Mohon tunggu...
Sang Nanang
Sang Nanang Mohon Tunggu... -

Manungso tan keno kiniro!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Nasib Mendongeng di Hari Dongeng Sedunia

20 Maret 2015   10:31 Diperbarui: 20 Maret 2018   10:56 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: enchanted-fairytale-dreams.tumblr.com)

Hari ini, 20 Maret, konon dunia menyepakati sebagai Hari Berdongeng Sedunia. Apakah Anda termasuk orang tua yang masih sempat memperdengarkan dongeng sebelum tidur kepada anak-anak?

Pertanyaan senada mengenai realitas anak-anak kita, apakah mereka tergolong tipe anak yang kolokan alias manja? Sedikit-dikit minta ini, minta itu. Sebentar-sebentar ingin main ini dan main itu. Melihat temannya punya mainan baru, langsung merajuk minta dibelikan model mainan yang sama. Terlebih di jaman kemajuan teknologi digital sekarang ini justru menyebabkan banyak anak yang keasyikan asyik maksyuk dengan gadget mainannya. Hari-hari, dari waktu ke waktu lebih banyak digunakan untuk nge-game. Hal ini mungkin sudah menjadi fenomena umum.

Meskipun bisa dibilang sudah semakin lengka, tetapi ternyata masih ada model anak yang suka baca buku, suka main di luar rumah, termasuk yang suka meminta didongengi oleh ayah, ibu, kakek, nenek ataupun guru dan orang dewasa yang lainnya. Untuk soal yang terakhir ini, sayangnya budaya mendongeng di kalangan orang tua masa kini justru semakin luntur. Orang tua, suami-istri lebih banyak sibuk bekerja di luar rumah. Ibarat kata, pergi pagi pulang petang sudah menjadi fenomena umum. Dengan demikian, waktu berkumpul dengan keluarga menjadi semakin sempit. Boro-boro sempat berdongeng?

Namun demikian, sebagaimana analisis dari banyak pakar kejiwaan anak, mendongeng merupakan tradisi yang sangat baik dalam rangka menanamkan nilai-nilai budi bekerti luhur. Dari berbagai karakter tokoh-tokoh yang ada di dalam sebuah dongeng, secara tidak langsung orang tua sebenarnya telah mengajarkan mengenai perbuatan yang baik maupun yang jelek. Pesan moral untuk senantiasa mengamalkan perbuatan baik dan tidak melakukan perbuatan yang tercela harus mendapat penekanan pada saat berdongeng. Dengan demikian, melalui aktivitas berdongeng generasi masa kini tengah mempersiapkan penerus-penerusnya dengan karakter, pemikiran, perkataan, sikap, perbuatan yang berlandaskan nilai kebaikan. Dongeng menjadi sarana tutur tinular, tuturing ati tinularing pekerti. Sarana untuk membentuk karakter dan budi pekerti luhur anak-anak.

Di samping penanaman nilai luhur, dalam aktivitas mendongeng orang tua juga mengenalkan banyak kosa kata kepada anak-anaknya. Penguasaan kosa kata yang banyak memungkinkan seorang anak dapat bertumbuhkembang lebih baik dari aspek kemampuan verbal dan komunikasinya. Potensi ini akan lebih baik lagi jika dapat dikembangkan untuk juga memupuk kemampuan anak mengungkapkan kembali isi cerita secara lisan. Tidak terhenti di sini, dari dongeng bisa pula diaktualisasikan dalam wujud tradisi pengembangan imajinasi anak berupa kemampuan menggambar ataupun membuat suatu karangan tulisan. Dari sisi inilah dongeng sangat berguna untuk menunjang kemampuan akademik yang sangat membantu kegiatan sekolahnya.

Hal yang tidak kalah pentinya dari aktivitas berdongeng adalah timbulnya kedekatan dan keakraban antara anak dan orang tua. Di samping alasan klasik sibuk dengan kerja dan sempitnya waktu berinteraksi, kebanyakan orang tua muda sekarang juga kurang membina kedekatan dengan anak-anaknya. Di era gadget bahkan tidak jarang meskipun berkumpul di suatu ruangan, tak jarang masing-masing anggota keluarga sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Sang anak sibuk memainkan game-game virtual, si ayah sibuk membaca berita dari situs media online, sedang ibunya sibuk update status dan selfie. Akhirnya satu sama lain tenggelam dalam dunia masing-masing.

Dongeng dapat mencairkan semua kebekuan komunikasi diantara sesama anggota keluarga. Dongeng membuat keakraban emosional yang sangat dibutuhkan bagi tumbuhkembangnya sisi kejiwaan seorang anak. Inilah rahasia besar kenapa para leluhur kita menciptakan beragam dongeng yang hingga kini secara turun-temurun masih kita warisi. Alangkah sayangnya jika kearifan lokal yang telah digagas nenek moyang dan terbukti sangat baik untuk membentuk karakter anak bangsa justru semakin ditinggalkan banyak orang. Mari kita berdongeng kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun