat saja mereka telah mengenyitkan kening. Apalagi dengan ketebalan halaman dengan sedikit gambar yang berwarna hitam putih. Apakah nasib kami mesti seperti ini?

Sebelumnya saya mengajak Anda untuk melakukan kunjungan online ke sebuah tulisan di bawah ini.

Syamsa Hawa & Irawan Senda memberikan Kiat melatih imajinasi Anda dalam menulis,

1.Berpikir beda dan bertanya-tanya.

Ketika membaca tulisan kisah pensil yang memiliki latar belakang sama dan mengalami kejadian berbeda dari 12 sekawan. Imajinasi membawa pensil memiliki cerita berbeda satu sama lain. Memiliki nama yang melambangkan kejadian yang dialami masing-masing pensil.

2.Berfikir dramatis dan bertanya-tanya

Terasa amat prihatin buku sejarah yang berisikan banyak fakta tentan sejarah banyak bangsa, namun traits dan dramatis hanya menjadi pajangan di rak sudut sebuah perpustakaan. Menceritakan buku sejarah dengan mendramatisir dengan buku-buku yang lain. Dimana pembaca lebih memilih buku motivasi, cerita, novel dan referensi lainnya selain buku sejarah. Contoh:

Namun sayang sekali kami bukanlah sebuah buku yang dibutuhkan oleh anak-anak, karena melihat saja mereka telah mengenyitkan kening. Apalagi dengan ketebalan halaman dengan sedikit gambar yang berwarna hitam putih. Apakah nasib kami mesti seperti ini?

Inilah nasib buku sejarah, dimana ia menghukum dirinya bahwa dirinya berhalam tebal dengan warna hitam putih. Dan dia akhiri dengan pertanyaan nasib kami mesti seperti ini?

3.Berfikir unik dengan pertanyaan unik

Kisah perjalanan pensil dan buku adalah bagian dari berfikir unik. Barangkali kita bisa membuat sebuah percakapan antara pensil yang ceria bertemu dengan buku sejarah. Mereka saling bercerita tentang perjalanan, kisah kehidupan dan juga seputar harapan-harapan di masa depan.

Tulisan sebelumnya :

Puasa Bicara, Berbukalah dengan Menulis 1

Puasa Bicara, Berbukalah dengan Menulis 2

Puasa Bicara, Berbukalah dengan Menulis 3

Puasa Bicara, Berbukalah dengan Menulis 4 Puasa Bicara, Berbukalah dengan Menulis 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun