Suatu hari di sebuah sekolah yang tak terlampau bagus, tak terlampau nyaman, tak terlampau besar dan tak banyak siswa.
“Hari ini kita meeting sebentar, Bapak dan Ibu Guru !” ucap Ibu Bibi.
“Iya Ibu!” Semua Guru menjawab.
Suasana pagi ini agak berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya riuh dengan persiapan menjelang Ujian Sekolah bagi kelas 6 dan 9.guru-guru pun sibuk mendata dan mendaftarkan siswa-siswinya ke sekolah induk yang berada di Kota Kinabalu. Jarak sekolah dengan CLC (sebutan sekolah-sekolah yang tersebar di Sabah) sampai puluhan Kilo Meter. Tidak cukup itu disamping jauh lokasi pun berada di dalam lading-ladang sawit yang luasnya berhektar-hektar.
“Hari ini saya sudah dihubungi untuk segera mengirin nama-nama pesert ujian kelulusan siswa SD dan SMP yang kita ampu. Gimana bu Nivo apakah data sudah siap “. Tanya Ibu Bibi.
“Ini bu sebelumnya saya minta maaf banyak siswa yang belum menyetorkan dokumen mereka ke sekolah” sahut bu Nivo.
“Kog, bisa seperti itu? padahal sudah dua minggu kita umumkan ke mereka!” jawab Bu Bibi dengan logat timor yang begitu khas.
“Bagaimana ini Bapak dan Ibu? Kita sudah tidak ada waktu. Batas pengumpulan data tinggal 4 minggu lagi! banyak yang belum terselesailkan. Aduh mamahe!” sahut bu Bibi kembali. Sembari menunjukkan sikap kecewa.
“Begini saja Ibu, kita Tanya kemana saja dokumen yang mereka miliki. Nah! Setelah itu kita kumpul itu dokumen dan kita foto copy di Sekolah”. Jawab pak Basuki memberingan solusi.
“Iya bah! Betul itu. Nanti kita umumkanlah ke kelas-kelas mereka.” Ibu Jeny menambahkan.
Suasana menjadi tegang dan panik karena pihak Sekolah Induk yang biasa disebut SIKK (Sekolah Indonesia Kota Kinabalu) telah mendesak untuk segera mengirim data-data peserta ujian karena akan segera dikirim ke Jakarta. Hal ini menjadikan suasana pagi ini terfokus pada pengumpulan dokumen para peserta ujian yang harus disegerakan, membuat seluruh guru sibuk dengan persiapan segala kebutuhan administratif yang harus segera diselesaikan.