Mohon tunggu...
M.D. Khalid
M.D. Khalid Mohon Tunggu... -

Mungkin aku hanya seorang pencari tafsir kehidupan yang gagal menemukan hakikat. Akhirnya melara...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Racun Kenangan

26 Mei 2014   05:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini kenangan adalah berdiri angkuh di atas puncak pendakian
menonton senja damai menjemput sepi malam
terjebak gerimis dalam meniti jalan pulang
dengan obor yang terpadam

Ini kenangan adalah berjalan dalam gerimis
yang menjelma menjadi badai hujan
aku terbakar dalam genangan air langit itu
dihantam ribut petir

Ini kenangan adalah putik yang luruh
terkulai ke bumi
tersapu terpaan angin pesuruh pagi hari
tak sempat menjadi bunga
tak sempat mengenal aromanya sendiri

Ini kenangan adalah ketukan pintu di tengah malam
ibu dari segala mimpi ngeri
yang membunuh lena
hingga ke kaki pagi

Ini kenangan adalah ritual sedekah bumi
melarung kapal-kapalan sesaji ke samudera
yang kehilangan air lautnya
menyisakan pantai serta camar
bertengger di tiang layar perahu nelayan
terdampar
berserakan

Ini kenangan menjadi prasangka yang meracun perasaan
tirani duri yang bertahta abadi di jiwamu
karena akulah yang hilang dalam diri sendiri
dan tak ada jalan bagimu
tuk membawaku pulang

Longkali, 25 Mei 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun