Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Money

10 Tahun yang Berlalu Cepat, Dedikasi Kehidupan

8 Februari 2012   16:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:54 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Siang dengan matahari bersinar penuh menyinari bumi Jakarta. Hampir setiap insan merasakan panas membara. Para pengendara motor, pejalan kaki ataupun pengguna kendaraan beroda empat. Hamparan langit membiru dengan sedikit awan putih membentuk gambar abstrak. Gambaran abstrak itu terbayang juga dalam tatapan seorang Mang Ujang.

Pedagang yang telah 10 tahun berjualan di komplek DPR RI Pondok Ranji. Tempat jualan dengan ukuran 1 x 1,5 meter adalah tempat yang strategis berada di sudut komplek. Dengan sebuah televisi berada diatas tempat duduk yang berukuran untuk 3 orang menjadi bagian dari daya tarik bagi penghuni komplek untuk melihat pertandingan bola dari waktu kewaktu.

Mang Ujang berasal dari Kab. Cianjur, memiliki anak 2 orang dengan satu istri. Dalam guratan kening terlihat sebuah kesunguhan untuk tetap bertahan hidup dan melanjutkan usaha. Kedai warung kecil menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi keluarga komplek. Komplek yang penuh dengan berbagai model bentuk pagar. Hampir setiap penghuni jarang bertutur sapa" itulah sekelumit ungkapan Mang Ujang.

Siang itu, beberapa anak sekolahan masih lengkap dengan segala atribut hadir bersamaan. Jam menunjukkan 14.30 WIB. Dengan canda tawa dan juga ejekan demi ejekan mengalir dengan vitamin asap (rokok) yang mengepul ke udara dari mulut dan hidung mereka.

Mereka adalah pelanggan Mang Ujang hampir setiap hari kecuali hari libur sekolahan. Teramat jarang diantara anak sekolahan tidak mengenal dengan rokok menemani hari demi hari. Seakan sebuah keniscayaan bahwa anak sekolah telah terpapar dalam lingkaran asap rokok. Miris....

Namun bagi Mang Ujang ini adalah berkah dalam menjalankan usaha yang hari demi hari tidak menentu. Sekotak donat dengan isi 12 buah memberikan untung 2.000 rupiah. Terkadang mesti tidak mendapatkan untung karena si Anak juga penikmat donat yang hampir setiap hari datang.

Kerasnya kehidupan, berlalu tanpa terasa, karena setiap hari ketera api masih menemani kala waktu sepi pembeli. Nyanyian para seniman keteta api, penjuang asongan dan juga masyarakat marginal kota menjadi obat kebersamaan. Dimana ada sebuah kesepakatan sosial bersama untuk saling melengkapi dari angkuhnya kehidupan komplek.

Berusaha dan terus berusaha adalah komitmen untuk tetap bertahan hidup. Sepuluh tahun lamanya tidak terasa karena setiap hari selalu ada cerita menghangatkan suasana.

Termasuk saya yang mampir untuk menikmati semangkok mie rebus dan air minenal sambil menunggu seseorang datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun