Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dorongan Cinta

9 November 2010   07:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Serial tulisan 1001 cinta dalam Aksara Cinta

#aksara D

Ketika kita pada pertama kali bertemu dengan benda bagus, benda yang unik, atau seseorang, dengan melihat sekilas saja ada satu ketertarikan. Ada yang melekat untuk dalam ingatan. Barangkali kita mengatakan wah bagusnya dan uniknya. Atau barangkali berucap wah keren banget itu orang atau wajahnya yang mendatangkan sesuatu ketenangan atau keteduhan. Maka pada saat itu kita teleh didorong oleh getara cinta.

Dorongan cinta mempunyai berbagai metode dan cara tersendiri. Terkadang sulit untuk dipahami oleh orang lain dan terkadang yang bersangkutan. Bagaimana Nabi Yusuf mampu menahan diri dari ajakan Zulaikha dalam melakukan perbuatan zina. Zulaikha didorong oleh dorongan cinta biologis atas ketampanan nabi Yusuf. Sedangkan nabi Yusuf menolok oleh dorongan cinta kepada Allah Swt yang menjadikan dorongan cinta biologisnya tunduk dalam aturan sang Pencipta.

Ada beberapa dorongan cinta yang selalu hadir dalam setiap gerak kehidupan:

Pertama, Dorongan cinta yang berasal dari sisi religius atau ruh. Dorongan ini memaparkan bagaimana kita melakukan semua kegiatan untuk mendapatkan kepuasan bathiniah dan juga kebahagiaan. Dorongan inilah yang melahirkan prestasi-prestasi besar yang lahir dari tokoh besar seperti Dalai lama, Nelson Mandela, Mahatma ghandi, Malcom X.

Banyak kisah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sebuah realiti show "minta tolong" di sebuah stasiun swasta memberikan bentuk dorongan cinta dari sisi religius. Ada nuansa tanpa pamrih untuk menolong sesama. Disinilah nilai-nilai kemanusian muncul menjadi kekuatan perubahan untuk dunia yang lebih tatanan dunia yang lebih baik.

Pada tahapan dorongan cinta ini terkadang bagi sebagian orang terasa berat untuk melakukan. terkadang dunia ini tidak mendapakan pujian, penghargaan dan tidak sedikit caci maki dan penolakan oleh banyak orang. Belajar dari kisah Mbah Marijdan yang mendedikasikan hidup sebagai juri kunci adalah bentuk dorongan cinta dari sisi religius yang melahirkan loyalitas dan komitmen sekaligus.

Lebih lanjut dorongan cinta ini adalah pada tahapan kepasrahan dan kepatuhan kepada Allah swt. Dimana setiap dorongan untuk mencintai apapun ditujukan untuk mendapatkan keridhoan. Inilah cinta para Nabi dan Rasul yang membawa ummat manusia ke jalan Allah. Pengabdian mereka tidak meminta balasan dari sisi manusia. Malah terkadang ummat sendiri melakukan kejahatan kepada Nabi dan Rasul.

Kisah Nabi Musa yang menghadapi Fir’aun untuk membebaskan dari kedurhakaan Fir’aun terhadap Allah pencipta langit dan bumi. Kisah Nabi Muhammad Saw yang mesti hijrah dari tanah kelahiran di Makkah untuk menegakkan kalimat tauid Laa ilaaha illallaah. Dan juga pengorbanan orang-orang yang kita kenal dengan kepahlawanan mereka dalam berbagai bidang kehidupan.

Dorongan cinta inilah yang menjadikan seorang ibu mampu membesarkan anak-anaknya, tanpa pernah untuk meminta kembali kasih sayang yang telah diberikan.

Kedua, Dorongan cinta dari sisi biologis. Inilah sunnatullah untuk manusia dan hewan. Berlanjutnya regenerasi manusia didasarkan pada aspek biologis.

Ketika dorongan ini berdiri sendiri dan tidak dilandasi dengan sisi religius maka melahirkan berbagai sisi hewaniyyah dalam tindakan manusia. Inilah yang melahirkan perilaku kebebasan dalam seks. Dimana telah menciptakan berbagai permasalahan, penyakit HIV/AIDS. Memproduksi film dan tontonan yang hanya mengeluarkan dorongan untuk memuaskan dorongan birahi semata.

Namun jika dorongan ini berada pada tuntunan agama ia akan memberikan buah karya generasi-genersi terbaik. Tidak di dapati lagi pembuangan bayi di tong sampah. Mengikuti dorongan ini menciptakan banyak petaka bagi generasi yang mesti mati sebelum sempat menikmati udara bumi, yakni aborsi. Tidak sedikit yang mesti tidak dapat melanjutkan pendidikan karena mengikuti dorongan cinta biologis.

Ketika, adalah dorongan cinta dari sisi kepemilikan kebendaan. Dorongan ini melahirkan keinginan untuk memiliki benda yang dapat menjadi simbol kekayaan. Perlombaan yang menciptakan sebuah keserakahan. Terkadang terlihat amat menggelikan melihat seseorang yang mempunyai banyak kendaraan namun tidak bermanfaat dan hanya menjadi pajangan semata.

Dorongan ini menghasilkan dimensi perilaku penguasaan sumberdaya energi. Penguasaan ini telah melahirkan malapetaka dalam bidang energi, pengeksploitasian besar-besaran tanpa kemauan untuk memelihara.

Keempat, dorongan cinta dari sisi popularitas. Dorongan inilah yang melahirkan berbagai event pencarian bakat, mulai dari indonesia idol yang mengadopsi american idol, Indonesia mencari bakat, AFI, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya.

Dorongan ini juga menjangkiti para politisi untuk dapat dipilih oleh masyarakat. Nuansa ini dapat dilihat dengan berbagai pajangan poto dengan visi dan misi sang kandidat. Beratus juta dihamburkan untuk mengiklankan diri. Berharap dengan ini mendapatkan popularitas dan mendapatkan sejumlah suara untuk menjadi anggota dewan. Namun seiring waktu ternyata popularitas tidak berbanding dengan populisnya keputusan anggota dewan.

Sudahkah kita menimbang kembali dorongan cinta dalam ritme kehidupan yang terus berputar dalam siang dan malam untuk hidup yang lebih bermakna?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun