Entah apa yang musti saya banggakan dari penghargaan ini. Jika pada kenyataannya semua yang dilakukan adalah selalu berpura-pura. Saya tidak sedang menyalahkan, menyudutkan atau bahkan menjustis Bupati atau wakil Bupati Cilacap yg dalam hal ini selalu percaya pada stafnya yang mengatakan semua beres. Seolah persoalan kebersihan di negeri Wijaya Kusuma ini benar-benar sudah teratasi. Memang belakangan ini, Bupati berkeliling bersama para staf dan masyarakat membersihkan sudut-sudut kota yang terkesan kotor dan kumuh. Namun itu semua hanya proses bersih-bersih semata tanpa dibarengi dengan program yang disosialisasikan ke masyarakat untuk sama-sama menjaga kebersihan di lingkungan sekitarnya. Saya menjadi apatis, dengan semua kejadian yang terulang berkali-kali ini.
Lihat saja, para pedagang kaki lima yang dianggap mengotori bahu jalan/trotoar di suruh Libur saat diadakan penilaian kebersihan oleh staf dari pusat. Ahh, saya juga ga tau apa staf dari pusat ini di sangoni gepokan duit yang akhirnya meloloskan Cilacap supaya mendapatkan Adipura lagi.
Memang belakangan ini DCKTR dan PU tengah berusaha menata kota ini dengan banyaknya bangunan taman kota yang futuristik dan terkesan adem. Saya salut dengan konsep taman kota ini. Bahkan saya sangat berharap Cilacap bisa bener-bener adem, nyaman dan bersih. Termasuk juga bersih dari debu dan limbah Industri.
Dari dulu saya tak pernah merasa Cilacap itu bersih !
Bangun tidur, saya selalu wahing-wahing.. (bersin). Ternyata yang bersin bukan hanya saya, tapi juga ayah, ibu, kakak, bahkan istri dan anak saya. Hal ini tentu saja dikarenakan rumah saya kategori rumah yang kotor atau banyak debu. Tapi bagaimana lagi, setiap kali kami sapu atau bersihkan lantai dan perkakas rumah sampe kinclong sekalipun, pasti dalam waktu 5-10 menit sudah kotor oleh debu2 yang pekat menempel. Itu karena rumah saya berada dipinggir jalan, yang sehari-harinya selalu dilewati truk-truk pengangkut semen. Truk-truk itu mengabaikan aturan pengikatan terpal pelindung pasir-pasir / semen yang mereka bawa, sehingga debunya kabur kemana-mana. Belum lagi roda-roda yang blepotan kena lumpur dan semen, akan tertinggal di aspal-aspal jalanan. Dan lambat laun akan menumpuk menjadi timbunan-timbunan pasir2 yang mudah sekali berterbangan ketika tertiup angin.
Yah, pemerintah dan stafnya bisa saja berkata : “Ya Karuan, itu karena rumahnya deket dengan pabrik Semen.”
Mari kita lihat daerah disekelilingnya. Disekitar pabrik semen. Berapa anak atau warga yang terserang ISPA..? Adakah yang berani jujur untuk share ttg kondisi kesehatan masyarakat Karangtalun,Cilacap??? Bahkan Kelurahan dan Puskesmaspun belum berani mengatakan yang sebenarnya..(entah apa mungkin ada gepokan duit menyumpal di mulutnya). Belum lagi orang tua yang terserang Flek dan lain-lain.
Di Cilacap, saya jalan, naik sepeda atau naik motor, selalu saja kelilipan. Padahal saya kategori orang bermata sipit. Teteeeep aja kelilipan. Apa ya itu dikatakan Cilacap bersih???
Banyak hal yang masih membuat saya sakit hati terhadap visual-visual kebohongan seperti Baliho-Baliho Kebanggaan Bupati yang nyengir nerima ADIPURA. Banyak hal yang terlalu melukai perasaan saya melihat kebohongan bahwa Cilacap kota yang bersih. Banyak hal yang membuat hati saya seperti disayat-sayat ketika TAK BISA BERBUAT APA-APA melihat kebohongan ini..
Dan Pedagang kaki lima, sementara Libur agar cilacap terlihat Bersih..
Coba ..Semua para Caleg yang udah pada tau..atau bahkan Caleg-caleg pendatang dari Luar kota yang Nyaleg di wilayah Cilacap.. KUDUNE MELEK..!!
Bagi saya, pemerintah ga ada pentingnya mikirin ADIPURA.. dan pemerintah, mustinya ga perlu mikirin penghargaan-penghargaan. Kalo niatnya tulus MBANGUN DESA, ya mustinya bangun aja, terus.. benahi semua..tanpa berpikir dan berharap dpt penghargaan..
CILACAP WISATA DEBU :
Para pejabat yang terhormat, Datanglah ke Cilacap! untuk merasakan sensasi Kelilipan debu debu di Cilacap, serta menyaksikan keindahan sampah-sampah dari pantai sampai buangan pabrik. Sampai sensasi sauna sungai yang menjadi panas dan hitam karena limbah pabrik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H