Dari criteria sederhana setiap pengeluaran menjadi kewajiban, kebutuhan atau keinginan, kesengan dengan membuat sebuah frekuensi belanja dengan mencatat pengeluran dalam seminggu. Kemudian kita mempertanyakan apabila hal ini saya tidak lakukan atau gunakan membuat keberlangsungan hidup terganggu. Bisa di siasati atau di gunakan metode tertentu
Hal sederhana ini sering kita abaikan. Untuk sarapan pagi apakah dengan sarapan dirumah atau memberli ke tukang bubur ayam? Bagi yang mengerti tentang criteria maka akan lebih baik makan di rumah buatan istri atau ibu sendiri. Hal ini lebih baik dari -sisi pengeluaran bisa dihemat sekian ribu, dan membahagian orang yang kita cintai dari pada makan membeli bubur ayam di luar.
Pengeluaran mengikuti hukum kebijakan pareto yakni 20 : 80. Pengeluaran kita 80 % hanya di dominasi oleh 20 % aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa perilaku pengluaran tidak rasional dan cendrung irasional. Hal ini sering dimanfaatkan oleh mara marketer yang menggunakan sisi emosi, ketakutan, kesenangan dan juga kelangakaan terhadap suatu produk.
Seringkali pengeluaran secara emosional berdampak luar biasa bagi pengeluaran secara keseluruhan. Kemudian ada beberapa pengeluaran kecil namun hampir setiap hari yang mempengaruhi pengeluaran.
Contoh paling kecil adalah membeli rokok, pengeluaran yang hanya masuk pada criteria kesenangan namun menghabiskan banyak pengeluaran untuk kesengan sesaat. 1.000-15.000 dihabiskan setiap hari untuk kesengan. Berbanding terbalik untuk membayar kewajiban atau bersedekah untuk membantu sesama.
Sudahkah kita belajar bahwa pengeluarkan itu pasti dan menjadikan kita orang kaya raya yang mempunyai kebebasan finansial atau miskin papa? Pilihan itu di kebiasaan pengeluaran kita.