Ditinjau dari fisiopsikologi dan agama tentang masalah kehidupan, maka di dalam tubuh manusia terdapat dua unsur komponen yang dominan, yaitu roh (immateri) dan komponen materi. Komponen roh sukar dilacak tetapi tidak menghilangkan kemungkinan untuk dipelajarinya, sedangkan komponen materi dapat dipelajari karena mudah diamati. Komponen inilah yang melahirkan alam pikiran dan jiwa.
Diantaranya keduanya terdapat interaksi dimana komponen roh dapat mempengaruhi, mengendalikan dan mengarahkan komponen materi agar berfungsi dengan sebaik-baiknya. Komponen materi memberikan tempat kepada roh dan interaksinya melahirkan jiwa. Keadaan itulah yang dapat menciptakan kepribadian dan jiwa yang sehat dalam proses menjalani kehidupannya. Tetapi dalam kondisi tertentu, komponen roh dapat terpisah sama sekali dengan komponen materi dan orang yang bersangkutan hidup dengan hanya mengandalkan alam pikiran dan jiwanya saja. Hidupnya berorientasi materi dan tidak mengakui adanya roh?! Berbeda dengan orang yang beragama, mereka ini berfikiran tidak hanya berorientasi materi tetapi mengakui keberadaan roh.
Roh adalah inti suatu kehidupan, jika dikembangkan keberadaannya di dalam tubuh, maka zat Allah itu (roh) memancarkan daya kehidupan dalam bentuk sebaran elekstomagnetis yang selanjutnya mempengaruhi denyutan kehidupan biologisnya. Oleh karena itu, maka antara jiwa dan roh ada perbedaan. Dan jiwa adalah suatu refleksi alam pikiran manusia dalam bentuk pola berfikir, berperilaku, tingkahlaku, emosi dan efek serta bentuk kepribadian tertentu. Alangkah baik dan sempurnanya seseorang jika antara jiwa dan roh didalam tubuhnya membentuk satu kesatuan yang utuh!
Roh selalu terlindungi dengan baik di dalam tubuh seseorang oleh suatu dinding yang dibangun oleh Allah. Roh tidak terpengaruh oleh kemauan jiwa tetapi sebaiknya jiwa dapat difungsikan dan dikendalikan oleh kebedaraan roh. Jiwa dapat berfungsi karena ada aktivitas materi otak dan alat-alat yang dilayaninya dan tidak berhubungan dengan roh dan tergantung pada materi saja. Oleh karena itu jika materi rusak maka jiwa tersebut mengikutinya.
Dimanakanh letak roh di dalam tubuh manusia, maka jawabnya tidak ada satupun orang yang mengetahuinya kecuali Allah. Firman Allah dalam surat al-Israa’ ayat 85 : “Bahwa roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. Mengingat pengaruh roh terhadap jiwa manusia, maka kedudukan roh di dalam tubuh manusia adalah sangat penting, karena roh itulah yang membangun kehidupannya walaupun keberadaanya tetap menjadi sebuah misteri di dalam tubuh manusia. Menurut keyakinan saya, maka roh itulah yang mempengaruhi fungsi jiwa dan alam pikiran seseorang yaitu melalui qolbu dan hatinya. Sebaliknya jiwa tidak mampu mempengaruhi keberadaan roh.
Dalam ilmu-ilmu sufi ada yang menghubung-hubungkan roh dengan keberadaannya Allah di dalam tubuh manusia mengingat bahwa roh adalah suatu zat ghaib Allah yang dipinjamkan kepada manusia untuk sementara hidupnya di dunia. Allah sendiri mengisaratkan bahwa keberadaanNya di dalam diri manusia sangat dekat dan lebih dekat daru urat nadi leher, dan bahkan dalam bagian akhir dari surat al-Anfaal, ayat 24 Allah berfirman : “Bahwa sesungguhnya (keberadaan) Allah (di dalam diri manusia) membatasi (menjadi bebas) antara manusia dengan hatinya (qolbu) dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan”.
Melalui qolbu itulah Nur Illahi masuk ke dalam tubuh dan selanjutnya akan mempengaruhi kerja dan proses faal otak dalam memproduksi suatu bentuk mental atau jiwa manusia. Apakah otak manusia dapat bekerja memproduksi jiwa atau mental dengan segala manifestasinya jika qolbunya tertutup untuk jalur Nur Illahi?. Jawabnya adalah ya! Dan tetap bisa bekerja memproduksi mental dan jiwa karena fenomena mental atau jiwa yang terbentuk adalah hasil suatu rekayasa yang berbasis pada fungsi genes (DNA) dan RNA) di dalam neuron otak dan pengalamannya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada proses produksi fenomena mental atau jiwa manusia karena lingkungan dapat menjadi faktor stimulan terhadap faal neuron otak yang berjumlah 100 milyar dengan berbagai macam fungsinya masing-masing. Diduga proses produksi fenomena mental ini terjadi di antara masuknya informasi ke otak dan keluarnya hasil produksi.
Dalam proses produksi mental ini tidak ada seorangpun yang secara pasti mengetahuinya tetapi proses aktivitas listrik potensialnya dapat direkam sedemikian rupa dengan alat yang super cangggih. Hasil produksi mental atau jiwa demikian ini adalah terbatas pada batas-batas kewenangan hidup secara materi dan tergantung kepada aktivitas biologis samata. Karena itu jika terdapat kerusakan bagian-bagian tertentu otak, maka terjadilah bias dalam memproduksi mental dan jiwanya dan bahkan alam pikirannya.
Para ahli sufi dalam menanggulangi keadaan mental atau jiwa yang terbentuk kerena fenomena biologis otak maka meraka menganjurkan mengaktifkan keberadaan roh di dalam tubuhnya dengan harapan dapat membuka jalur hubungan di antara qolbunya dengan Nur Illahi. Dengan demikian maka jiwa yang terbentuk akan memberikan nilai yang lebih tinggi dalam hidupnya sebagai manusia dibandingkan dengan mental jiwa yang terbentuk hanya mengandalkan kemampuan biologis otak semata.
Dalam perkembangannya maka semua orang tahu bahwa otak adalah tempat memproses suatu bentuk kejiwaan dan kepribadian seseorang. Dengan otaknya maka seseorang dapat memunculkan suatu ide atau gagasan untuk mengembangkan area kongnitif, afektif, psikomotor sehingga kelak dapat membuahkan suatu karya, seni budaya dan teknologi tertentu yang dapat mengekspresikan jiwa yang bersangkutan. Faal orang berfungsi jika ada energi yang diproduksi olehnya yang berasal dari makanan. Oleh karena itu, fungsi kerjanya tergantung pada faktor protein, lemak, karbohidrat serta vitamin dan mineral tertentu. Semakin baik dan memadainya konsumsi makanan yang dimakan maka akan memberikan dampak perkembangan fungsi otak yang lebih baik. Produksi neurotransmitter dan sistem komunikasi saraf di otak menjadi lebih berkualitas. Selanjutnya agar otak dapat berfungsi dengan baik dan optimal maka permasalahannya adalah tergantung kapada program pengembangan fungsi otak itu sendiri. Semakin baik program yang dialaminya maka semakin baik pula produk yang dihasilkannya. Program seharusnya meliputi ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman, taqwa dan jalur komunikasi dengan Nur Illahi. Agak kelak akan membuahkan suatu karya, seni dan budaya, serta mansyarakat berilmu pengetahuan yang agamis, dan memiliki nilai etika moral dan akhlak yang tinggi. Keadaan inilah yang dapat mewarnai jiwa suatu masyarakat pada suatu populasinya
By. Romo Muhib
www.hypnoticme.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H