Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyanyi Bisu

3 Februari 2010   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengepul asap kendaraan di pemberhentian halte salemba ui, motor berpacu mengeluarkan suara bising dan juga asap dari pembakaran bensin di ruang mesin. Tidak ketinggalan juga busway yang berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Sore yang cerah berganti dengan awan mendung dan kemudian membasahi bumi yang telah panas oleh sinar mentari dan juga asap polusi.

Penumpang duduk-duduk di halte yang berbaju garis lembut dengan seorang yang berbaju motif bunga dengan bentul-bentul warna coklat muda. Asik melihat pacuan hujan dengan laju kendaraan yang di kejar waktu malam yang akan datang sebentar lagi.

Di sampingnya seorang Bapak tua menjajakan rokok dengan berbagai merek, dari jenis kretek sampai filter. Dan tak lupa menjual kopi sebagai pelepas dahaga sopir bus atau knak yang sengaja menepi, menunggu penumpang yang hendak pergi.

Sambil enak duduk bersandarkan terali besi dari pagar fakultas kedokteran ui, ia menyapa dengan memukul, dengan suara yang tidak sampai keluar dan di ikuti dengan isyarat untuk membasuh muka, dan solat kemudian tidur di mesjid komplek kedokteran ui.

Dengan senang hati ia bercerita dan berkelakar yang membuat suasana berbeda diantara rintik hujan, dengan tersekat-sekat ia bersuara dengan diiringi gerak tangan yang terus menari menerangkan sebuah arti. Dengan senyum dan sedikit belajar kembali ku coba menjalin komunikasi.

Beberapa isyaratnya ku mengerti tentang arti canda dan tawa di kala kita di jakarta yang saling mematung memasang curiga dan wak prasangka. Sebuah mobil lewat jurusan Kp. Melayu- Tanah Abang yang telah ia tunggu. Karna di atas sana ia akan bernyanyi, nyanyi yang bersuara di gerak tangan yang penuh arti.

Setelah ia pergi dan tak lupa memberikan selamat tinggal dengan tanggan yang melambai kepada kami yang masih terpaku dengan prasanka dan pikiran sendiri-sendiri di antara hujan rintik yang menemani.

Terima kasih untuk sahabat ku penyanyi bisu dengan isyarat tanganmu telah mengingatkanku. Nanti kita akan bertemu kembali di Halte Salemba UI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun