[caption id="attachment_332439" align="aligncenter" width="589" caption="Pemandangan Kampung Mbeling "][/caption]
Mbeling, sebuah desa kecil 15 km dari Borong ibukota kabupaten Manggarai Timur, NTT. Desa yang asri di tepi hutan KPHK Ruteng ini berpenduduk  + 900 orang, tersebar dalam tiga sub kampung yakni kampung tradisional Tuwa, Kampung GoloNompong dan Kampung Mbeling. Lebih dari 90% penduduk desa ini hidup dari bertani. Mereka bertani sawah basah, sayuran dan juga tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, cengkeh dan kemiri. Meski pada tahun 2007 silam, kabupaten Manggarai Timur terbentuk dan ibukotanya secara administrasi berada dalam satu desa dengan Mbeling yakni desa Gurung Liwut, namun masyarakat di sini belum menunjukan kemajuan yang diharapkan. Mbeling sendiri merupakan kawasan penyangga mata air yang air-air ini mengalir dan dialirkan ke kota kabupaten baik sebagai air minum (PAM) maupun untuk irigasi persawahan. Mbeling sendiri dikelilingi oleh lebih dari 7 mata air, dan kondisi kawasan mata air di sini sedang kritis. Hutan-hutan di sekitar mata air dirambah perlahan-lahan untuk ekstensifikasi pertanian, bahkan ada mata air yang tak terlindungi hutan sama sekali.
Pada tahun 2013 silam, masyarakat Mbeling satu per satu melakukan gerakan yang akhirnya membawa mereka pada pencanangan sebagai kampung ekologis. Gerakan itu adalah gerakan bertani sayur oraganik dengan pemanfaatan lahan pekarangan. Seiring berjalannya waktu, gerakan yang awalnya dimulai oleh satu orang yakni Sebastianus, kini telah menjadi gerakan seluruh kampung, alhasil hari ini, seluruh kampung Mbeling, Golo Nompong dan Tuwa menjadi kawasan budidaya sayur organik. Pekarangan dan halaman rumah yang dahulunya dibiarkan terbengkelai ditumbuhi rumput, kini menjadi taman indah kebun-kebun sayur oganik, yang ditata dan dipagari dengan rapi. Jalan-jalan batu diperbaiki secara swadaya! Melalui rapat di Rumah adat (gendang) Tuwa pada tanggal 3 Oktober 2013, mereka menamakan diri sebagai Masyarakat Organik Indonesia dengan nama kawasan adalah Mbeling-Kampung Ekologis.
Semangat sebagai kampung ekologis tak berhenti sampai pada menanam sayur organik. Masyarakat Mebeling perlahan-lahan meningkatkan kemampuannya dalam mengolah dan memproduksi pupuk bokasi organik dengan memanfaatkan potensi pupuk kandang dan kompos di sekitar tempat tinggal mereka. Sebelumnya, masyarakat di sini memelihara babi dengan cara tradisional yakni mengikatnya pada pohon bahkan dilepas bebas. Kini mereka semua memiliki kandang babi. Semangat beternak bergelora seiring kebutuhan akan bahan baku pupuk organik meningkat ditambah lagi dengan pencanangan biogas untuk bahan bakar memasak yang saat ini sedang dalam tahap persiapan. Mereka juga mulai mengembangkan tanaman eksotis yang benar-benar baru bagi mereka yakni Strobery! Akankah Mbeling menjadi kampung Strobery seperti Lembang Jawa Barat? entahlah! Yang jelas desa kecil ini sedang bergeliat!
Masyarakat bergotong-royong membangun pagar indah, membangun gazebo tempat pertemuan, juga sebuah perpustakaan kecil yang berisi buku-buku tentang lingkungan, hutan, pertanian & Peternakan, serta tekhnologi tepat guna. Dari buku-buku ini, mereka mendapatkan begitu banyak inspirasi baru. Kegiatan budaya seperti danding dan mbata yang lama tak dihiraukan kini menjadi rutinitas mingguan bagi warga. Kesempatan berkumpul inilah yang mereka manfaatkan untuk membahas sesuatu. Pertemuan demi pertemuan dilakukan, selalu berbuah aksi yang nyata. Mbeling telah jauh berubah.
[caption id="attachment_332438" align="aligncenter" width="300" caption="Kegiatan Reboisasi oleh Pemuda Desa"]
Pada bulan Maret 2014, seorang utusan dari Swiss Contact, lembaga negara Swiss yang membantu Indonesia dalam berbagai persoalan Oscar Runch, datang ke Kampung Mbeling untuk melihat secara langsung perkembangan masyarakat di sini. Seminggu setelahnya tiga orang pembuat film dokumenter dari Jerman juga datang membuat film dokumenter di sini. Seperti mendapatkan limpahan semangat dari surga, masyarakat di sni bergerak cepat membenahi diri.
Pada awal April 2014, mereka membuat kesepakatan untuk melakukan revisi batas kawasan hutan mata air dengan lahan pertanian masyarakat. Kesepakatan berbuah manis. Empat kawasan hutan mata air berhasil diamankan. Masyarakat mengembalikan hutan yang mereka rambah kembali ke dalam kawasan hutan lindung, meski mengorbankan sawah, tanaman kopi, cengkeh, kakao, dll. Mereka beramai-ramai membuat batas dan membuat kesepakatan bersama untuk menjaganya. Kini mereka sedang bermimpi untuk memiliki radio komunitas, sebagai media informasi terbatas dan hiburan dan penulis sedang berupaya membantu mendatangkannya.
[caption id="attachment_332437" align="aligncenter" width="300" caption="Salah Satu Lahan Sayur Organik"]
Mbeling, desa kecil yang tertidur lama kini terbangun, bergerak menggeliat dan bahkan hendak berlari. Mereka tidak perlu khawatir akan keberlangsungan semangat ini ke depan, karena angkatan muda di sini telah terwadah dalam kelompok Sahabat Alam Taruna Garda Tirta, yang telah melakukan berbagai upaya praktis seperti reboisasi mata air, dan pembersihan DAS termasuk memasarkan hasil sayuran organik masyarakat Mbeling.
Pertanian sayur organik, Perikanan air tawar, produksi pupuk organik, sadar budaya, gerakan masyarakat membaca, konservasi alam, dan ekowisata, semuanya menggambarkan dengan jelas derap-derap langkah  Mbeling sebagai kampung ekologis kampung inspirasi! Mereka lakukan semuanya tanpa sokongan organisasi atau lembaga apapun!! Semuanya mandiri. Bagaimana dengan pemerintah Manggarai Timur?