Mohon tunggu...
Sang Nanang
Sang Nanang Mohon Tunggu... -

Manungso tan keno kiniro!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Blogging For Life

20 November 2012   06:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:01 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncak agenda Kopdar Blogger Nusantara 2012 adalah sesi talkshow yang mengangkat tema mengenai blogpreunership, blogging for life, dan videoblogging. Sekitar pukul 10.00 WITA, gedung pertemuan LAN di lantai 4 dihentak dengan alunan gendang dan tembang berbahasa Makassar yang dibawakan secara penuh penjiwaan oleh seorang pelaku adat. Berjajar penuh lenggak-lenggok penuh gemulai dibalut dengan senyuman ramah, empat orang gadis menarikan tari Pakarena berpasangan dengan empat orang pemuda. Keempat pasang muda-mudi tersebut masing-masing mengenakan pakaian adat yang berbeda satu sama lain sebagai sebuah penggambaran perwakilan anak suku bangsa yang ada Sulawesi Selatan yang meliputi suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Tarian yang khusus diperuntukkan untuk menyambut tamu agung ini memiliki perbawa yang luar bisa hingga mengharubirukan kekaguman para blogger.

Dari beberapa talkshow yang digelar siang itu, ada satu pembicara perempuan yang mengangkat cerita pengalamannya menggunakan media blog untuk melakukan kegiatan sosial kemanusiaan. Dengan jargon internet aman dan bersih, sang pembicara mulai memancing rasa penasaran hadirin.

Internet aman dan bersih? Jargon apalagi ini? Saya sendiri masih asing dengan istilah tersebut dan baru mendengarnya saat turut kumpul kopdaran dalam rangka HUT ke-3 Komunitas Blogger Bekasi, Sabtu, 8 September 2012 yang lalu di Balai Patriot Bekasi. Hari itu, di puncak Kopdar Blogger Nusantara 2012, kembali ungkapan yang sama saya dengar kembali dan dari sosok yang sama lagi. Lontaran internet aman dan bersih itu disampaikan oleh salah satu pembicara dalam talkshow inspiratif. Dialah Mbak Sily, seorang ibu rumah tangga yang mendayagunakan jaringan sosial media untuk menggalang aksi kemanusiaan dalam pengumpulan donor darah untuk saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan.

Pada awal mengenal media blog, pembicara yang dari kejauhan sangat mirip artis Syahrini ini justru menggunakan postingan sebagai alat mencurahkan segala ganjalan hati, keluh kesah, kekesalan, bahkan sumpah serapah. Segala unek-unek, rasa stress dan permsalahan-permasalahan yang dihadapi sehari-hari ditumpahkan lewat postingan. Semua beban hati dan pikiran, pokoknya diobral di blog. Awalnya ia hanya berpikir sangat sederhana bahwa dengan menuangkan dan menumpahkan segala ganjalan di hati, maka pikiran dan persaaan akan menjadi lega, menjadi plong dan terhindar dari stress. Semua hal negatif di dalam jiwa ingin dibuang jauh-jauh lewat blog. Blog adalah tempat nyampah, demikian yang terjadi saat itu. Lalu bagaimana respon dari pengunjung di blog sampahnya itu?

Blog yang berisi sampah, ternyata justru memancarkan aura energi negatif. Sumpah serapah dan caci maki dengan kata-kata yang sebebas-bebasnya, tanpa kontrol sopan-santun, bahkan sangat kasar justru memancing pembaca untuk berkomentar dengan kasar pula. Pancaran gelombang aura negatif yang terpancar dari blog sampah, ternyata justru menarik energi negatif yang lebih besar lagi. Akibatnya apa yang dirasakan Mbak Sily? Ia justru merasakan beban pikirannya menjadi bertambah berat. Alih-alih mencurahkan segala himpitan jiwa, keluh-kesah, dan rasa stress, justru para pengunjung blognya menambahkan beban pikiran lewat komentar-komentar yang negatif pula. Hal ini justru menjadikan permasalahan dan himpitan pikiran yang dirasa bukannya menjadi berkurang, tetapi malah bertambah berat.

Menyadari teori sederhana bahwa siapa menebarkan keburukan maka keburukan yang lebih besarlah yang akan dituai dan barang siapa menebarkan benih kebaikan maka kebaikan-kebaikan yang berlipat gandalah yang akan dipanen, membuat pikiran seorang Mbak Sily menjadi terbuka dan berbalik seratus delapan puluh derajat. Sejak saat itu, Mak Sily bertekad untuk menggunakan blog untuk menebarkan nilai-nailai kebaikan.

Dari beberapa berita yang pernah disimaknya, Mbak Sily mendengar bahwa PMI senantiasa mengalami kekurangan persediaan darah bagi saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Ia berpikir, andaikan ada seseorang yang bisa memediasi antara pendonor darah dan orang yang membutuhkannya, dengan memanfaatkan social media yang ada, maka ia akan dengan sukarela membantunya. Awalnya ia hanya merasa sebagai seorang ibu rumah tangga yang bukan siapa-siapa dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi hingga beberapa saat ia tidak menemukan sosok seseorang yang dibayangkannya itu. Akhirnya ketika ia tidak bisa mengharapkan orang lain untuk menjalankan gagasannya, maka ia sendiri yang kemudian menyingsingkan lengan baju untuk mulai bergerak.

Langkahnya tentu saja mengundang banyak cibiran dari teman-teman karibnya. Banyak komentar miring yang disampaikan. Masih muda ngapain repot-repot ngurusi orang lain! Masalah sendiri saja masih banyak, kenapa membebani diri dengan menambah masalah dari orang lain? Kalau mau berbuat sosial kan nanti kalau sudah tua saja kenapa? Namun semua pandangan sinis itu tidak membuat langkah Mbak Sily surut. Ia terus maju, mulai dari hal kecil!

Internet adalah produk teknologi manusia yang sangat powerfull. Internet memiliki banyak sisi positif yang bisa dimanfaatkan untuk menebarkan kebaikan dan saling menolong sesama manusia. Dan memang, melalui jaringan social media Mbak Sily terus mengkampanyekan dan memediasi saudara-saudara kita yang membutuhkan darah dengan para pendonor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lambat laun, gayungpun bersambut dan banyak teman relawan lain yang turut bergabung memperkuat barisan para relawan darah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun