Mohon tunggu...
Sang NyomanDanuarta
Sang NyomanDanuarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Undiksha

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Implementasi Dharma Agama dan Dharma Negara bagi Generasi Hindu

3 Mei 2022   16:03 Diperbarui: 11 Mei 2022   15:32 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dharma adalah pengatur kehidupan manusia sehari-hari. Dharma adalah dasar dari asketisme atau kesederhanaan. Ini mengarah pada berhemat, keindahan, umur panjang, dan kegigihan keturunan. Perilaku jahat dan tidak bermoral menyebabkan penghinaan, kesedihan, rasa sakit dan kematian  Dharma berakar pada moralitas dan pengendalian Dharma ada pada Tuhan sendiri.Umat Hindu, sebagai bagian dari warga negara, memiliki kewajiban untuk mengamalkan ajaran Dharma sesuai dengan landasan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Revitalisasi dan aktualisasi ajaran dharma agama dan dharma negara menjadi senjata ampuh untuk menghadapi tantangan di zaman global. Upaya revitalisasi harus dilakukan secara serius karena tantangan zaman menuntut kita sebagai warga negara paham secara utuh nilai-nilai kebangsaan dan peka terhadap fenomena yang terjadi saat ini. aktualisasi ajaran agama Hindu mampu memperkuat empat konsensus untuk mencapai tujuan manusia hidup di dunia

Adanya kemajuan karakter yang ditandai dengan adanya suatu nilai berubah menjadi kebajikan. Kebajikan dan kemurahan adalah kecenderungan batiniah seseorang yang merespon berbagai situasi dengan cara diungkapkan dengan baik secara moral. Karakter selalu mengacu pada kebaikan yang terdiri dari tiga bagian yaitu mengetahui yang baik, menginginkan yang baik dan melakukan yang baik. Ketiga kebiasaan ini didasarkan pada kebiasaan pikiran, hati dan kehendak. Dalam ajaran agama Hindu ada dikenal dengan konsep ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu tiga hal yang harus disucikan yang terdiri dari pikiran, perkataan dan perbuatan. Dengan demikian, apabila pikiran sudah positif, maka yang diucapkan dan yang dilakukan akan positif.

Adapun upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu generasi muda hindu  memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Implementasi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan "menghayati" ajaran agama yang dalam prakteknya dilakukan dengan secara benjenjang dan seimbang, terutama dalam interpretasi terhadap teks-teks literatur keagamaan tidak saja berhenti pada pemahanan terhadap apa yang tersurat akan tetapi lebih focus dalam pemahaman terhadap apat yang tersirat dibalik semua itu.

Dengan demikian, antara aspek rasa dan aspek rasio dilakukan secara seimbang. Akhirnya, dengan mengimplementasikan ajaran agama apapun pada tataran menghayati dengan pendekatan yang humanis, maka tujuan akhir dalam agama masing-masing akan dapat diwujudnyatakan, sekaligus sebagai wujud dharma agama dan dharma negara.

Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh- sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia.

Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebhinnekaan. Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru pendidikan nasional bukan merupakan fenomena yang mengagetkan. Sebab perkembangan sosial politik dan kebangsaan sekarang ini memang cenderung menegaskan karakter bangsa.

Maraknya perilaku anarkis, tawuran antar warga, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, korupsi, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan berbagai tindakan patologi sosial lainnya menunjukkan indikasi adanya masalah akut dalam bangunan karakter bangsa. Fenomena patologi sosial tersebut bertentangan dengan visi dan misi pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagaimana dicita- citakan dalam tujuan pendidikan nasional.

Jadi Pentingnya pengemplementasian Darma Hindu dan Darma Negara dari generasi hindu dapat disimpulkan dengan mengimplementasikan ajaran agama apapun pada tataran menghayati dengan pendekatan yang humanis, maka tujuan akhir dalam agama masing-masing akan dapat diwujudnyatakan, sekaligus sebagai wujud dharma agama dan dharma negara.  Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab dan tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebhinnekaan yang ada saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun