Mangsa rendheng atau musim hujan adalah musim menanam. Kedatangan mangsa rendheng membuat hati pak tani seneng dan berbunga-bunga. Kalau pak tani menyambut mangsa rendheng dengan menanam padi, maka Pak Wali justru ingin menanam bunga. Tak tanggung, bukan satu dua tanaman bunga di satu atau dua pot atau taman saja, melainkan menanam sejuta bunga di setiap sudut kota. Tekadnya ingin menjadikan kota getuk menjadi juga kota sejuta bunga. Isu wacana Magelang menuju kota sejuta bungapun sempat menghangat jadi kembang lambe di beberapa kalangan warga semenjak akhir tahun lalu.
Si Kenyung yang masih bocah nglegeno itu begitu mendengar istilah kembang lambe menjadi muncul rasa penasarannya. “Pakdhe, kembang lambe itu apa? Pohonnya seperti apa to?” tanyanya kepada Pakdhe Blongkang yang senja itu sedang ongkang-ongkang di muka Poskamling.
Sambil sedikit melotot kaget, Pakdhe Blongkang menjawab, “Woalah le thole, namanya kembang lambe itu hanya istilah tok! Kembang lambe itu artine sama dengan buah bibir! Nah nanya lagi, kok ada buah bibir itu apa hasilnya dari kembang lambe yang sudah menjadi gedhe?”
Kenyung segera memotong! “Lha iya to Pakdhe, nanya kembang malah dijawab buah! Ada kembang, ada buah, lha terus pohon itu lho yang ingin saya tahu! Pakdhe nakal!” Si Kenyung nampak mecucu dan merasa jengkel karena pertanyaannya dijawab muter-muter.
Si Kenyung hanya manggut-manggut, entah memang paham atau sekedar nglegani Pakdhe-nya. Wueeer……wuerrr….cengik! Terdengar sebuah sepeda motor BMW, bebek merah warnanya, alis Pitung milik Mas Karyadi datang merapat. Mas Karyadi merupakan tetangga Pakdhe Blongkang yang bekerja di kantor pemrentah alias seorang abdi dalem.
Pucuk dicinta ulam tiba, demikian pikir Pakdhe Blongkang. Daripada hanyut dalam isu kembang lambe tentang sejuta kembange Pak Wali yang ngalor ngidul, ia dapat bertanya langsung kepada Mas Karyadi. Lha wong dia abdi dalem pemrentah, tentu ia lebih tahu soal kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh para pendhuwur-nya.
“Monggo Mas, kok sore-sore baru kondur. Habis ada kerjaan lembur nopo?” sapa Pakdhe Blongkang begitu Mas Karyadi berhenti dan memarkir Pitungnya di samping Poskamling.
“Lha ini baru keliling kota, ngecek proyek nandur kembang itu je Pakdhe”, jawab Mas Karyadi sambil duduk diantara Kenyung dan Pakdhe Blongkang.
Si Kenyung segera bertanya, ingin menuntaskan rasa ingin tahunya, “Pak Lik, dari tadi saya tanya Pakdhe tentang kembang lambe, malah dijawab buah bibir! Terus sejuta bunga, lha kok banyak sekali bunganya? Maksudnya apa nggih?”