Mohon tunggu...
Frengki Nur Fariya Pratama
Frengki Nur Fariya Pratama Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pecinta naskah Jawa di Sradhha Institute, berdikusi sastra di Komunitas Langit Malam.

Menjadi Insan yang mampu berkontribusi terhadap negara dan masyarakat adalah ideologis manusia yang menghamba kepada Sang Khaliq

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pelinting Akademis dan Siratal Mustaqim

21 Mei 2020   03:10 Diperbarui: 21 Mei 2020   03:14 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangku kuliah tak hanya menyimpan cerita jumlah SKS yang tak terpenuhi, KKN Desa Penari (dan yang suka goyang-goyang sendiri), bolos kuliah, gagal sekripsian sampai cinta muda-mudi yang embyeh-embyeh.

Bangku Kuliah pun menyimpan segudang cerita para perokok yang konon menjadi trend para mahasiswa.

"kalau mau keren dan idealis, maka merokoklah. Niscaya kau akan seperti Che Guevara dan Chairil Anwar!"

Kalimat yang menjadi mitos ini menggaung di kepala para mahasiswa aktivis (dan sok aktivis) kampus. Namun, berapa banyak mahasiswa yang mau buka slepi (wadah tembakau dalam bahasa Jawa) dan nglinting sendiri?

Banyak dari mahasiswa pasti akan bengek kalau terus ngelinting. Kedua, kadang mereka juga gengsi kalau tak beli rokok bungkusan untuk dia sulut. Para pelinting akademis ini terhitung tak cukup banyak. terlebih di fakultas non-seni dan non-budaya. Gengsi-lah taruhannya.

Merek rokok adalah pertaruhan gengsi di depan pacar teman!

Mungkin juga, para pelinting di fakultas seni dan budaya ini terpaksa memilih tembakau untuk teman kontemplasinya. Selain konsumsi rokok yang lebih banter. Para mahasiswa fakultas ini ter-cap miskuin, tapi banyak yang bilang keren!

 Miskuin karena uang sakunya terkuras untuk menuruti idealisme yang jarang dilirik orang. Tapi, dibutuhkan. Saya hanya bisa bilang "Mbok jangan sok jijik dengan kita kalau anda masih membutuhkan kita untuk hiburan dan penyadaran kalian!"

Saya sendiri memilih jalan tengah. Tingwe saya tergolong "tingwe modern" yang berfilter. Ekonomis dan membutuhkan ketrampilan untuk membuatnya. Otomatis, alat yang dibawa lumayan ribet. Saya pun memanfaatkan tepak (kotak makan) untuk membawa perkakas rokok saya. Apa yang terjadi?

Saya selalu menjadi pusat perhatian orang-orang yang lewat. Mungkin mereka berpikir "mau ngrokok saja ribet!" Eh tong! ini kenikmatan dalam berkreasi dan menyulut keindahan!!

Cangkeman wae!!!!!

Termasuk keterbelalakan teman saya sekelas dia mahasiswi yang berasal dari Thailand. Dia terheran dengan keribetan yang saya lakukan. Ndak masalah! Yang terpenting, saya berhasil membelalakkan mata orang luar negeri dengan kegiatan remeh nan asyik yang saya lakukan. Sekaligus menarik perhatian orang yang anti rokok untuk mau menengok dan membelai slepi modern (tempat tembakau) saya. Akhirnya, dia upload ke Ig Story. Promosi budaya pun terjadi. Hehehehe!

Saya beralih ke tingwe bukan karena kenaikan cukai yang banyak diperbincangkan. Namun, karena seni dan kemandirian. Proses bagi saya adalah sebuah keniscayaan dalam hidup. 

Begitu pula dalam merokok. saya harus merasakan jarih payah para perkeja pabrik rokok. Saya pun harus belajar eksperimen bagaimana cara menemukan cita rasa yang uenak dalam sebatang rokok. Yang kata teman saya, rokok itu bagaikan jembatan siratal mustaqim.

                Ujungnya adalah neraka bagi para pendosa

                Pangkalnya adalah surga bagi para pendoa

Slepi modern ini selalu saya bawa kemana-mana. Saya tawarkan kepada siapa saja yang ingin merokok sekaligus menularkan ketrampilan yang hampir punah ini. 

Kebanyakan, ya jarang yang mau! Bukan tak mau rokoknya, tapi tak mau saya suruh buat sendiri. Yah! Dunia kita memang telah berubah menjadi dunia instan. Filosofi proses mulai ditinggalkan. Maunya praktis dan serba instan.

Saya hanya ingin menyampaikan, pandanglah saya dari sisi filosofis proses. Bukan pada keanehan kotak ajaib saya ini. Saya hanya ingin menikmati indahnya dunia melalui ciptaan Tuhan yang penuh kenikmatan ini. Saya hanya ingin mempergunakan keringat saya untuk mencapai sublimasi keindahan dan sedapnya siratal mustaqim ini.

Karena, saya hanyalah seorang pendoa miskin yang berharap kepulan asap saya menembus langit dan menyampaikan segala harap saya kepada Tuhan Yang Maha Esa! Bahwa saya ingin balikan sama pacar!!!!! huhuhuhu.

Frengki Nur Pratama Mahasiswa Magister Ilmu Susastra Undip, Komunitas Sastra Langit Malam, Komunitas Sraddha Sala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun